RSS

nasrudin_udin17@yahoo.co.id

Seperti Ibuku

       Mengapa aku nyaman dengannya? Ya karena dia seperti ibuku.
Namanya Vega, wanita paruh baya dengan karir yang gemilang. Kaya raya dan punya segalanya. Hidupnya nyaris sempurna. Namun ada satu yang tidak dia punya, cinta.
                                             ***
    Aku mengenalnya lewat sebuah acara. Kala itu temannya sedang merayakan pesta ulang tahun dan kebetulan aku adalah DJ yang disewa temannya untuk meramaikan pesta tersebut. Perkenalan kami terjadi begitu saja, hubungan kami yang awalnya teman semakin lama semakin naik tingkat. Pada awalnya tak sedikitpun aku berpikir untuk menjadikannya pacar, bahkan sempat terbersit dalam benakku untuk memanfaatkannya. Namun apa yang terjadi? Semakin lama aku mengenal dia semakin aku kagum padanya. Lalu perasaan itu datang. Perasaan yang biasa disebut cinta.
Umurnya tiga puluh sembilan tahun, lebih muda lima tahun dari ibuku dan lebih tua delapan belas tahun dariku.


      Awalnya tak ada yang tahu hubungan kami. Hampir setiap hari aku menemuinya, namun tidak di cafe, bioskop, atau mall seperti yang dilakukan orang pacaran pada umumnya. Kami memang tak pernah terlihat mesra di depan umum. Kami berusaha menutupi hubungan ini serapat mungkin. Hingga pada suatu hari rekan kerjanya datang berkunjung dan mendapati aku yang sedang mencium bibirnya. Dan kebetulan rekan kerjanya itu adalah teman masa kecil ibuku.

      Semenjak itu satu demi satu masalah datang. Ibuku jelas tidak merestui hubungan kami. Status Vega memang lajang namun umurnya tidak berbeda jauh dengan umur ibuku.
Namun cinta membutakan mata hatiku, tak kupedulikan ibuku yang tidak merestui hubungan kami. Aku lebih memilih pergi dari rumah dan menikahi Vega daripada menuruti apa mau ibuku. Ibu sangat terpukul. Anak satu-satunya yang sangat dikasihinya rela meninggalkannya demi wanita yang sesungguhnya lebih pantas jadi orang tuanya.

      Pernah suatu ketika ibu berkunjung ke flat mewah kami, kala itu aku sedang tidak ada di rumah, hanya ada Vega di sana. Lalu berita yang aku dengar Vega mengusir ibuku. Tak lama setelah kejadian itu, ibu jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Kabarnya ibu sakit keras.

       Keadaan ibu semakin hari semakin kritis. Aku memutuskan untuk menyambangi ibu, namun Vega masih saja melarangku untuk menemui ibuku. Dulu aku suka Vega, ya aku suka dia karena dia seperti ibuku. Dia bisa memberikan kasih sayang seperti yang ibuku berikan, juga perhatian yang sama besarnya dengan punya ibu, serta kenyamanan saat bersamanya terasa sama dengan rasa nyamanku bila dengan ibu.
Namun sekarang aku mengerti, dia bukan ibuku. Dia yang kini diselimuti amarah dan kebencian. Dia yang kini berbeda. Dia bukan lagi wanita yang aku puja puji. Bukan lagi sosok seperti ibu.
      Aku bersikeras untuk pergi menemui ibuku. Vega menarik tanganku dan berkata selangkah saja aku keluar dari sini maka jangan harap aku bisa kembali. Namun aku tak gentar dengan ancamannya. Tekadku sudah bulat. Semua ini tidak bisa diteruskan lagi.

       Vega memang seperti ibuku, namun bukan dari rahimnya aku ada, bukan dengan air susunya aku tumbuh dan bukan karena peluhnya aku dewasa. Jadi, jika harus aku memilih yang seharusnya kupilih, tidak lain tidak bukan adalah ibuku.
                                                  ********** By: Nasrudin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar