tag:blogger.com,1999:blog-596290550276503482024-03-05T01:38:54.927-08:00GUDANG PENGETAHUAN**Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu itu menjaga engkau dan engkau menjaga harta.
Harta itu berkurang bila dibelanjakan tetapi ilmu bertambah bila dibelanjakan**"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.comBlogger44125tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-57191823362515634762012-06-04T19:19:00.003-07:002012-06-10T02:54:53.155-07:00NN. BLOG..(STAIL Hidayatullah Surabaya Kampusku)...<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJbdxZKinddntE8sb8Q3rU00A9MraCC6LPJrNInbghJe1EE1FP1ILPaqxVIe6SXnxr_-osMQzP_m5uJ5d8RNXbdqJWBIE7F7yGJ3qRJBHs-qGBXokBVZBahna91oPwBl4N1eLhLbvcqIU/s1600/ghh.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="120" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJbdxZKinddntE8sb8Q3rU00A9MraCC6LPJrNInbghJe1EE1FP1ILPaqxVIe6SXnxr_-osMQzP_m5uJ5d8RNXbdqJWBIE7F7yGJ3qRJBHs-qGBXokBVZBahna91oPwBl4N1eLhLbvcqIU/s200/ghh.jpeg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah saya sangat bershukur bisa tinggal atau kulia di satail, karena kami di bimbing untuk menjadi manusia yang sempurna yang bisa mengantarkan diri untuk bisa membimbing hidup agar lebih smpurna di mata sang pencipta yaitu ALLAH SWT.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami di sini di gembleng di ajak untuk menuntut penting berilmu sholat malam dan berbuat amal sholeh."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
A. Ilmu.. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ilmu itu cahaya”,</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> demikian petuah masyhur dari para Hukama’ dan
orang-orang saleh. Ibnu Mas’ud r.a., salah satu Sahabat Nabi berwasiat,
bahwa hakekat ilmu itu bukanlah menumpuknya wawasan pengetahuan pada diri
seseorang, tetapi ilmu itu adalah cahaya yang bersemayam dalam kalbu.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTOOHiTnlI9m-NeFc2sIdvsCNfDWlBeNmAB5Ps45u5uHymZFiR8CpzHxYmZJIFX6nTU0ptflXL1yYxfWM5T9S3yMdan_CrBjxBZ7CgmACAz41pHv5j2CxOTRKM6V_NwHJIH4QD17232MI/s1600/il.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="193" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTOOHiTnlI9m-NeFc2sIdvsCNfDWlBeNmAB5Ps45u5uHymZFiR8CpzHxYmZJIFX6nTU0ptflXL1yYxfWM5T9S3yMdan_CrBjxBZ7CgmACAz41pHv5j2CxOTRKM6V_NwHJIH4QD17232MI/s200/il.jpeg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kedudukan ilmu dalam Islam sangatlah penting. Rasulullah Shallahu 'alaihi
wassalam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala, para malaikat-Nya,
penghuni langit dan bumi hingga semut dalam tanah, serta ikan di lautan
benar-benar mendoakan bagi pengajar kebaikan”. (HR. Tirmidzi). Nabi juga bersabda: “Terdapat dua golongan dari umatku, apabila keduanya baik,
maka manusia pun menjadi baik dan jika keduanya rusak maka rusaklah semuanya,
yakni golongan penguasa dan ulama” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr dan Abu Naim dengan
sanad yang lemah).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Mengingat kedudukannya yang penting itu, maka menuntut
ilmu adalah ibadah, memahaminya adalah wujud takut kepada Allah, mengkajinya
adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan mengingatnya adalah tasbih.</span></div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Dengan ilmu, manusia akan mengenal Allah dan
menyembah-Nya. Dengan ilmu, mereka akan bertauhid dan memuja-Nya. Dengan ilmu,
Allah meninggikan derajat segolongan manusia atas lainnya dan menjadikan mereka
pelopor peradaban.</span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Oleh karena itu, sebelum
menuntut ilmu, Imam al-Ghazali mengarahkan agar para pelajar<u> </u>membersihkan
jiwanya dari akhlak tercela. Sebab ilmu merupakan ibadah kalbu dan salah satu
bentuk pendekatan batin kepada Allah. Sebagaimana shalat itu tidak sah kecuali
dengan membersihkan diri dari hadas dan kotoran, demikian juga ibadah batin dan
pembangunan kalbu dengan ilmu, akan selalu gagal jika berbagai perilaku buruk
dan akhlak tercela tidak dibersihkan. Sebab kalbu yang sehat akan menjamin
keselamatan manusia, sedangkan kalbu yang sakit akan menjerumuskannya pada
kehancuran yang abadi. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br style="mso-special-character: line-break;" />
</span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Penyakit kalbu diawali dengan ketidaktahuan tentang Sang Khalik (<i>al-jahlu
billah</i>), dan bertambah parah dengan mengikuti hawa nafsu. Sedangkan kalbu yang
sehat diawali dengan mengenal Allah (<i>ma’rifatullah</i>), dan vitaminnya
adalah mengendalikan nafsu. (lihat <i>al-munqidz min al-dhalal</i>).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Sebagai amalan ibadah, maka mencari ilmu harus didasari niat yang benar dan
ditujukan untuk memperoleh manfaat di akherat. Sebab niat yang salah akan
menyeret kedalam neraka, Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam., bersabda:
“Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk tujuan berkompetisi dan menyaingi ulama,
mengolok-olok orang yang bodoh dan mendapatkan simpati manusia. Barang siapa
berbuat demikian, sungguh mereka kelak berada di neraka. (HR. Ibnu Majah)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Diawali dengan niat yang
benar, maka bertambahlah kualitas hidayah Allah pada diri para ilmuwan. “Barang
siapa bertambah ilmunya, tapi tidak bertambah hidayahnya, niscaya ia hanya
semakin jauh dari Allah”, demikian nasehat kaum bijak.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Maka saat ditanya tentang fenomena kaum intelektual dan
fuqaha yang berakhlak buruk,<u> </u>Imam al-Ghazali berkata: “Jika Anda
mengenal tingkatan ilmu dan mengetahui hakekat ilmu akherat, niscaya Anda akan
paham bahwa yang sebenarnya menyebabkan ulama menyibukkan diri dengan ilmu itu
bukan semata-mata karena mereka butuh ilmu itu, tapi karena mereka
membutuhkannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah”. Selanjutnya
beliau menjelaskan makna naseh`t kaum bijak pandai bahwa ‘kami mempelajari ilmu
bukan karena Allah, maka ilmu itu pun enggan kecuali harus diniatkan untuk
Allah’, berarti bahwa “Ilmu itu tidak mau membuka hakekat dirinya pada kami,
namun yang sampai kepada kami hanyalah lafaz-lafaznya dan definisinya”.<i> </i>(<i>Ihya’
‘Ulumiddin</i>)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">B. Keutamaan sholat tahajud </span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan
sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau
mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud )
adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan
denganAllah SWT. </div>
<div style="text-align: justify;">
Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi
engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”</div>
<div style="text-align: justify;">
(QS : Al-Isro’ : 79)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHv4mqYiJysblQ0KMy86d0KEinNwXmnq4XFweKWzHY52o4W9CyVBnPYEj4W8Efg5hUdHFkr97EeAMFPgYWSFBPTPtnJiD6Df3ag1TaUtd74AMmJzSg1jQELOLJDo5a7f5YD5kWQ0enx8w/s1600/dd.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHv4mqYiJysblQ0KMy86d0KEinNwXmnq4XFweKWzHY52o4W9CyVBnPYEj4W8Efg5hUdHFkr97EeAMFPgYWSFBPTPtnJiD6Df3ag1TaUtd74AMmJzSg1jQELOLJDo5a7f5YD5kWQ0enx8w/s200/dd.jpeg" width="199" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan
kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat
Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan . </div>
<div style="text-align: justify;">
Sahabat Abdullah bin</div>
<div style="text-align: justify;">
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta
sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan
selamat.”(HR Tirmidzi) </div>
<div style="text-align: justify;">
Bersabda Nabi Muhammad SAW :</div>
<div style="text-align: justify;">
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam”
( HR. Muslim )</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk
melaksanakan shalat Tahajud (Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’
hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya
kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW
bersabda :</div>
<div style="text-align: justify;">
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali
orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">C. Amal sholeh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Nilai kebaikan diukur melalui amal shaleh. Amal shaleh
merupakan implikasi dari keimanan seseorang. Amal shaleh memiliki tempat yang
mulia dalam ajaran Islam. Karena itu, Islam memberikan balasan kebajikan untuk
orang-orang yang istikamah dalam beramal shaleh.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3-h20m1jIzref3Kvvty5L2AwKGOnojLKzbTTTpcgwxxhyphenhypheniTCqcpdMyuDVKGpIy8mNW2hMp6aDv80GUAC-xJO7FyrMyZLo-vkxjM-Q9-kFnwqiRvCsr2_0FFJeK0zi5fLWDzFoJuHI2EA/s1600/ggg.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3-h20m1jIzref3Kvvty5L2AwKGOnojLKzbTTTpcgwxxhyphenhypheniTCqcpdMyuDVKGpIy8mNW2hMp6aDv80GUAC-xJO7FyrMyZLo-vkxjM-Q9-kFnwqiRvCsr2_0FFJeK0zi5fLWDzFoJuHI2EA/s200/ggg.jpeg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Di antara balasan yang dijanjikan Allah SWT itu adalah, pertama, diberi pahala
yang besar. ”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang
beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS
al-Maidah [5]: 9).</span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
Kedua, diberi kehidupan yang layak. </span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS an-Nahl [16]: 97).</span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
Ketiga, diberi tambahan petunjuk. “Dan Allah akan menambah petunjuk kepada
mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” (QS Maryam [19]:
76).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
Keempat, dihapuskan dosa-dosanya. “Dan orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan
benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan.” (QS al-Ankabut [29]: 7).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
Kelima, dimuliakan hidupnya. “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS al-Isra’ [17]: 70).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
Keenam, dijauhkan dari kegagalan. ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-Ashr [103]: 1-3).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
Untuk itu, hanya amal shaleh yang berasal dari keimanan kepada Allah SWT,
keyakinan akan keadilan-Nya, dan hanya berharap akan rahmat-Nya yang akan
membawa manfaat dalam kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. </span><br />
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Wallahu a’lam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br /></span></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-63774235154759384102012-05-22T05:08:00.001-07:002012-05-22T05:08:05.302-07:00Kata Mutiara Motivasi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVHOScHqGLURLYhwzm40p4yKoF-sOYnZ5dVOipo1kzttK9rhkpPToHbi5GhfJxah2ZwUVNx3Y9csCUfeNaG-hHIxFu-6mu8DcgE1NheOWRpHt-IoUBHxfttduK9FyUFOsTTLjN9yX2jPs/s1600/67.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVHOScHqGLURLYhwzm40p4yKoF-sOYnZ5dVOipo1kzttK9rhkpPToHbi5GhfJxah2ZwUVNx3Y9csCUfeNaG-hHIxFu-6mu8DcgE1NheOWRpHt-IoUBHxfttduK9FyUFOsTTLjN9yX2jPs/s1600/67.jpeg" /></a></div>
<h3>
1. "Sebuah usaha takkan pernah sukses bila kita tidak berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan dan melaksanakannya"</h3>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: #cfe2f3;">
<br />
2. "Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan (Robert F. Kennedy)"<br />
<br />
3. "Percayalah pada keajaiban, tapi jangan tergantung padanya (H. Jackson Brown, Jr)"<br />
<br />
4. "Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari
teman. Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan
banyak teman tetapi menyia-nyiakannya. (Ali bin Abi Thalib)"<br />
<a name='more'></a><br />
5. "Alam memberi kita satu lidah, akan tetapi memberi kita dua telinga,
agar kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara (La
Rouchefoucauld)"<br />
<br />
6. "Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat Anda berikan, bukan pada apa yang Anda peroleh (Mohandas Ghandi)"<br />
<br />
7. "Kegagalan tidak diukur dari apa yang telah Anda raih, namun
kegagalan yang telah Anda hadapi, dan keberanian yang membuat Anda tetap
berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi (Orison Swett Marden)"<br />
<br />
8. "Dan bahwa setiap pengalaman mestilah dimasukkan ke dalam kehidupan,
guna memperkaya kehidupan itu sendiri. Karena tiada kata akhir untuk
belajar seperti juga tiada kata akhir untuk kehidupan (Annemarie S.)"<br />
<br />
9. "Urusan kita dalam kehidupan bukanlah untuk melampaui orang lain,
tetapi untuk melampaui diri sendiri, untuk memecahkan rekor kita
sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini (Stuart B.
Johnson)"<br />
<br />
10. "Apabila kamu melihat suatu keindahan, bersyukurlah karena kamu
masih bisa menikmati keindahan yang belum tentu akan kamu bisa lihat
lagi."<br />
<br />
11. "Waktu adalah pedang, jika kamu bisa menggunakan dengan baik, maka
pasti akan membawa keberuntungan, tapi jika kau menggunakan dengan
buruk, pasti dia akan membunuhmu."<br />
<br />
12. "Hargai dan hormati orang lain jika kita ingin dihormati dan
dihargai orang lain, serta hormati dan hargai diri sendiri terlebih
dulu baru kita bisa menghargai dan menghormati orang lain."<br />
<br />
13. "Syukurilah apa yang kamu dapat karena belum tentu kamu bisa mendapat lagi apa yang telah kamu dapat."<br />
<br />
14. "Kesuksesan selalu punya harga yang harus dibayar. OranG yang super
sibuk sukes, mulai dari Boss Microsoft Bill Gates, atau Boss CNN Ted
Turner, atau Albert Enistein, atau siapapun itu, selalu punya “luka”
yang jarang dapat diketahui orang luar. Orang luar hanya melihat
“enak”nya saja."<br />
<br />
15. "Semua orang sukses terlihat enak, nyaman, kaya, baik, tanpa
masalah. Itu tidak benar, orang sukses selalu mempunyai masalah dalam
hidupnya. Apapun bentuk masalahnya."<br />
<br />
16. "Jangan berusaha/mengerjakan sesuatu dengan setengah hati, karena hasil yang kamu dapat juga hanya setengahnya."<br />
<br />
17. "Jangan lelah untuk mencari ilmu karena segala sesuatu di dunia ini
perlu ilmu, jika tak ada ilmu maka kita sama saja dengan orang mati, tak
akan bisa berbuat apa-apa."<br />
<br />
18. "Sesungguhnya masih banyak orang di dunia yang lebih susah dari
kita, maka hentikanlah segala keluhan kita dan bersyukur terhadap apa
yang kita punya."<br />
<br />
19. "Sebagian orang mengatakan kesempatan hanya datang satu kali, itu
tidak benar. Kesempatan itu selalu datang, tetapi Anda harus siap
menanggapinya (Louis L’amour)"<br />
<br />
20. "Orang-orang menjadi begitu luar biasa ketika mereka mulai berpikir
bahwa mereka bisa melakukan sesuatu. Saat mereka percaya pada diri
mereka sendiri, mereka memiliki rahasia kesuksesan yang pertama (Norman
Vincent Peale)"</blockquote>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-1946065605455374322012-05-22T05:04:00.003-07:002012-06-12T20:52:28.835-07:00Kata Kata Mutiara Indah penuh renungan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNe1YOl9YQoht3_KPXjj7PC5efUq5vggEMEjzZO85gfwEOvD8yg6nb2R8fvBI1f_pt2LfLA0iugzsy3UqhVZH7J3n3Nq-AgIE7Ou96mXxLYVO3wDz8-3Xd8YPRT7xNVNk_hN_nsmGIPpg/s1600/8.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNe1YOl9YQoht3_KPXjj7PC5efUq5vggEMEjzZO85gfwEOvD8yg6nb2R8fvBI1f_pt2LfLA0iugzsy3UqhVZH7J3n3Nq-AgIE7Ou96mXxLYVO3wDz8-3Xd8YPRT7xNVNk_hN_nsmGIPpg/s200/8.jpeg" width="200" /></a> Ingatlah selalu hal yang
membedakan seorang yang mulia dan seorang yang bodoh : Orang Bijak
selalu menyalahkan dirinya, orang bodoh akan menyalahkan orang lain. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Menunggu sangatlah mengesalkan, membosankan dan menggelisahkan. Begitu
juga dengan seorang pemalas, yang seumur-umur hanya menunggu waktu yang
tidak kunjung berakhir.
Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum
tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Sesuatu yang
berharga, belum tentu bagus.
Yang kemarin, hanya ada dalam ingatan. Untuk besok, hanya kamu yang
mampu dengan harapan. Yang sekarang, ini adalah yang sebenarnya. Dimana
kamu harus terima, dengan penuh kesadarannya. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Siapa sekarang yang tidak
ingin membuka mata, besokpun akan tetap <br />
<a name='more'></a>buta.
Janganlah mencari Tuhan karena anda membutuhkan jawaban. Carilah
Tuhan karena anda tahu bahwa Dia lah jawaban yang anda butuhkan.
Sebenarnya Anda lebih berani dari yang anda duga, lebih kuat dari yang
anda tahu, dan lebih pintar yang anda kira, namun itu semua tersembunyi
dibalik diding tipis bernama keragu-raguan. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Senyum mampu menyelesaikan banyak masalah, dan diam mampu membuat
kita terhindar dari banyak masalah.
Diam Bukanlah kelemahan, jika di iringi dengan perbuatan dan hasil
nyata.
Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan besar adalah dengan
mencintai apa yang Anda lakukan, walaupun sebenarnya anda membencinya.
Harapan tinggallah harapan jika tidak disertai tindakan, impian
tinggallah impian jka tidak selaras dengan kemampuan. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Hanya karena kamu mendengar apa yg dilakukan seseorang, tak berarti
kamu bisa menghakiminya. Kamu tak tahu apa yg telah dilaluinya.
Tidak seorang pun punya kemampuan untuk melakukan sesuatu hal sempurna,
tapi setiap orang diberi banyak kesempatan untuk melakukan hal yang
benar.
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan
hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan
adalah cara gembira menuju kegagalan.
Kelakukan kita terhadap kehidupan, menentukan sikap kehidupan terhadap
kita. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Matahari yang sebesar itu pun perlu bulan untuk bisa menerangi
setiap sudut bumi.
Seseorang tak akan pernah bisa mencintai Anda dengan tulus dan apa
adanya, jika Anda selalu menyembunyikan kekurangan Anda darinya.
Hidup ini seperti piano.Berwarna putih dan hitam. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Namun,ketika Tuhan
yang memainkannya,Semuanya menjadi indah.
Saat anda mendapatkan yang biasa ketika mendambakan yang terbaik,
bersyukurlah, karena anda tidak mendapatkan yang terburuk.
"Kegagalan adalah peluang untuk hal yang lebih baik.</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Kegagalan
adalah batu loncatan untuk pengalaman yang berharga. Suatu hari nanti
Anda akan bersyukur untuk beberapa kegagalan yang anda alami.
Percayalah, ketika satu pintu tertutup untuk anda, sebenarnya pintu yang
lain selalu terbuka"
Melihat kebelakang akan membawa kejelasan di depan. Belajar dari
kesulitan dulu akan membawa berkah sekarang dan nanti. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvXD2FjdkGKXljYYRjMuCantpddopLgaDN39zLJG2am3AB32nzJOaUWsm_oVnboFzO4uJtsjJm3rzEpN8dCuSDTVxm3OK9yA8PZiaXsVyoSNcPhcGps0C6WSkfJJuYSmqZnsg7n9Kvepo/s1600/9.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvXD2FjdkGKXljYYRjMuCantpddopLgaDN39zLJG2am3AB32nzJOaUWsm_oVnboFzO4uJtsjJm3rzEpN8dCuSDTVxm3OK9yA8PZiaXsVyoSNcPhcGps0C6WSkfJJuYSmqZnsg7n9Kvepo/s200/9.jpeg" width="200" /></a></div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Hidup adalah memilih, namun untuk memilih dengan baik, Anda harus
tahu siapa Anda dan apa yang Anda perjuangkan, ke mana Anda ingin pergi
dan mengapa Anda ingin sampai di sana.</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
"Keyakinan adalah percaya dengan apa yang tidak kita lihat, dan upah
dari keyakinan adalah melihat apa yang kita yakini."
Kesedihan adalah ibarat terdampar di gurun pasir. Hal terbaik adalah
berusaha keluar dari gurun pasir tersebut.
Inti dari kebahagiaan adalah kumpulan kebahagiaan dari hal-hal kecil.
Sebenarnya sangatlah mudah menjadi Bahagia. Kebahagiaan akan datang
saat kita memaafkan diri kita sendiri, memaafkan orang lain, dan hidup
dengan penuh rasa syukur.</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Tidak pernah ada orang egois dan tidak tahu
berterima kasih mampu merasakan bahagia, apalagi membuat orang lain
bahagia. Hidup ini memberi, bukan meminta."
Kebahagiaan adalah pengalaman spiritual dimana setiap menit hidup
dilalui dengan cinta, dan rasa syukur. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Jangan takut akan bayangan, karena bayangan berarti ada suatu cahaya
yang bersinar di dekatnya.
Masa-masa terbaik dalam hidup adalah saat kita mampu menyelesaikan
masalah sendiri, Masa-masa suram kehidupan adalah saat kita menyalahkan
orang lain atas masalah yang kita hadapi.
"Manusia seperti puluhan kolam, masing-masing memantulkan cahaya
dari bulan yang sama."
"Kebijaksanaan adalah pemahaman nilai-nilai abadi dan nilai-nilai
hidup."</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
"Kebaikan adalah lebih penting daripada kebijaksanaan, dan menyadari
hal ini adalah awal dari kebijaksanaan."
Bijaksana adalah kumpulan dari perjalanan hidup kita. Kebijaksanaan
tidak bisa dicari, tidak bisa diberikan, dan tidak bisa dibagikan.
Kebijaksaan adalah diri kita sendiri.
Jika anda merasa pendapat anda tidak didengar, ketahuilah,
sebenarnya anda tengah belajar untuk menghargai.
Setiap kejadian-kejadian kecil hidup kita adalah bagian dari harmoni
total alam semesta, semuanya sudah ada yang mengatur dengan sempurna.
Jalanilah hidup apa adanya. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Orang Bijak adalah orang yang menyimpan kebijakannya untuk dirinya
sendiri.
Bicaralah dari hati dan dengan hati, karena hati bisa mendengar lebih
tajam daripada telinga.
Jangan terlemahkan oleh angin permasalahan. Layang-layang mampu
terbang tinggi karena berani melawan angin. Hanya layang-layang yang
putus benang yang hanyut oleh angin.
Jika anda merasa tidak memiliki hal yang berharga, ketahuilah, anda
memiliki hal yang tak ternilaikan, yaitu senyuman. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Jika anda melalui hidup anda tanpa masalah, ketahuilah, anda
melewatkan masa terindah hidup anda.
Berjalan lah seperti kau tak membutuhkan uang, mencintailah seperti kau
tak pernah terluka, berdansalah seperti tak ada orang yang
memperhatikan.
Saat kau berpikir tentang orang yang cantik dan tampan, pikirkanlah
bahwa kau adalah bagian dari mereka. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Berbuat baik pada orang lain lebih sulit daripada berperang melawan
penjajah.
Mengucapkan Maaf hanya mampu dilakukan oleh orang-orang pemberani.
Anda harus jadi ulat terlebih dahulu jika ingin menjadi kupu-kupu
Kekuatan bukanlah tentang memukul sekuat tenaga, tetapi tentang
ketepatan sasaran.
Kemenangan adalah bagian terkecil dari sebuah pertandingan.
Pemenang bukannya tak pernah gagal, tetapi tidak pernah menyerah. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Tuhan telah memberikan kita Ikan, tinggal kita yang harus memgail untuk
mendapatkannya.
Keindahan sejati tak bisa dilihat oleh mata, hanya hati yang mampu
merasakan keindahan sebenarnya.
Waktu akan terasa lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu panjang bagi
yang gelisah, dan terlalu pendek bagi yang bahagia. Namun Waktu adalah
keabadian bagi yang mereka mampu bersyukur.
Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Fokuslah pada
kelebihan kalian, jangan fokus pada kekurangan kalian.
Jika anda telah berusaha untuk mengubah sesuatu namun tetap tak
berhasil, cobalah untuk mengubah pandangan anda.
Melepaskan orang yang di cintai jauh lebih sulit dibanding menerima
cinta yang baru bagi hatimu.
Ketika anda tulus mencinta, tak akan pernah ada kata menyerah.</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Meski
pikiran ingin berputus asa, namun hati tetap ingin mencoba.
Jangan terlalu lama menangisi apa yg telah terjadi. Hal yg kamu
tangisi saat ini mungkin hal yang akan kamu syukuri suatu saat nanti.
Jika kamu meninggalkan seseorang, berikanlah alasan. Tak ada yg lebih
menyakitkan daripada ditinggalkan tapi tak ada penjelasan.
Dalam hidup, anda tak akan selalu mendapatkan apa yang paling anda
inginkan, terkadang anda hanya mendapat pelajaran yang sebenarnya lebih
anda butuhkan. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Sesuatu yang tampak adalah hal yang tak akan pernah kekal. Mata, telinga
dan bibir tak dapat bercerita lebih panjang dari usia manusia.
Aku lebih takut kepada orang yang melatih 1 buah jurus tendangan
1000 kali, daripada kepada orang yang berlatih 1000 jurus tendangan 1
kali. - Bruce Lee
Orang pintar bukanlah orang yang menuntut ilmu setinggi langit untuk
mendapatkan ijasah, namun orang yang berusaha sekuat tenaga hingga mampu
mempekerjakan dan menggaji orang yang menuntut ilmu setinggi langit
untuk mendapatkan ijasah.
Sebenarnya Tuhan menurunkan Keajaiban dan mukjizat setiap waktu bagi
kita yang mau berpikir dan berusaha, yaitu "Kesempatan". </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Wanita dewasa bukanlah dia yg ingin terlihat sempurna utk semua pria,
tapi dia yang ingin terlihat cantik untuk satu pria yang dicintainya.
Percayalah, hari ini akan lebih indah daripada kemarin jika kita
mengawalinya dengan doa dan senyuman.
Sebuah senyuman dapat terjadi secepat kilat, namun kenangannya mampu
bertahan seumur hidup. Senyumlah.
Teguran dan Kritikan itu ibarat obat. Terasa pahit awalnya, tetapi
akan terasa khasiatnya ketika sudah diminum. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcr71uTMBH3e0nBfcFlMpkY13MFIqUOTMkl05os2vQpmv6RMCzJagvmSCP7_l-GQkl9C-LZ2IgIXF56QGY5RVBIo9UMkeW14bCE8pJscgzuu2ZZ27o-UZ0e9hkZiZexP1pKr29Jb9_y10/s1600/index.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcr71uTMBH3e0nBfcFlMpkY13MFIqUOTMkl05os2vQpmv6RMCzJagvmSCP7_l-GQkl9C-LZ2IgIXF56QGY5RVBIo9UMkeW14bCE8pJscgzuu2ZZ27o-UZ0e9hkZiZexP1pKr29Jb9_y10/s200/index.jpeg" width="200" /></a></div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Ujian kehidupan itu tidak lebih sulit daripada ujian anak Sekolah Dasar,
karena kita tidak dilarang untuk bertanya kepada teman, menyontek atau
meniru, ataupun minta bantuan orang. Jadi, kenapa harus takut menghadapi
ujian dalam kehidupan?
Hidup bukanlah tentang meratapi dan menunggu hujan badai berlalu,
tapi tentang bagaimana kita menikmati dan belajar menari dalam hujan.
Indahnya hidup bukan karena Seberapa Banyak orang yang mengenal kita,
namun Seberapa Banyak orang yang berbahagia karena kita.
Sejatinya, dalam cacian dan makian terbersit sebuah pujian yang
merupakan kebalikan dari cacian dan makian tersebut. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Lakukanlah yang terbaik sekarang, karena sebenarnya waktu sangat cepat
berlalu. Jangan sampai kita menyesali saat waktu sudah tak lagi
bersahabat dengan kita.
Berani berlayar Tanpa mengetahui teknik berlayar, Tanpa Kemampuan
membaca peta, dan Tanpa Kemampuan memprediksi arah angin dan cuaca
adalah hal yang Nekad dan Konyol.
Dibalik kebencian orang terhadap kita, sebenarnya terdapat kekaguman
atas yang tidak mereka mampu atau miliki pada diri kita. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Karena Anda tidak akan pernah
punya cukup waktu dan dana untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri.
Pengalaman Bukanlah Apa yang Terjadi pada diri Kita, tetapi adalah Apa
yang Kita Lakukan atas apa yang Terjadi.
Hanya Butuh Sedikit Perbedaan (0,02 detik) ketika Usain Bolt (9,72
detik) memecahkankan rekor dunia balap lari 100m yg dipegang oleh Asafa
Powell (9,74 detik) pada tahun 2008. Demikian juga dalam hidup, </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Hanya
Butuh Sedikit Perbedaan pola pikir dan tindakan untuk mengubah diri kita
dari seorang Pecundang menjadi seorang Pemenang.
Berhentilah mencari alasan kenapa anda tidak sukses, mulailah mencari
jawaban bagaimana agar anda sukses.
Percayalah semua masalah dan rintangan yang kita hadapi bukanlah
untuk melemahkan kita. Justru ini akan menjadikan kita lebih kuat, lebih
dewasa, lebih bijaksana, lebih sabar dan lebih beriman.
Mereka yang disaat muda sibuk membeli barang yang tidak diperlukannya,
maka disaat tua akan sibuk menjual barang yang diperlukannya.</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Jika Cobaan sepanjang Sungai, maka Kesabaran itu seluas Samudra.
Jika Harapan sejauh Hamparan Mata memandang, maka Tekad mesti seluas
Angkasa membentang.</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Jika Pengorbanan sebesar Bumi, maka Keikhlasan harus
seluas Jagad Raya.
kita selalu terpaku pada pikiran bahwa kita harus lebih baik dari orang
lain. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Namun sejatinya adalah kita harus menjadi lebih baik dari diri
kita yang kemarin. - Dudi Jaya
Kadang kita terlalu fokus terhadap kelemahan kita, dan melupakan
kelebihan yang kita miliki. Padahal setiap manusia diciptakan untuk
menjadi pemenang dengan semua kelebihan yang dimiliki.
gagal bukanlah karena kita tidak bisa, tapi karena kita tidak mau untuk
menghindari kegagalan. </div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Dan satu-satunya cara menghindari kegagalan
adalah menggapai kesuksesan.
Dan untuk menggapai kesuksesan, kita harus bisa menaklukkan rintangan,
kesulitan, cobaan dan godaan, kerena rintangan, kesulitan, cobaan dan
godaan bukanlah penghalang, tetapi bensin yang akan menambah bara
kesuksesan.
Sangat sulit untuk menjadi nomer satu, namun jauh lebih sulit untuk
menjadi dirimu sendiri.</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
</div>
<div style="left: 2px; position: relative; text-align: justify;">
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semuanya adalah sebab dan akibat.
Seperti kesuksesan datang akibat dari ketekunan dan kegigihan dan
Kemiskinan datang akibat kemalasan dan kebodohan.
<br />
<br />
<small></small></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-29534447740253323382012-05-21T21:30:00.002-07:002012-05-21T21:31:39.746-07:00Bagaimana menjadi Pribadi Muslimah yang Sehat ?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGKixZGvBwOL2FdqGUEy4PjfE7XCjr0UVK6fjAMBiQi-KXnB6h81d6kqqq2UPHKnkjzCmlpFfSDLzYcNLzsAfGmRNSd4o4zSRqX2VpD71s5cVuy8N1-0bHZzBnWKssKOdAHqhprCQIC0c/s1600/67.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGKixZGvBwOL2FdqGUEy4PjfE7XCjr0UVK6fjAMBiQi-KXnB6h81d6kqqq2UPHKnkjzCmlpFfSDLzYcNLzsAfGmRNSd4o4zSRqX2VpD71s5cVuy8N1-0bHZzBnWKssKOdAHqhprCQIC0c/s1600/67.jpg" /></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6EdsI3fba9ZfkU1TwNWuBmoOtQSgDNuh_EuoLVu-NkAtCpLbl87WFvipMEriv6BP46W1Atm40dMYHnH7e3lUinWvR1zZ2qQAlOaEzqOi0aSpVzm8mZN3GWmLmhiT2IpgOsCKjVh8NK3Q/s1600/ki.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><br /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Allah swt telah menciptakan manusia dengan sempurna. Kesempurnaan itu
dapat dibagi menjadi tiga unsur, yaitu jasad (tubuh/fisik), akal dan
ruh (jiwa). Sebagai manusia, khususnya seorang Muslimah, kita wajib
memenuhi hak-hak dari ketiga unsur tersebut agar terjadi keseimbangan
dalam hidup kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, penulis akan mengulas
sedikit tentang bagaimana Muslimah memenuhi kewajiban terhadap jasad
(tubuh/fisik), khususnya makanan, minumam dan olahraga, agar menjadi
Muslimah yang sehat. Seorang Muslimah diajarkan agar senantiasa
menyelaraskan diri antara penampilan lahir dengan penampilan batin agar
ia dapat melaksanakan perannya di tengah-tengah kesibukan yang
dijalaninya, baik itu sebagai ibu rumah tangga, mahasiswa, aktivis
dakwah maupun profesi-profesi lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama ini sehat yang kita pahami adalah tidak sakit. Dalam ilmu kedokteran timur, terdapat istilah “<b>penyakit dorman</b>”.
Istilah ini menggambarkan kondisi seorang belum jatuh sakit, tetapi
tidak sepenuhnya sehat. Dengan kata lain, kondisi tersebut adalah
kondisi seseorang berada satu langkah lagi sebelum sakit. Jadi sakit
tidaklah sama dengan sehat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika seseorang jatuh sakit, kita sering berkeluh kesah tentang
mengapa mereka menjadi sakit. Jatuh sakit bukanlah hukuman yang
diberikan oleh Allah swt, namun hampir semua penyakit adalah akibat dari
kebiasaan-kebiasaan setiap kita yang telah terakumulasi selama beberapa
tahun. Sehingga Allah swt mengingatkan kita terhadap apa yang telah
kita lakukan terhadap tubuh kita. Rasullah saw bersabda, “ <i>Sebab dari sakit adalah makan makanan yang satu lebih dari makanan yang lainnya</i> ”. Maka metode hidup sehat yang dicontohkan Rasulullah saw lebih mengutamakan pencegahan penyakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Dr. Muhammad Ali Al Hasyimy, kewajiban terhadap tubuh yang
harus kita penuhi yaitu : 1. Sederhana dalam Makan dan Minum; 2. Rajin
Berolahraga; 3. Berbadan dan Berpakaian Bersih; 4. Menjaga Kebersihan
Mulut dan Gigi; 5. Merawat Rambut,Berparas Menarik; 6. Tidak <i>Tabarruj.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><b>1. </b><b>Sederhana dalam Makan dan Minum</b></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang Muslimah senantiasa makan makanan yang mengandung cukup gizi, bernutrisi dan yang mengandung banyak enzim.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa enzim? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-219"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://tarbiyahiium.files.wordpress.com/2010/12/healthy_logo.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" class="alignright" height="255" src="http://tarbiyahiium.files.wordpress.com/2010/12/healthy_logo.jpg?w=300&h=255" title="healthy_logo" width="300" /></a> Penulis sangat tertarik dengan enzim ini, karena dari berbagai saran
dokter dan ahli-ahli nutrisi, baik jika kita berkonsultasi atau membaca
artikel, enzim tidak pernah lebih disarankan. Enzim adalah katalis
protein yang dibentuk di dalam sel makhluk hidup. Meskipun tubuh kita
sudah memproduksi enzim dengan sendirinya, namun enzim dalam tubuh kita
telah digunakan untuk melangsungkan kehidupan tubuh kita, seperti
penyediaan energi, regenerasi sel, ekresi dan masih banyak lagi. Selain
itu tubuh memerlukan enzim dari luar untuk membantu kerja dari enzim
dalam tubuh, yaitu berasal dari makanan yang kita makan. Dari enzim
tersebut terdapat enzim pangkal yang digunakan untuk memperbaiki sel-sel
tubuh. Sehingga enzim sangat diperlukan untuk mempertahankan kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kadar enzim pangkal akan berkurang bersamaan dengan bertambahnya
usia. Karena enzim-enzim yang berharga bagi tubuh kita sensitif terhadap
panas maka cara pengolahannya dan cara menyantapnya harus diperhatikan.
Makanan yang baik adalah makanan yang dalam keadaan segar langsung di
santap,misalnya shusi (masakan Jepang).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah yang dihadapi sekarang adalah kita susah mendapatkan makanan
yang cukup gizi, nutrisi dan banyak enzim dan kurang tepatnya cara
pengolahan makanan yang kita lakukan. Hampir seluruh makanan yang dijual
di pasaran mengandung bahan pengawet dan bahan kimia lainnya. Meskipun
kita tidak dapat menjauhi makanan yang ada disekeliling kita, namun
lebih baik kita mengurangi makanan-makanan tersebut, <i>junk food</i>, seperti gorengan, makanan cepat saji / <i>instant</i>,
makanan yang banyak mengandung MSG, garam dan gula, makanan yang
dibakar, makanan dari daging berlemak dan jeroan dan manisan kering. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut WHO pengendalian asupan lemak jenuh dan menggantikan dengan
lemak tak jenuh, kita perlu banyak mengkonsumsi sayur, buah,
kacang-kacangan, biji-bijian, makanan kasar dan lain-lain. Berikut buah,
sayur dan daging terbaik menurut WHO. <b>Buah Terbaik</b> : <b>urutan buah terbaik adalah pepaya, strawberi, orange, jeruk kupas, kiwi, mangga, plum, kesemek dan semangka. </b><b>Sayur</b><b> Terbaik </b>: <b>ketela
kuning kaya kandungan vitamin yang juga anti kanker merupakan golongan
sayur utama disusul oleh asparagus, lettuce, brokoli, seledri, terong,
bit, wortel, kolumbi, xuelihong (sejenis sawi ijo), sawi putih. </b><b>Daging terbaik </b>: <b>struktur
daging angsa mirip dengan minyak zaitun, bermanfaat untuk jantung.
Daging angsa mendapat predikat sumber protein terbaik. </b>Makanan tersehat untuk proteksi otak: <b>pocai
(soinancia oleracea), kucai, labu merah, onion, kembang kol, kacang
polong, tomato, wortel, sawi putih kecil, daun bawang, seledri, he tau,
kacang tanah, jambu mente, biji tusam, biji apricot, kedelai, beras
kasar/tuton.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Air juga dibutuhkan oleh tubuh kita, yaitu untuk melancarkan aliran
darah, mendorong metabolisme dan mengeluarkan racun-racun yang ada di
dalam tubuh kita. Air juga merupakan rekan yang baik bagi enzim pangkal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Minumlah air yang suhunya setingkat dengan suhu tubuh kita, karena
dapat memproduksi energi untuk meningkatkan suhu tubuh. Banyaknya air
yang perlu kita konsumsi adalah 30 cc * berat badan. Contoh berat badan
50 kg, maka air yang harus dikonsumsi 30 cc * 50 = 1500 cc atau kurang
lebih 7 – 8 gelas. Minumlah setelah bangun tidur pada pagi hari dan 1
jam sebelum makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam firman Allah swt Al A’raf : 31 <i>“ Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan</i>. “</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan memelihara makanan dan minuman yang kita konsumsi dapat menjaga kesehatan, kekuatan dan keseimbangan tubuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><b>2. </b><b>Rajin Berolahraga</b></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Olahraga cukup penting dilakukan untuk dapat menjalani hidup yang
sehat. Rasulullah saw mengajarkan kita untuk menguasai 3 olahraga, yaitu
berkuda, memanah dan renang.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan menggerakkan seluruh tubuh, sirkulasi darah dan aliran bening
pun meningkat. Ini akan mengaktifkan metabolism tubuh yang kemudian
menyebabkan vitamin-vitamin dan mineral penting lebih mudah diedarkan ke
seluruh tubuh sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kerja
enzim. Hal ini hanya terjadi jika kita berolahraga dalam kadar yang
tepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Olahraga yang dilakukan setiap orang tidaklah sama. Karena kemapuan
tubuh dan keseimbangan setiap orang berbeda. Sering kita jumpai orang
yang setelah berolahraga menjadi sakit, bahkan meninggal
(Na’udzubillah). Hal ini terjadi karena kita menganggap bahwa tubuh kita
mampu melakukannya. Terlalu banyak berolahraga dapat merusak kesehatan,
karena semakin banyak radikal bebas yang diproduksi dalam tubuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh orang yang memiliki badan yang besar, ia memilih berlari
mengelilingi lapangan 7 kali, namun setelah itu ia merasa kaki terasa
sakit. Pengalaman penulis, ayah dari teman meninggal setelah
berolahraga, dan menurut dokter karena jantung.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang Muslimah harus memahami tubuhnya sendiri sehingga ia dapat
memilih olahraga yang paling cocok bagi kondisi fisik, gaya hidup dan
kesehatan mental. Mulailah dari olahraga yang sederhana, seperti jalan
kecil-kecil selama 30 menit, dan lakukan secara kontinu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>*******************Oleh Nasrudin</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-43189800017168121092012-05-21T21:23:00.001-07:002012-05-21T21:25:01.568-07:00Bercermin Pada Sahabat Abdurrahman Bin Auf<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilJKiD0Vf3Ylahhl93SRr30brZsZg7jls9-huym4P7GQHxMeY-MEuWLD4tcCbSZB4sn58buezJqsvNaKuM54-HIefmxosgWvl764E7aHXYT49PELMl1nabbsZLiIdJOWrv-aubqAMdFp4/s1600/90.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="164" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilJKiD0Vf3Ylahhl93SRr30brZsZg7jls9-huym4P7GQHxMeY-MEuWLD4tcCbSZB4sn58buezJqsvNaKuM54-HIefmxosgWvl764E7aHXYT49PELMl1nabbsZLiIdJOWrv-aubqAMdFp4/s200/90.jpg" width="200" /></a></div>
Tulisan ini terinspirasi dari ulasan tentang kisah para sahabat nabi
yang dijamin masuk surga, baik di halaqah maupun forum diskusi umum. Dua
kisah sahabat ini sangat menarik untuk didalami dan dijadikan inspirasi
kehidupan seorang muslim, khususnya dalam memanage amanah harta. Adakah
sifat dua sosok sahabat tersebut dalam kehidupan kita saat ini? Mari
bersama kita instropeksi diri!<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
Siapakah Abu Ubaidah bin Jarrah? Menurut Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah
telah memberikan penghormatan kepada Abu Ubaidah sebagai pemegang
sumber kepercayaan umat dan rasulullah pada masa itu. Setelah masuk
Islam dengan perantara Abu Bakar ra, beliau sangat menyadari bahwa
seluruh apa yang dimiliki harus diberikan sepenuhnya untuk Islam bukan
hanya setengah, ataupun sebagiannya. Jika Islam meminta hartanya, maka
akan beliau infaqkan, tenaga darinya akan diberikan dan nyawapun siap
beliau korbankan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau dikenal sebagai seorang pemuda yang gagah
berani, </div>
<a name='more'></a>sangat ditakuti oleh musuh dan tidak dapat dikalahkan. Mendapat
amanah sebagai pengawas baitul mal, kemudian menjadi seorang gubernur
syam dan terakhir menjadi panglima perang pengganti Khalid bin Walid
yang dikenal sangat perhatian terhadap anak buahnya. Subhanallah, mesk
jabatan dan harta ada dalam genggaman tangannya namun beliau tetap hidup
dalam keadaan zuhud, tidak hidup dalam gelimangan harta. Ketika Umar
bin Khattab berkunjung dalam rumahnya, maka tidak ditemukan sebuah
barang berhargapun kecuali tikar yang dibentang dan makanan ala
kadarnya, Masha Allah. Bahkan karena begitu terkesannya terhadap sosok
Abu Ubaidah, maka dalam sebuah kesempatan dihadapan para sahabatnya,
Umar berkata tentang cita-cita yang terbaik adalah ketika umat Islam
dipenuhi oleh pejuang muslim seperti Abu Ubaidah yang jujur, adil dan
bijaksana.<span id="more-337"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sahabat Abdurrahman bin Auf dalam banyak kisah dikenal sebagai sosok
pedagang yang mulia yang memegang prinsip pantang untuk meminta
pemberian orang lain, selain upahnya sendiri. Beliau adalah sosok
pedagang yang memiliki strategi dagang luar biasa. Ketika hijrah menuju
Madinah, beliau meninggalkan seluruh hartanya di Makkah. Dalam keadaan
miskin tidak berbekal apapun, setiba di Madinah meski diberikan tawaran
oleh kaum Anshor untuk mengambil harta dan istri mereka namun beliau
menolak dan hanya meminta untuk ditunjukkan keberadaan pasar yang waktu
itu dikuasai oleh yahudi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian beliau meminta tolong saudara
barunya untuk membelikan tanah yang kurang berharga yang terletak di
samping pasar tersebut untuk dipetak-petak dan mempersilakan siapa saja
untuk berdagang di tempat itu tanpa membayar sewa. Banyak orang
berbondong-bondong pindah ke pasar baru yang dikembangkan. Keuntungan
para pedagangpun berlipat, Abdurahman mendapat bagi hasil dan semua
menjadi gembira. Dalam jangka waktu yang pendek, Abdurrahman dapat
keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi salah seorang sahabat Rasulullah
yang paling berada. Kegigihannya dalam berdagang sebagaimana beliau
ungkapkan sendiri: “aku melihat diriku kalau seandainya aku mengangkat
sebuah batu aku mengharapkan mendapatkan emas atau perak”. Namun
pendapatan yang semakin meningkat dari ke hari tidaklah menyebabkan
beliau menjadi manusia yang pelit dan kikir serta jauh dari jalan Allah.
Beliau tidak ragu untuk menyumbangkan hartanya di jalan Allah
sebagaimana dalam sebuah riwayat bahwa beliau menyumbangkan setengah
dari hartanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini seperti disebutkan Zuhri bahwa Abdurrahman bin
Auf menyumbangkan setengah dari hartanya sebanyak empat ribu dirham pada
masa Rasulullah s.a.w., kemudian beliau menyumbangkan empat ribu
dirham, kemudian empat puluh dinar, kemudian lima ratus kuda perang di
jalan Allah, kemudian seribu lima ratus tunggangan atau rahilah di jalan
Allah, dan semuanya merupakan harta dari berdagang. Disamping
menyumbangkan hartanya di jalan Allah dan untuk fakir miskin beliau juga
diceritakan merupakan orang yang paling banyak memerdekakan hamba.
Dalam sebuah riwayat Ja’far bin Burqan berkata: saya pernah mendengar
bahwa Abdurrahman bin Auf telah memerdekan hamba sahaya sebanyak tiga
puluh ribu jiwa. Dan Abu Amr berkata dalam satu riwayat disebutkan bahwa
beliau memerdekakan sebanyak tiga puluh hamba dalam satu hari. Selain
itu, Abdurrahman dikenal pula dengan ketawadhuannya. Walaupun beliau
merupakan salah satu shahabat Nabi s.a.w. yang telah dijanjikan masuk
syurga namun beliau tetap dalam ketawadhuan. Sa’id bin Jubair berkata
bahwa Abdurrahman bin Auf tidak dapat dibedakan diantara hamba
sahayanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terakhir, Abdurrahman meninggalkan dua puluh delapan anak
lelaki dan delapan anak perempuan. Luar biasa, walaupun sudah
menyumbangkan hampir keseluruhan hartanya di jalan Allah s.w.t. namun
beliau masih meninggalkan harta warisan yang sangat banyak. Dalam sebuah
riwayat dari Muhammad, beliau menceritakan bahwa di antara harta
peninggalan Abdurrahman bin Auf adalah emas murni sehingga tangan para
tukang merasa kewalahan (lecet) untuk membagikannnya dan empat orang
isterinya masing-masing menerima harta warisan sebanyak delapan puluh
ribu dinar. Abu Amr berkata bahwa Abdurrahman adalah seorang pedagang
sukses dalam bidang bidang perniagaan, sehingga mendapatkan laba yang
sangat banyak, meninggalkan sebanyak seribu unta, tiga ratus kambing,
seratus kuda perang yang digembalakan di daerah Naqi’ dan mempunyai
lahan pertanian sehingga kebutuhan keluarganya setahun dipasok dari
hasil tanaman tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Alla kulli hal, meski kita tidak akan pernah menjadi sosok yang sama
seperti Abu Ubaidah maupun Abdurrahman bin Auf, namun setidak-tidaknya
perjuangan, kegigihan dan kesungguhan mereka dalam membela agama Islam
dapat menginspirasi kehidupan kita. Bagaimanapun keadaan kita saat ini,
sempit maupun lapang menginfakkan harta, tenaga, waktu dan jiwa di
jalan Allah semoga menjadi bagian dari bentuk pembelaan kita untuk agama
kita. Wallahu’alam.</div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
********oleh Nasrudin R******</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
dari berbagai sumber</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<h3 class="sd-title" style="text-align: justify;">
</h3>
<div class="wpl-button " id="like-337" style="text-align: justify;">
<a class="like needs-login sd-button" href="http://tarbiyahiium.wordpress.com/2011/01/17/bercermin-pada-sahabat-abdurrahman-bin-auf-dan-abu-ubaidah-bin-jarrah/?like=1&_wpnonce=0a0a1c014b" rel="nofollow" title="I like this post"><br /></a></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-87827478555867122422012-05-21T21:13:00.001-07:002012-05-21T21:14:17.593-07:00Kekasih, Tunggu Aku Di Pintu Surga<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTmqrT1qxuOz9E4GsCbX-T57Nm5Ls1niXckQQ_JeCwK5hfxlXf90g3AL0p31wQviMqBR6HlwZXzjK28ifXEuYe3rZF-nj61U2jBtGcgdm6qnQzD3X6aA63HozuijQWCAfLFTWVGAJ3f2Q/s1600/j.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTmqrT1qxuOz9E4GsCbX-T57Nm5Ls1niXckQQ_JeCwK5hfxlXf90g3AL0p31wQviMqBR6HlwZXzjK28ifXEuYe3rZF-nj61U2jBtGcgdm6qnQzD3X6aA63HozuijQWCAfLFTWVGAJ3f2Q/s200/j.jpg" width="200" /></a> Pukul 11.30 malam. Langit malam begitu hitam. Bulan dan bintang
bersembunyi di balik kelambu awan. Keheningan terasa begitu mencekam
jiwa. Di luar rumah tua dan kosong tempat mereka bersembunyi hanya
terdengar suara jangkrik dan sesekali suara katak yang ribut menanti
hujan. Rumah itu sendiri terletak di ujung sebuah jalan kecil, di dalam
gang yang tak terlalu lebar. Rumah terdekat berjarak sekitar 50 meter
dari rumah itu. Rumah kosong itu dihiasi sesemakan rimbun dan sebatang
pohon mangga besar dan rindang yang menambah kesan seram. Beberapa papan
di dinding sebelah kanan dan kiri tampak rapuh. Namun bagian depan
rumah masih utuh, dengan pintu dan jendela yang tampak kokoh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Gimana keadaan di luar, Danar?” Rana berbisik. Ia mengenakan kaus biru, <i>sweater</i>
hitam dan celana jeans warna biru muda. Di depannya hanya ada sebatang
lilin yang menyala redup, sesekali siur angin meliukkan nyala lilin. Ada
dua nasi bungkus di dekat mereka, teronggok begitu saja sebab tampaknya
tak ada yang merasa lapar. Ruangan tempat mereka duduk dulunya adalah
kamar yang cukup luas, terletak agak di belakang rumah. Lantai ruangan
sudah dibersihkan sekadarnya dengan kain bekas yang ada di lemari usang
di kamar samping.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ga ada orang, Mbak.” Lelaki muda yang mengintip dari jendela
menyahut pelan. Wajah remajanya tampak kuyu. Keletihan yang begitu dalam
membayang di bola matanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Danar.” Panggil Rana pelan. Remaja itu menoleh. “Duduklah di sini.” Ia menurut.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Mbak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kau mencintaiku?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mbak! Kenapa masih tanya seperti itu? Jelas aku mencintaimu!” Danar mendadak gusar.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tenanglah, Sayang, jangan marah. Aku hanya ingin memastikan. Aku
menyesal sekali telah membuat keadaanmu jadi seperti sekarang ini.
Semestinya saat ini kamu menyiapkan diri untuk mulai kuliah, jalan
bareng teman-teman kamu, menikmati dunia remaja. Tapi–”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah ciuman menghentikan ungkapan penyesalan Rana. Hangat. Rana
yang semula terkesiap, akhirnya luluh dan membalas dengan lembut.
Ah…lelaki ini, kekasihku. Usianya memang masih belia, tapi ia tahu
caranya menyenangkan dan menenangkan hati Rana. Ia yang berusia 12 tahun
lebih tua pun terkadang gentar menghadapi kenyataan yang sedang mereka
alami sekarang. Cinta di antara mereka berdua memang kuat. Meski begitu
apa yang bisa diharapkannya saat memutuskan pacaran dengan ‘anak
ingusan’? Ia ingat pandangan seperti apa yang diberikan orang-orang
ketika mengetahui mereka berdua punya hubungan khusus. Tatapan
mencemooh, merendahkan, bahkan jijik. Rana adalah perempuan yang berusia
jauh di atas Danar. Seorang janda pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan sekali dua kali orang tua Danar mendatangi rumah Rana, menyuruh
Rana menjauhi Danar, kadang dengan kata-kata bernada ancaman. Tapi
setiap ia sampaikan hal itu kepada Danar, Danar selalu menguatkan
dirinya, meminta ia bersabar. Sampai suatu malam seseorang tak dikenal
melempari rumah Rana dengan batu yang diselipi selembar kertas berisi
ancaman. Tindakan itu membuat jiwa Rana guncang. Ia meminta Danar
menjauhinya, tapi justru Danar yang mengusulkan agar mereka kabur. Dalam
kekalutan, Rana menyetujui usul Danar. Dan hal itulah yang membawa
mereka sampai di sini saat ini. Bersembunyi seperti tikus ketakutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku tidak menyesali apapun, Mbak. Aku memilih kabur bersamamu sebab
aku tahu Papa dan Mama tak akan pernah merestui hubungan kita. Mereka
menganggap tak mungkin tumbuh cinta di antara anak remaja dan wanita
matang seperti kamu. Tapi mereka salah, Mbak. Sangat salah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Suara Danar memutus lamunan Rana. Dipandanginya wajah tampan yang
mengguratkan kelelahan. Ditatapnya mata sayu yang menyimpan bara cinta
sedemikian kuatnya. Tangan Rana terangkat, jemari lentiknya membelai
wajah Danar. Sejenak Danar menikmati sentuhan sederhana tapi penuh makna
itu, lalu meraup jemari Rana, menciumnya hangat, dan menangkupkannya ke
dada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Besok, ketika keadaan sudah aman, kita akan kabur dari kota ini.
Kita akan memulai hidup kita sendiri, Mbak. Mencari pekerjaan lalu kita
akan menikah!” Mata Danar berbinar demikian bahagia. Rana menatap mata
kekasihnya dengan pandangan haru. Ah, kamu masih begitu muda, Sayang.
Semangat kamu masih tinggi. Sementara kamu belum mengerti sekeras apa
dunia di luar sana, gumam batin Rana.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Yang jelas, aku tidak mau berpisah denganmu, Mbak. Aku ingin memilikimu selamanya. Menjadi suamimu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, dan saat itu kamu harus mengubah panggilanmu kepadaku. Aku tak mau terus dipanggil ‘Mbak’!” Gurau Rana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Danar tertawa pelan. Lelucon kecil itu sanggup mengendurkan sejenak
urat saraf mereka yang tegang sejak pelarian mereka kemarin sore.
Keluarga Danar pasti sudah menyadari kepergian anak kesayangan mereka.
Mungkin saat ini mereka sudah minta bantuan polisi. Ah, entahlah. Rana
tak ingin memikirkannya terlalu jauh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendadak suara sirene memecah keheningan malam. Rana dan Danar
terkesiap. Sigap merapatkan badan ke dinding kamar. Jantung mereka
berdegup kencang. Berdoa semoga mereka tak terlihat oleh siapapun yang
ada di luar rumah sekarang. Dengan gerakan perlahan, Danar mengintip ke
luar melalui kain usang yang menutupi jendela tanpa kaca. Wajah
tegangnya segera mengendur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada kebakaran rupanya, kulihat ada asap tebal di sebelah barat sana.
Tadi mobil pemadam kebakaran yang lewat di depan gang.” Danar
menghembuskan napas lega. Tubuh Rana merosot ke lantai diikuti Danar.
Perasaannya kini semakin cemas. Setiap ada suara di luar rumah, hatinya
langsung berdegup kencang.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejenak tak ada yang berbicara. Masing-masing memilih untuk menikmati
sunyi yang hadir lagi. Rana melamun, membayangkan seperti apa kelak
hidupnya jika sudah menikah dengan Danar. Ah, lamunan yang terlalu jauh.
Hati Rana menepis bayangan indah di benak. Yang terpenting, besok pagi
kami harus sudah pergi jauh dari kota ini. Mungkin ke Jakarta. Ya!
Kenapa tidak? Di sana ada banyak pekerjaan. Dia bisa melamar di
restoran, jadi pelayan toko, syukur-syukur dengan ijazah D3 ia bisa
melamar jadi karyawan. Senyum di bibir Rana mengembang. Danar hanya
menunduk di sampingnya sejak tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sst, mbak..ada yang datang.” Suara Danar mendadak tegang. Dari balik
kain usang tampak berkas-berkas lampu senter yang menyorot ke seluruh
penjuru rumah. Tiga orang tampak mendatangi rumah itu dari kejauhan.
Hati Rana ciut. Semua khayalan manis menguap begitu saja. Kini dia duduk
tak bergerak di samping Danar. Hatinya cemas, bibirnya gemetar berdoa.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo! Kita mesti pindah dari sini, Mbak. Mereka orang suruhan Papa. Aku mengenali salah satu dari mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa suara, Danar beringsut pelan. Tubuhnya bergeser di sepanjang
dinding kamar, mendekati pintu. Mereka harus bergerak hati-hati sebab
saat keluar dari kamar, tubuh mereka akan gampang terlihat dari luar.
Pintu dan jendela depan rumah memang tertutup rapat, tapi tak ada kain
yang menutupi jendela-jendela itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Rana mengikuti apa yang dilakukan Danar. Saat mereka mencapai pintu
kamar, Rana merebahkan diri dan merayap pelan menuju pintu belakang
rumah. Sudah tak dipedulikan lagi pakaian mereka yang kotor menyapu
lantai. Dada mereka berdegup demikian kencang. Setelah mencapai pintu
belakang, Danar menutup rapat daun pintu, bergegas mengendap menjauhi
rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada orang di dalam?” Sebuah suara berat milik seorang lelaki memecah
sunyi. Senter ia sorotkan ke dalam melalui jendela tanpa kaca. Hanya
ada kesunyian yang menjawab pertanyaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Lelaki yang menyorotkan senter memberi isyarat pada dua temannya yang
juga memegang senter. Salah satunya mengangkat ponsel dan mulai
menelepon.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada rumah kosong di dalam gang kecil ini, Pak. Kelihatannya tidak
ada siapa-siapa. Tapi akan kami periksa lebih lanjut ke dalam.”
Lapornya. Sesaat ia hanya diam mendengarkan, mengangguk, lalu mematikan
ponsel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat ke dalam, Min! Dul, bantuin!” Kata lelaki itu kepada dua temannya yang memegang senter. “Oke, Jat!” jawab Min.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua lelaki yang dipanggil Min dan Dul mengitari rumah itu dari dua
arah yang berbeda. Dul yang bergerak ke arah samping kanan rumah
mengintip ke dalam dan berseru keras.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat, Jat! Ada lilin! Pasti mereka ada di sini. Ayo, kita dobrak saja!”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Serempak Min, Dul, dan Jat berusaha masuk ke dalam rumah. Min dan Jat
mencoba membuka paksa pintu depan. Tapi sial bagi mereka, pintu itu
tergembok. Membuka paksa hanya akan menimbulkan keributan memancing
perhatian warga sekitar. Dul yang melihat jendela kamar samping bolong
tanpa kaca, mencoba membuka selot. Berhasil!</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kemari!” Serunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga lelaki itu masuk bergantian ke dalam kamar. Mata mereka liar
menyapu seisi ruangan. Memandangi sebatang lilin yang kini tinggal
separuh. Ada dua nasi bungkus yang belum dimakan dan dua plastik air
minum diletakkan di sudut kamar. Min menyentuhkan jarinya ke salah satu
nasi bungkus.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Masih hangat,” serunya. Mereka kian semangat mencari ke seluruh penjuru rumah. Nihil! Danar dan Rana tak mereka temukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Jat menelepon lagi. “Barusan mereka di sini, Pak. Pasti belum jauh. Kami akan kejar mereka melalui jalan di belakang rumah ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo!” serunya pada Min dan Dul. Bertiga mereka mengejar Danar dan Rana.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
*********</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Danar dan Rana terus berlari. Langkah kaki mereka tiba di sebuah
perkebunan sawit. Cucuran keringat meleleh membasahi seluruh tubuh.
Kelelahan lahir dan batin begitu mendera. Sekali Rana terjatuh sebab
kakinya tersangkut akar pohon. Kaki kanan Rana terkilir dan memar. Ia
tak mampu lagi berlari. Danar segera menggendong Rana dan tersaruk-saruk
mereka melanjutkan pelarian.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mbak, lihat! Ada gudang di depan. Itu pasti milik perkebunan ini. Kita lihat, barangkali kita bisa sembunyi di sana.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Rana menyibakkan rambutnya yang menutupi wajah. Matanya berusaha
fokus ke arah yang ditunjuk Rana. Tapi penerangan yang minim membuat
Rana menyerah. Ia memasrahkan semua pada Danar.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Gudang itu pengap dan tanpa penjagaan. Danar dan Rana berhasil
memasukinya setelah mencungkil selot pintu belakang gudang menggunakan
gancu yang mereka temukan tersandar di dinding belakang. Mungkin ini
adalah gudang penyimpanan hasil kebun. Namun saat mereka berhasil masuk,
ternyata gudang itu kosong. Danar menyelot pintu gudang dengan gancu,
sekedar penghalang agar orang luar tak melihat pintu gudang terbuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Masih sakit kakinya, Mbak?” tanya Danar sambil menurunkan Rana perlahan di sudut sebelah kiri dari pintu gudang.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Rana menggeleng dan berusaha tersenyum. Sesungguhnya pergelangan
kakinya teramat sakit. Ia hanya tak ingin menambah beban Danar. Semakin
ia pikirkan semua ini, semakin ia merasa bersalah. Danar masih sangat
muda, masa depannya terbentang luas. Dengan dukungan finansial dari
keluarganya, sangat mungkin hidup Danar akan sukses di masa depan. Tapi
apa yang dilakukannya sekarang? Membuang diri bersamaku? Rutuk hati
Rana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Danar berjalan mengitari gudang yang tak terlalu luas itu. Matanya
mencari-cari ke seluruh penjuru. Di sebuah sudut ia berhenti. Entah apa
yang sebenarnya ia cari. Sementara Rana terus berperang dengan batinnya
sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Rana, kau jangan egois! Kecam sebelah hati Rana. Danar masih muda,
jiwanya masih labil. Harusnya kau menasehati dia, bukannya malah setuju
diajak kabur. Sebelah hati yang lain menyahut. Memang dia masih muda,
tapi pendiriannya demikian mantap. Dia lebih dewasa ketimbang usianya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelah hati Rana mencibir. Lalu, apa akibatnya sekarang, Rana?
Kalian kabur. Jadi pelarian. Masa depan Danar bagaimana? Bisa kerja apa
dia dengan ijazah SMA? Ah! Ijazah SMA pun dia tak punya ‘kan sekarang?
Sadari itu Rana!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pergulatan hati Rana kian keras. Akhirnya Rana menyerah. Ia telah
tiba pada sebuah keputusan. Keputusan yang seharusnya sudah ia ambil
sejak kemarin.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Danar, kemarilah!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Danar menoleh, dan bergegas mendekat lalu berlutut di sebelah Rana.
Wajah Danar tampak khawatir. Di tangannya ada selembar kain untuk
membebat kaki Rana. Sesuatu berkilat di antara lipatan kain itu, tapi
Rana tak begitu memperhatikan. Danar meletakkan kain itu di lantai lalu
mengelus perlahan kaki Rana. “Kakinya sakit lagi, Mbak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak, bukan tentang kakiku. Aku ingin bicara serius padamu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Wajah Danar semakin tampak khawatir. Dia mulai menyadari, yang akan dikatakan Rana benar-benar penting.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku ingin kita hentikan saja pelarian kita ini. Kembalilah pada
keluargamu dan……..tinggalkan aku.” Sungguh pedih hati Rana mengucapkan
kalimat ini pada orang yang sangat ia sayangi. Tapi ia tahu, ini yang
terbaik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“TIDAK! Aku tidak mau, Mbak! Aku sayang kamu, Mbak. Aku rela jadi
seperti ini karena cinta sama Mbak. Aku ingin terus bersama Mbak Rana.”
Danar demikian emosi. Matanya berkilat merah. Napasnya memburu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dengarkan aku, Sayang. Hidup tak selalu berjalan seperti yang kita
bayangkan. Hidup tak selalu indah.” Rana terisak. “Jika terus bersama
aku, hidupmu akan hancur, Sayang.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Danar menangis. Air mata bercucuran membasahi pipinya. Suaranya kini serak.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku tidak mau, Mbak Rana. Aku tidak mauu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Rana merangkul tubuh Danar yang terguncang. Mereka bertangisan
melepaskan beban yang terasa amat menyesak di dada. Berharap
tetesan-tetesan bening itu dapat menyapu bersih penat di jiwa. Berbagi
kekuatan lewat pelukan kekasih yang amat disayangi. Pada saat seperti
itu, tampaklah seperti apa sebenarnya seorang Danar. Ia hanya remaja
yang akhirnya goyah setelah diterpa masalah demikian berat. Semua sikap
dewasa yang dia perlihatkan selama pelarian ini telah hilang tak
berbekas. Dia tak tahan lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Danar mengangkat kepalanya dari dekapan tangan Rana. Cepat ia hapus
air mata yang masih menggenang di matanya. Mata itu, kini terlihat
kembali keras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau aku tak bisa hidup bersamamu, aku mau mati saja!”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Rana tersentak. “Danar! Jangan bicara seperti itu! Sadar, Sayang,
hidupmu masih panjang. Mungkin kita bisa ketemu lagi lain waktu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak, Mbak. Tak ada lain waktu. Mbak tahu apa yang dikatakan Papa
padaku kemarin sebelum aku memutuskan kabur? Dia bilang akan
menguliahkan aku di Inggris. Ada saudara Papa yang bersedia menerimaku
di sana. Entah berapa tahun aku akan di sana, Mbak. Aku tidak akan
sanggup!”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Rana menangis. Ya, dia juga tak akan sanggup berpisah begitu lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan Mbak tahu apa yang Papa katakan mengenai Mbak? Dia akan
mengadukan Mbak ke polisi dengan tuduhan melarikan anak di bawah umur.
Percobaan penculikan. Atau apapun asal Mbak bisa masuk penjara. Aku
kenal Papa, Mbak. Dia orangnya keras. Dia tak akan mau merestui kita.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Suara Danar kian meninggi. Mendadak tangannya bergerak ke arah kain
yang tadi ia letakkan di samping kakinya, meraba sebuah benda, lalu
mengacungkan tangannya. Sebuah silet ada di jepitan jemarinya. Rana
menatap ngeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
”Benda ini yang akan membuktikan cintaku kepadamu, Mbak. Aku akan mencintaimu sampai mati! Sampai mati!”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa dapat dicegah, Danar menyayatkan silet itu ke nadi tangan kirinya. Sontak darah segar menyembur. Rana histeris.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Danar! Apa yang kamu lakukan, Sayang? Kenapa nekat begini?” Rana
menghambur memeluk tubuh Danar. Tak dipedulikannya darah yang membasahi
seluruh tubuhnya. Mata Rana melirik ke arah kain yang tadi dibawa Danar.
Bergegas ia bebatkan ke pergelangan tangan Danar. Segera saja kain
kumal itu memerah, basah dengan darah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mata Danar meredup tapi bibirnya tersenyum. Tubuh mudanya kehilangan
banyak sekali darah. Kondisinya semakin lemah. Susah payah bibir Danar
bergerak hendak mengucapkan sesuatu. Rana mendekatkan telinganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Rana….aku mencintaimu. Selamanya.” Akhirnya kalimat terakhir keluar dari bibir Danar.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Perlahan kepala Danar terkulai. Matanya memejam dan napasnya tinggal satu-satu. Lalu hilang. Separuh jiwa Rana terasa terbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“DANAAAAAAAAARRRR!!!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara di luar gudang, Min, Dul, dan Jat tersentak mendengar
teriakan histeris Rana. Tanpa perlu dikomando, serempak mereka menuju
asal suara, sebuah gudang di depan mereka. Tapi pintu gudang tak bisa
dibuka. Ada sesuatu yang mengganjal dari dalam.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dobrak, Min!” perintah Dul.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Rana seperti tak peduli dengan keributan yang ditimbulkan tiga lelaki
itu. Batinnya kini kosong. Semangatnya terbang bersama nyawa
kekasihnya. Tubuh Danar yang masih hangat tetap ia peluk erat. Bibirnya
tak mampu lagi menangis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dobrak lagi, Min. Hampir kebuka!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini suara Dul seperti menyadarkan Rana. Ia harus lakukan
sesuatu. Mereka tidak boleh menangkapku! Perlahan ia rebahkan tubuh
kekasihnya ke lantai gudang yang dingin. Rana menatap tanpa ekspresi
pada silet berdarah yang tergeletak di samping tubuh Danar. Perlahan ia
raih benda itu, memperhatikannya sebentar, lalu tanpa ragu ia sayatkan
besi tipis dan tajam itu ke nadinya. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Rana
tak lagi peduli. Dia hanya ingin segera menyusul Danar. Pelan tapi
pasti, nyeri menguasai diri Rana.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Perlahan penglihatan Rana memudar. Air mata membayang di pelupuk. Ia
tahu, ini adalah air mata bahagia. Sebentar lagi ia dan Danar bisa
kembali bersama. Rana tersenyum samar. Ia membaringkan dirinya tepat di
samping jasad Danar yang semakin dingin. Dibelainya rambut dan wajah
Danar. Dipeluknya jasad Danar sambil mengecup mesra bibir yang membiru.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kekasihku, tunggu aku di pintu surga.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuh Rana terkulai. Nyawanya terbang sudah, menyusul Danar ke alam abadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-44029154755810323952012-05-21T21:07:00.002-07:002012-05-21T21:07:52.525-07:00Seperti Ibuku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyi_KniruymjyLXAaAxxya-0fX5Kr84peoQFsje8TEJKpcQ0bcVAmmRYKPyUraZzuz2UupM8yJnl8PeE8qeqcqS0K3vMPHpHNyiTk03I_HTpxp8SCXBRY5BNCPMXF1FWFRbS9563kIf_4/s1600/iu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyi_KniruymjyLXAaAxxya-0fX5Kr84peoQFsje8TEJKpcQ0bcVAmmRYKPyUraZzuz2UupM8yJnl8PeE8qeqcqS0K3vMPHpHNyiTk03I_HTpxp8SCXBRY5BNCPMXF1FWFRbS9563kIf_4/s200/iu.jpg" width="173" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa aku nyaman dengannya? Ya karena dia seperti ibuku.<br />
Namanya Vega, wanita paruh baya dengan karir yang gemilang. Kaya raya
dan punya segalanya. Hidupnya nyaris sempurna. Namun ada satu yang tidak
dia punya, cinta.</div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mengenalnya lewat sebuah acara. Kala itu temannya sedang
merayakan pesta ulang tahun dan kebetulan aku adalah DJ yang disewa
temannya untuk meramaikan pesta tersebut. Perkenalan kami terjadi begitu
saja, hubungan kami yang awalnya teman semakin lama semakin naik
tingkat. Pada awalnya tak sedikitpun aku berpikir untuk menjadikannya
pacar, bahkan sempat terbersit dalam benakku untuk memanfaatkannya.
Namun apa yang terjadi? Semakin lama aku mengenal dia semakin aku kagum
padanya. Lalu perasaan itu datang. Perasaan yang biasa disebut cinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Umurnya tiga puluh sembilan tahun, lebih muda lima tahun dari ibuku dan lebih tua delapan belas tahun dariku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya tak ada yang tahu hubungan kami. Hampir setiap hari aku
menemuinya, namun tidak di cafe, bioskop, atau mall seperti yang
dilakukan orang pacaran pada umumnya. Kami memang tak pernah terlihat
mesra di depan umum. Kami berusaha menutupi hubungan ini serapat
mungkin. Hingga pada suatu hari rekan kerjanya datang berkunjung dan
mendapati aku yang sedang mencium bibirnya. Dan kebetulan rekan kerjanya
itu adalah teman masa kecil ibuku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Semenjak itu satu demi satu masalah datang. Ibuku jelas tidak
merestui hubungan kami. Status Vega memang lajang namun umurnya tidak
berbeda jauh dengan umur ibuku.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun cinta membutakan mata hatiku, tak kupedulikan ibuku yang tidak
merestui hubungan kami. Aku lebih memilih pergi dari rumah dan menikahi
Vega daripada menuruti apa mau ibuku. Ibu sangat terpukul. Anak
satu-satunya yang sangat dikasihinya rela meninggalkannya demi wanita
yang sesungguhnya lebih pantas jadi orang tuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah suatu ketika ibu berkunjung ke flat mewah kami, kala itu aku
sedang tidak ada di rumah, hanya ada Vega di sana. Lalu berita yang aku
dengar Vega mengusir ibuku. Tak lama setelah kejadian itu, ibu jatuh
sakit dan dirawat di rumah sakit. Kabarnya ibu sakit keras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Keadaan ibu semakin hari semakin kritis. Aku memutuskan untuk
menyambangi ibu, namun Vega masih saja melarangku untuk menemui ibuku.
Dulu aku suka Vega, ya aku suka dia karena dia seperti ibuku. Dia bisa
memberikan kasih sayang seperti yang ibuku berikan, juga perhatian yang
sama besarnya dengan punya ibu, serta kenyamanan saat bersamanya terasa
sama dengan rasa nyamanku bila dengan ibu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sekarang aku mengerti, dia bukan ibuku. Dia yang kini
diselimuti amarah dan kebencian. Dia yang kini berbeda. Dia bukan lagi
wanita yang aku puja puji. Bukan lagi sosok seperti ibu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bersikeras untuk pergi menemui ibuku. Vega menarik tanganku dan
berkata selangkah saja aku keluar dari sini maka jangan harap aku bisa
kembali. Namun aku tak gentar dengan ancamannya. Tekadku sudah bulat.
Semua ini tidak bisa diteruskan lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Vega memang seperti ibuku, namun bukan dari rahimnya aku ada, bukan
dengan air susunya aku tumbuh dan bukan karena peluhnya aku dewasa.
Jadi, jika harus aku memilih yang seharusnya kupilih, tidak lain tidak
bukan adalah ibuku.</div>
<div style="text-align: justify;">
********** By: Nasrudin </div>
<h1 class="entry-title" style="text-align: justify;">
</h1>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-27945414761571552982012-05-21T20:58:00.002-07:002012-06-12T21:10:26.084-07:00Tak Seindah Kupu-kupu<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioHvzOJBtxWhDBCFfQg63-7FL2jSdO7My4XhHRvFbAy4HuK0ZEV4jVcCnDM9BhjYACObHQczQz4t3T47VbbHthTZgxrdGB7UcR116MH4PBFHCuqSet_VFqtA7_cU_7idP1bbGmMS1vyio/s1600/544988_238335836281539_614775668_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioHvzOJBtxWhDBCFfQg63-7FL2jSdO7My4XhHRvFbAy4HuK0ZEV4jVcCnDM9BhjYACObHQczQz4t3T47VbbHthTZgxrdGB7UcR116MH4PBFHCuqSet_VFqtA7_cU_7idP1bbGmMS1vyio/s200/544988_238335836281539_614775668_n.jpg" width="150" /></a><i><span style="color: maroon;"> Hari
itu ulang tahunku. Hari yang menjadi awal kehancuran persahabatanku
dengan kedua orang sahabatku tercinta, Poppy dan Wawan. Kami bertemu dan
menyatu karena cinta, namun cinta pula yang membuat kami akhirnya
berpisah dan tak lagi peduli satu sama lain. Oh, cinta ternyata bisa
juga menghempaskan persahabatan kami. </span></i></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: maroon;">Pagi yang indah, diantara aku, Poppy dan Wawan.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
“ Selamat ultah, Regina.” Wawan mengecup
keningku lalu menyerahkan kado mungil. Poppy menyusul dengan senyum
manisnya. Dia memelukku dan mencium pipiku.<br />
<div style="text-align: justify;">
“ Selamat ultah ya, sayang.” Ucapnya seraya menyerahkan kado.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Makasih teman-teman, aku bahagia
karena kita masih bisa akrab hingga sekarang. Meski kita sama-sama
kerja, kita tetap saling mengingat satu sama lain..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Jangan khawatir, Regina. Persahabatan kita akan selalu abadi, iya kan, Pop?” Poppy mengangguk.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Walau kita sudah menikah, kita tetap
harus saling kontak dan </div>
<a name='more'></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQvR-u3QpU7O5qV04at0mqidNr0nSdmPhwD06wbWzxl04RQqI4OJNDbTDCijSVGTmYqKi7jEm0Lb4UBAfqgCZJxNGvmyj8AO3Ki1W2sGhbsGDSdvy284d_qA5tYEJdj0TaRQT_2liyiNQ/s1600/78.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQvR-u3QpU7O5qV04at0mqidNr0nSdmPhwD06wbWzxl04RQqI4OJNDbTDCijSVGTmYqKi7jEm0Lb4UBAfqgCZJxNGvmyj8AO3Ki1W2sGhbsGDSdvy284d_qA5tYEJdj0TaRQT_2liyiNQ/s200/78.jpg" width="200" /></a>tahu keadaan kita masing-masing. “ tambahnya.
Aku makin bahagia. Hari ini ulang tahunku terasa makin sempurna karena
kehadiran mereka.<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bertiga kami berbagi canda dan tawa
sambil menikmati hidangan ulang tahun yang khusus aku siapkan untuk
mereka. Di rumahku yang mungil di kompleks perumahan, aku menjamu
mereka. Ini juga sekaligus untuk syukuran atas rumah yang baru saja aku
renovasi. Sejak tiga tahun mencicil rumah ini, baru sekarang aku bisa
merenovasi dan menempatinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Rumahmu keren, Regina.” Puji Wawan saat mengelilingi rumahku. Dia berjalan-jalan sambil memegang gelas berisi minuman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
“ Warnanya juga keren, Regin.” Poppy menimpali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Makasih. Anggap saja ini rumah kalian.
Jangan sungkan untuk datang kemari dan menginap. Pintu rumahku selalu
terbuka untuk kalian.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Wawan terbahak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Jangan begitu, Regina. Kalau aku
anggap rumahku, wah kamu bakal stress. Aku ini sembrono, tidak rapi dan
meletakkan barang kadang aku lupa di mana tempatnya hahahaha..”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Kan ada Poppy yang bisa merapikan..hahahaa.” balasku yang di sambut Poppy dengan tawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Biar aku yang merapikan, ntar kamu yang nyuci pakaian ya…” kami bertiga serempak tertawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hari yang sangat membahagiakan. Bertiga
kami bisa berkumpul dan tertawa bersama. Dulu, setiap saat kami bisa
berkumpul namun sejak kami bertiga kerja dan mulai sibuk dengan segala
macam kegiatan, intensitas pertemuan kami mulai berkurang. Sekarang
kami hanya bisa bertemu seminggu sekali yaitu hari sabtu atau minggu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ok, Regina. Selamat atas rumah barumu.
Kapan-kapan kalau aku suntuk dan bete, aku akan kabur kemari..” Ucap
Wawan yang bersiap pamit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Janji, ya. Poppy juga.” Aku mengantar
mereka yang beriringan masuk ke dalam mobil masing-masing. Poppy
memelukku sebelum masuk ke dalam mobilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
“ Makasih ya, sayang. Hati-hati.” Kataku pada Poppy.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
Aku lega, acaraku hari ini berlangsung sukses.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Minggu pagi yang indah namun tidak
dengan hatiku. Semalam aku tidur larut karena kedatangan Wawan dalam
keadaan mabuk. Ku kucek mataku dan mulai melihat sekeliling kamarku. Aku
turun dari pembaringan lalu menuju kamar mandi untuk merapikan diri
sebelum keluar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Langkahku sempoyongan karena masih
kantuk. Hari minggu seperti ini biasanya aku masih tiduran di kamar.
Namun karena Wawan, aku terbangun lebih awal. Aku ingin melihat
keadaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ku ketuk kamar tidur untuk tamu. Tak ada
jawaban. Ku ketuk lagi tetap tak ada sahutan. Ku sentuh gerendel pintu,
ternyata tidak terkunci. Aku menengok ke dalam, ternyata Wawan masih
tidur. Ku hampiri dan duduk di sisi pembaringan. Kusentuh dahinya. Dia
tidak demam. Syukurlah dia baik-baik saja, batinku.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bangkit lalu menarik kain jendela hingga cahaya matahari menerangi ruangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Regina, kamu udah bangun..” suara parau Wawan membuatku menoleh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
“ Gimana perasaan kamu sekarang? Udah baikan?” aku mendekatinya. Wawan menarik tubuhnya lalu bersandar di tempat tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
“ Kepalaku agak pening. Maaf sudah
merepotkanmu. Aku tidak mungkin kembali ke rumah dalam keadaan mabuk.
Orang tuaku bakal marah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
“ Aku juga kaget saat melihatmu. Apa kamu ada masalah?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
Kutatap wajah Wawan yang muram.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Aku malu padamu. Setiap kali aku ada masalah, aku selalu mencarimu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
“ Kamu sahabatku. Membicarakan masalahmu sama saja dengan membicarakan masalahku. Bukankah kita sudah sepakat?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
Wawan tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Tapi sepertinya aku yang selalu meminta bantuan kalian. Aku bahkan lebih dekat dengan kalian daripada dengan keluargaku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
Kusentuh jemarinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Jangan seperti ini lagi ya. Aku sedih melihatmu seperti semalam.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Aku janji tidak akan mengulangnya. Karena itu aku kemari. Aku butuh tempat untuk menenangkan diri..”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ok, kamu istrahat saja dulu. Aku turun dulu, ya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kutepuk sekali lagi tangannya lalu melangkah mendekati pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
“ Regina! Makasih ya..” sahut Wawan.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: center;">
“ Iya.” Balasku lalu keluar kamar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: maroon;"><i> Sejak
hari itu, Wawan menetap di rumahku. Aku tidak memintanya, Wawan sendiri
yang mengutarakan keinginannya agar bisa tinggal di rumahku. Alasan yang
dia kemukakan, karena aku seorang perempuan. Tidak baik tinggal seorang
diri. Pengurus rumah dan sopir hanya datang siang hari, sementara malam
hari aku sendirian. Itu yang menjadi kekhawatiran Wawan hingga berniat
untuk tinggal bersamaku.</i></span></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-35654972158699484742012-05-21T20:51:00.001-07:002012-06-12T20:57:13.588-07:00Antara Cinta dan Benci<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTbJGHjo6ZY5cRArV89O2LPDkyudevrdoimIyY2aVKuKdVZ1d49d9bjcjOZz4tRcgtZjCoDsmZPkuqMcw8YVAgKbEAzWz-WKgD9ABBYGOVKHmLf0FhCnuNL3-Bn4716GTkhPrDACpKMi4/s1600/526492_200524260062697_263670345_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTbJGHjo6ZY5cRArV89O2LPDkyudevrdoimIyY2aVKuKdVZ1d49d9bjcjOZz4tRcgtZjCoDsmZPkuqMcw8YVAgKbEAzWz-WKgD9ABBYGOVKHmLf0FhCnuNL3-Bn4716GTkhPrDACpKMi4/s200/526492_200524260062697_263670345_n.jpg" width="178" /></a> Deni duduk di teras rumahnya. Sebatang rokok
terselip di antara sela jari telunjuk dan tengahnya. Asap mengepul dari
mulutnya. Nikotin dari tembakau yang terbakar membuat pemuda berambut
spike itu lebih nyaman dan tenang. Ujung bibirnya tertarik ke atasa saat
ia mulai mengingat kejadian semalam. Tapi senyum di wajahnya tak
bertahan lama. Deni tahu sikapnya itu akan turut menyakiti hati seorang
gadis yang dipermainkannya. Rasa sesak menyelinap dalam sela hatinya
jika membayangkan gadis – yang tanpa disadari telah dicintainya – itu
terluka. <i>Aku sudah tidak dapat mundur lagi</i>, batinnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Brum. Deru sebuah motor sport yang berhenti di
depan rumah Deni membuat perhatian pemuda itu terpecah. Seorang pemuda
yang sudah amat dikenal Deni turun setelah melepas helmnya. Deni
menjatuhkan batang rokoknya, menginjaknya hingga tak ada bara api yang
menyala. Sambutan hangat ia berikan pada sang tamu. “Aku baru kepikiran
mau ke rumahmu,” ujar Deni. Ia mengulurkan tangan, sekedar memberikan
jabat tangan persahabatan yang sangat khas. Menjabat sekilas, mengepal
dan saling membenturkan kepalan tanga itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ya, aku sedang bosan di rumah,” sahut tamu Deni.
Ia bergerak dan menghempaskan pantatnya pada bangku panjang dari ayaman
rotan. Deni mengikutinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPBPw7L1S6v_36O2iMgZKhX6G_CnUD-XMwmCno_5aO2gSS1em68tpKLxd93ELJxlIF9BK80uZozRT6raBnPX_8EYvifA6qgwggKCinV4eb20Mc5kFGjiQh8qGJUX7oLrbnnGK_hyphenhyphenUsUWs/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPBPw7L1S6v_36O2iMgZKhX6G_CnUD-XMwmCno_5aO2gSS1em68tpKLxd93ELJxlIF9BK80uZozRT6raBnPX_8EYvifA6qgwggKCinV4eb20Mc5kFGjiQh8qGJUX7oLrbnnGK_hyphenhyphenUsUWs/s200/5.jpg" width="150" /></a>“Ada kabar apa?” tanya Deni. Tangan kanannya
menyuruk ke dalam saku, mengambil bungkus rokok. Ia menawarkan pada
tamunya. Sambutan yang cukup ramah didapatnya. Mereka sama-sama mulai
menyulut batang rokok yang terselip di antara bibir mereka. Asap
mengepul cukup pekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Masih sama seperti kemarin, mungkin akan lebih
baik sekarang… Kita sedang menunggu reaksi mereka. Bagaimana denganmu?
Pestanya menyenangkan?” Pria itu menoleh, memandang Deni, menunggu
jawaban.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Deni menyeringai. “Sangat menyenangkan, meski ada sedikit kekacauan. Tapi aku cukup puas,” jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kau berkelahi dengannya ya?” tebak pria itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ya, seperti itulah, Jef. Aku suka memancing amarahnya, menyakitinya secara pelan-pelan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kau memang benar-benar tega!” sindir Jefri.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mimik muka Deni berubah, rahangnya mengeras, tangan
kanan mengepal erat, sorot tajam penuh kebencian tersirat jelas dari
matanya. “Itu harga yang pantas untuk mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ya, mungkin begitu tapi aku harap hanya sebatas
ini yang kita lakukan. Aku tidak mau terlalu dalam membuat orang
menderita, apa yang terjadi padamu tidak sepenuhnya salah mereka,” sahut
Jefri seraya menepuk bahu Deni. Ia selalu mendukung apa pun yang
dilakukan Deni. Namun, Jefri juga berharap temannya itu mau sedikit
membuka pintu maaf untuk orang-orang yang sudah membuatnya menderita.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seorang gadis dengan rambut panjang terikat ke
belakang duduk termenung di dekat jendela kamar hotel. Ada segaris warna
kehitaman di bawah garis kelopak bawah matanya. Gadis itu tidak
mendapat tidur yang cukup malam tadi. Bahkan mungkin dia memang tidak
tidur. Kakinya ditekuk, kedua tangan memeluk lutut, pandangan kosong
menatap langit biru di luar sana. Sesekali jari jemarinya bergerak
menyentuh bibir merah cerry-nya. Ngilu hati menjalari hatinya mengingat
kejadian yang telah terlewatkan beberapa jam lalu. Ia tidak tahu apa
yang dirasakannya. Terkhianati kah? Sedih? Tersakiti? Terhina? Marah?
Atau malah menginginkannya lagi? Perasaan itu bercampur, membaur jadi
satu membentuk nuansa galau dalam hatinya. Rando kenapa kamu harus
melakukan ini padaku? Batinnya. Hembusan napas pelan meluncur dari
mulutnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
“Apa semalam terjadi sesuatu?” Suara bass seorang
pria berkulit gelap yang mendekat dan duduk di samping gadis itu
membuyarkan lamunan sang gadis. Gadis berambut hitam itu menggeser
tubuhnya, mendekati si pria. Sebuah pelukan hangat menyambutnya. Pria
itu membelai rambut sang gadis dengan lembut. “Apa yang telah terjadi?”
ulang pria itu.</div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Aku tak pernah mengerti dengan sikapnya, Kak,” jawab si gadis.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
“Kenapa? Apa dia menyakitimu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
Gadis itu menggeleng. Kurang dari sedetik mengangguk. Si pria berkulit gelap menaikkan alis kanannya, heran. “Jadi?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Dia menciumku, Kak,” jawabnya dengan wajah memerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Apa? Hanya karena itu? Hahaha…” Ledak tawa pria
itu terdengar nyaring. “Astaga, Aghni… hanya karena itu kamu marah?”
tanyanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aghni melepas rangkulan kakaknya, melotot dan berkaca pinggang. “Kenapa tertawa?” dengusnya kesal.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kakaknya, Toni tertawa terpingkal, sampai-sampai ia
harus memegangi perutnya. “Kamu lucu… hanya karena pacarmu menciummu,
kamu jadi seperti ini? astaga….”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
“Dia bukan pacarku, Kak!” tegas Aghni.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
“Hah? Apa?” ulang Toni.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
“Dia bukan pacarku! Bagaimana Kakak bisa berpikiran seperti itu? dia saja tidak pernah menyatakan perasaannya padaku!”</div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
“Benarkah?”</div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
“Ya!”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aryo duduk di balik meja kerjanya. Tumpukan kertas
menggunung di depannya. Hari ini pekerjaannya cukup banyak. Kepalanya
terasa berat, masalah yang menimpanya kali ini membuatnya sangat lelah.
Sesekali Aryo memijat kepalanya, mencoba menghilangkan pusing. Satu per
satu berkas di mejanya ia ambil, membaca, menorehkan tanda tangan lalu
meletakkan ke bagian meja yang masih kosong agar dapat diambil oleh
sekretarisnya nanti. Aktivitas Aryo terhenti saat ia mendapati sebuah
amplop coklat besar yang masih tertutup rapi. Keningnya berkerut. Rasa
penasaran Aryo membuat tangannya bergerak cepat merobek salah satu ujung
amplop, mengeluarkan isi di dalamnya. Belasan lembar foto tersaji.
Matanya melebar memandangi foto-foto itu. Stevan, sebuah nama yang
bercokol dalam benaknya. Tanpa pikir panjang Aryo menutup kembali amplop
itu dan berjalan keluar. Harus ada yang ia selesaikan tentang hal itu.
Harus ada kejelasan yang pasti tentang foto-foto itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rando berdiri resah di depan kamar hotel, kamar
yang ditempati Toni. Tangan kanannya terangkat bersiap mengetuk pintu.
Pada detik berikutnya tangan itu turun, enggan melakukan apa yang
diinginkan pemiliknya. Rando ragu, bingung, dan merasa sangat bersalah.
Ia ingin bertemu dengan Aghni, tapi takut melihat gadis itu. “Ah,
mending balik aja!” gumam Rando seraya membalik tubuhnya. Ceklek. Pintu
tiba-tiba terbuka membuat Rando terkejut. Bukan gadis yang disukainya
yang menampakkan diri, melainkan sosok seorang pria bertubuh gelap.
“Kamu mencari Aghni?” tegur Toni. Rando mengangguk ragu. “Setengah jam
lalu dia pulang. Lebih baik kamu selesaikan urusan kamu dengannya
segera. Beri penjelasan yang pasti padanya, dia terlihat sangat
bingung,” jelas Toni.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Benarkah?” tanya Rando tak yakin. Bola matanya bergerak tak menentu, bingung.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Toni berjalan mendekat lalu menepuk bahu Rando.
“Bicarakan baik-baik saja dengannya dan jangan buat dia kecewa. Aku
sudah menitipkan dia padamu, kamu harus dapat menjaganya baik-baik,”
ujar Toni. Mendengar itu perasaan Rando sedikit tenang, pikirannya tak
serisau sebelumnya. <i>Aku memang harus segera mengatakan perasaanku padanya</i>, tekadnya dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rando balas menyentuh bahu Toni, menatap dengan
binar penuh kenyakinan. “Terima kasih, aku tidak akan mengecewakannya!”
janjinya seraya tersenyum. Rando tak mau membuang waktu. Ia segera
berlari meninggalkan Toni, menuju tujuan awalnya menemui Aghni.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Plak. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi
seorang pria berumur dua puluhan. Tatapan tajam sang penampar tak luput
mengenai tubuh pria itu. Rasa kecewa yang cukup dalam membuahkan amarah
tak terkendali. Aryo menghempaskan amplop coklat yang ia bawa ke atas
meja ruang tamu rumahnya. Isi amplop itu berceceran, lembar-lembar
kertas yang menampakkan kemesraan tercela antara sepasang anak manusia
berhamburan di atas meja, di lantai bahkan malayang mendarat di atas
sofa. Pria muda di hadapan Aryo melirik kertas-kertas foto itu. Matanya
melebar tak percaya. <i>Bagaimana bisa?</i> Batinnya. “Kamu mau membuat malu keluarga kita!” bentak Aryo. “Selama ini aku mendidikmu dan inikah balasan darimu!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tina yang mendengar kegaduhan di ruang tamu segera
menghambur keluar dari dapur. Teh yang telah ia buat ditinggal begitu
saja. Ia terkejut mendapati foto-foto berserakan menampakkan penampilan
tak senonoh anaknya. “Apa yang terjadi sebenarnya?” tanyanya pada Aryo.
Ia bingung dengan apa yang dilihatnya. Aryo diam tak menjawab. Tina pun
beralih memandang anak keduanya, Stevan yang berdiri dengan kepala
tertunduk. “Stevan, jelaskan pada Mama apa yang terjadi sebenarnya? Ini
bohongkan?” ujarnya tak dapat mempercayai bukti nyata yang berserakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Stevan terdiam, tak mampu menjawab. Semua itu benar
adanya tapi ia sulit menjelaskan. Terlalu rumit bahkan ia sendiri pun
masih tak mengerti dengan apa yang terjadi. Satu hal yang terbesit dalam
pikirannya ia utarakan untuk sedikit meredam emosi kedua orang tuanya.
“Saat itu Stevan tak sadarkan diri… Stevan tak tahu apa yang terjadi.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Jadi itu benar?” pekik Tina. Stevan membuang muka,
tak menjawab. Tina mengartikan gerak Stevan sebagai sebuah jawaban
‘iya’. Tiba-tiba kaki Tina terasa lemas. Ia limbung ke belakang,
terduduk di atas sofa ruang tamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Plak! Sekali lagi Aryo mendaratkan tamparan
kerasnya di atas pipi Stevan. “Anak tak tahu diuntung!” seru Aryo dengan
nada tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Mas…..!” Tina memekik sekali lagi. Ia tak percaya suaminya akan menngucapkan kata-kata buruk itu untuk anaknya.<br />
<br />
*****@(`-`)@**** </div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-61520680614712319532012-05-21T20:37:00.002-07:002012-05-21T20:37:33.724-07:00Aku MencintaiMu Karena ALLAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0R-JNkqMy9Jkk1x_ngPZT1E0ILCqZFi58i5G-bzh7Yotqt-mRDuKTacyZ90OqpSzUzJdMlKAFdYSkzaGQz-k2bjykyrhNuQdhjCCC54lP0njZ0ka5A2YwtHdBUdbTjSkuRdBel468Q0g/s1600/yu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0R-JNkqMy9Jkk1x_ngPZT1E0ILCqZFi58i5G-bzh7Yotqt-mRDuKTacyZ90OqpSzUzJdMlKAFdYSkzaGQz-k2bjykyrhNuQdhjCCC54lP0njZ0ka5A2YwtHdBUdbTjSkuRdBel468Q0g/s200/yu.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Hari ini Khalid
sedang bingung, bukan bingung menunggu pengumuman SMUN, karena beberapa
hari yang lalu Khalid mendapat konfirmasi dari SMUN dan lolos, begitupun
Dhisya. Dari IPB hanya mereka berdua yang lolos. Khalid senang, Ia
berharap akan menjadi lebih bermanfaat nanti. Namun yang lebih
membuatnya bahagia adalah karena Dhisya juga lolos, maka selama dua
bulan ke depan mereka akan hidup bersama dalam satu atap, asrama SMUN,
Khalid di lantai dua, sedangkan Dhisya di lantai tiga. Peserta SMUN akan
mengikuti pelatihan pendidikan selama dua bulan untuk pembekalan
menjadi Guru Model SMUN Dompet Dhuafa. Dua bulan ini pula yang akan
dijadikan Khalid untuk mengenal Dhisya lebih dekat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Rasa untuk Dhisya <em>bak</em>
bola salju, semakin lama, menjadi semakin besar. kian membuncah. Dhisya
juga merasakan hal yang sama, namun sebagai perempuan yang baik, Dhisya
tidak akan sembarangan meluapkannya. Dhisya mampu menyimpan rapi sekali
perasaannya di hadapan Khalid. Jika menelepon dan sms, tidak ada yang
aneh, wajar-wajar saja. Ia berhasil membuat Khalid sama sekali tidak
mengetahui rasa itu. Rasa yang juga kian membuncah di dadanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Namun ada yang
mengusik hati Khalid, Dyah akhir-akhir ini lumayan sering
menghubunginya, menanyakan apakah Khalid masih memiliki rasa untuk
anaknya, Rina Hapsari. Dyah benar-benar ingin mendapatkan menantu yang
baik seperti Khalid. Apalagi Dyah menangkap masih ada rasa yang besar
untuk Khalid di mata anaknya, Rina. Tiga tahun bersama jelas bukan waktu
yang sebentar. Banyak kenangan yang sudah membekas di hati Rina.
Diam-diam Rina juga merasa menyesal pernah bertindak bodoh, menyakiti
Khalid yang dulu benar-benar menyintainya. Kini Ia tahu bahwa mencari
lelaki yang sabar seperti Khalid memang tidak mudah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Rina juga tidak
tahu kalau Dyah, sang ibu sering menghubungi Khalid belakangan ini. Dyah
menelpon Khalid selalu ketika malam hari, saat Rina sudah terlelap. Dan
Setiap kali Dyah menelpon, Khalid hanya menjawab dengan kalimat
diplomatis, tidak menerima dan juga menolak, <em>kalau jodoh insya Allah Khalid akan menjadi menantu tante, tapi kalau tidak jodoh, mau diapain juga tidak akan bisa tante. </em>Hanya itu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Khalid bimbang,
harus memilih satu diantaranya, Dhisya atau Rina. Memandang keduanya
memang menenangakan, sama-sama menutup auratnya dengan sangat baik. Rina
anak sulung yang manja, ngalem sekali ia kalau sama Khalid, benar-benar
menggemaskan. Sedangkan Dhisya adalah bungsu yang dewasa, mandiri, dan
cerdas. <em>Hey Khalid, tegaslah, mau yang dewasa atau yang masih anak-anak? </em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Di hati Khalid
memang masih ada rasa yang tersisa untuk Rina, namun bayangan kelam masa
lalu benar-benar tak bisa dilupakan dengan mudah. Semua pengorbanannya
dahulu disia-siakan Rina. Ia trauma. Sedangkan rasa untuk Dhisya juga
kian tumbuh, namun Ia belum tahu pasti apakah Dhisya juga memiliki rasa
yang sama. <em>Bagaimana jika ternyata Dhisya tidak memiliki rasa apapun ke Khalid? </em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Andai Khalid
tahu bahwa Dhisya juga mencintainya, mungkin tidak akan menjadi serumit
ini. Disinilah lemahnya manusia, Ia tidak memiliki ilmu apa-apa. Jika
jemari kita dicelupkan ke dalam lautan, kemudian diangkat, maka air yang
membasahi jemari kita, itulah ilmu manusia. Sedangkan air yang ada di
lautan adalah ilmu Allah. Jelas tidak ada apa-apanya, namun manusia
sering lupa dan sombong, bangga dengan ilmunya dan melupakan sang
pencipta. <em>Ah kasihan sekali manusia</em>. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span><span> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Sudah jam 9 pagi, dengan kebimbangan di hatinya, Khalid tetap membantu Tuminah membuat kue siput<span> </span>untuk
cemilan lebaran, Yudi masih terlelap setelah kembali merangkul mimpi
ba’da Shubuh tadi, sedangkan Salim sedang ke Pasar. Tiga hari lagi
lebaran tiba. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>”Kapan kamu akan kembali ke Bogor Lid?” tanya Tuminah sambil membuat adonan kue.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Mungkin
seminggu setelah lebaran Mak” jawab Khalid, “Kemarin aku udah minta
temen yang ada di Bogor untuk membelikan tiket dan yang murah itu
seminggu setelah lebaran. Harga tiketnya 475ribu, Mak”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> “Terus nanti tiketnya kamu ambil dimana?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Dikirim lewat
email. Kayak surat gitu, tapi pake internet. Jadi nanti pas di kota
Bengkulu aku ambil di warnet terus di print” Khalid menjelaskan. Tuminah
memang hanya lulusan SD, banyak istilah yang Ia tidak mengerti. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> “Ooohh.. Ya udah gak apa-apa. Ambil aja, mumpung murah. Tahun lalu kamu kan dapet tiketnya mahal tuh, sampe 800ribuan” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Iya mak” Khalid mengiyakan, “Mbak endang sama Mas Nur kapan ke rumah mak? Aku udah kangen sama Fajar, Salwa, Tia, dan Arum”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> “Kemarin pas
nelpon, katanya ke rumahnya pas malam takbiran. Mbak Endang harus
menjaga warungnya. Lumayankan, semakin dekat lebaran, biasanya semakin
ramai yang ke warung membeli bahan pokok untuk persediaan lebaran”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Khalid
mengangguk dan kembali asik memilin adonan yang sudah disediakan oleh
Tuminah. Kue siput adalah kue kacang goreng yang dibalut oleh adonan
tepung hingga membentuk seperti siput yang memanjang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> “Mak, kemarin
tante Dyah nelpon Khalid dan bilang kalau Rina masih suka sama Khalid.
Khalid disuruh ke rumahnya” Khalid menceritakan semuanya ke Tuminah,
“Tante Dyah ingin Khalid melamar Rina mak”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em><span>“Wes, ora usah to lhe, opo kuwe lali mbiyen Rina wes nyakitin awakmu lhe?</span></em><span> Rina juga kan manja banget Lid. Cari yang lain aja”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> “Iya mak, Aku
juga sebenarnya masih bingung. Aku sih sebenarnya juga masih sayang lo
mak sama Rina, tapi kalau inget dulu dia gak pernah serius sama Aku,
jadi takut juga kalau Rina ngulangin lagi tingkahnya dulu” Khalid
menjelaskan, “Apalagi sekarang aku juga lagi suka sama orang mak,
makanya bingung”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> “Suka sama siapa? Anak mana Lid? Siapa namanya?” Tuminah menjadi antusias.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Namanya Dhisya
Hanna Annahla, mak. Panggilannya Dhisya. Aku kenal pas wawancara SMUN di
Dompet Dhuafa kemarin mak. Anak IPB juga, tinggal di Depok”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em><span>“Wong jowo?”</span></em></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Bukan mak,
Sunda campur Betawi mak. Tapi anaknya baik dan sholehah. Jilbabnya itu
lo mak, lebar banget, Aku suka. Kemana-mana pakai kaos kaki dan manset.
Dia benar-benar menjaga auratnya dengan baik”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Tapi bukannya orang Betawi itu keras-keras ya Lid? Kenapa gak nyari yang orang jawa aja. Orang jawa itu <em>nerimo</em> dan <em>manut</em> sama suami Lid”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Dhisya kan
punya pemahaman yang baik mak, walau bukan orang jawa pasti juga mau
manut sama suami. Suami itu kan imam dan kunci syurga bagi istri to?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> “Ya udah kalau
kamu yakin dia baik dan sholehah kamu ngomong aja ke dia” Tuminah duduk
di hadapan Khalid dan membantu memilin adonan yang lumayan banyak di
hadapan Khalid. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Masalahnya aku
gak tau mak, dia suka sama aku atau gak. Lagian orang kayak dia mana mau
sembarangan ngomong suka. Orang kayak dia itu biasanya gak mau pacaran,
kalau memang suka ya menikah langsung”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> “<em>Mosok gitu lhe</em>, lah terus belum kenal gitu emang bisa langgeng pernikahannya? <em>Mbok yo</em> pacaran dulu beberapa bulan biar saling mengenal”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Dalam Islam
itukan memang gak ada pacaran mak. Banyak mudhorotnya. Ciuman lah,
peluk-pelukan lah. Tuh di berita juga kan banyak orang yang hamil di
luar nikah karena pacaran mak” Khalid mencoba menjelaskan kepada
Tuminah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Tuminah mengangguk mengerti, “Ya udah, kalau kamu maunya langsung menikah juga bagus”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Iya mak, tapi
kan aku masih bingung, milih Rina atau Dhisya? Kalau milih Rina, udah
jelas insya Allah diterima, tapi Rina memang manja dan dulu kan pernah
nyakitin aku. Ntar pas udah nikah kalau ngulangi lagi kayak dulu kan
repot” Khalid menjelaskan, “Kalau milih Dhisya, aku gak tau dia suka
juga sama aku atau gak. Kalau ternyata dia gak suka sama aku gimana?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Lah kamu sudah minta petunjuk sama Allah belum Lid? Sudah shalat istikharah?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em><span>Ataghfirullah
hal ‘adzim, mengapa aku melupakan Mu ya Allah. Aku lupa bahwa urusan
ini Engkaulah yang lebih mengetahui mana yang baik dan buruk</span></em><span>, Khalid membatin. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Belum mak, Lupa”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Kalau gitu,
kamu minta petunjuk dulu sama Allah. Shalat malam dan istikharah. Apapun
hasilnya nanti, mamak dukung. Kalaupun Rina, ya tidak apa-apa, siapa
tau dia sudah berubah dan menjadi lebih baik bersama kamu”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Iya mak, nanti aku shalat malam dan istikharah dulu”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> *****</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Di pertigaan
malam Khalid harus bangkit dan mengakhiri mimpinya. Ia lihat Yudi masih
terlelap sekali di sampingnya. Bagaimana tidak, Ia baru tidur jam 1
dinihari, biasa, main <em>winning eleven</em> di PS duanya. Setelah
merasa nyawanya kembali penuh, Khalid keluar kamar perlahan, Ia tidak
ingin menimbulkan keributan dan membangunkan yang lain. Namun Khalid
salah, Tuminah dan Salim ternyata sudah bangun dan sedang shalat di
mushalla rumah mereka. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Khalid masuk ke
kamar mandi, bersih-bersih sejenak dan berwudhu. Setelah mengganti
pakaian dengan yang lebih layak untuk menghadap Allah, Khalid memilih
shalat di kamar tamu rumahnya yang sedang kosong. Khalid ingin hanya
berdua saja dengan Allah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Khalid memulai
ritual malamnya dengan melakukan shalat taubat. Ia merasa sangat
bersalah karena sudah sejauh ini belum melibatkan Allah sedikitpun dalam
proses yang sedang Ia jalani. Ia terlena dengan nikmatnya getaran rasa
di hatinya. Ia lupa bahwa getaran dan rasa itu adalah anugerah dari
tuhannya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em><span>Ya Allahu Rabbuna, hamba telah melupakan Mu dalam proses yang sedang hamba jalani ini. Hamba lupa dan lalai</span></em><span>. Mata Khalid basah. <em>Ya
Allahu Rabbuna, ampuni hamba jika selama proses dan interaksi hamba
dengan Dhisya selama ini ada hal-hal yang tidak engkau ridhoi</em>. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Setelah selesai
melakukan shalat taubat, Khalid melanjutkan dengan melakukan shalat
hajat dan istikharah. Begitu banyak keinginan yang disampaikan Khalid
malam ini ke Allah dan Allah menyukainya. Allah menyukai hamba yang
banyak meminta kepada Nya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em><span> Ya Allahu
Rabbuna, engkaulah yang membolak balikkan hati hamba. Engkau mengetahui
setiap bisikan dan rasa yang ada di hati hamba. Engkau juga pasti
mengetahui bahwa hamba masih memiliki rasa yang besar ke Rina, namun
masa lalu yang kelam menjadi trauma tersendiri bagi hamba ya Rabb. </span></em></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em><span> Ya Allahu
Rabbuna, sungguh tidak ada daya dan upaya melainkan hanya milik Mu ya
Rabb. Sungguh hanya engkaulah yang mengetahui rahasia langit dan bumi,
engkaulah yang mengetahui mana yang baik dan buruk untuk hamba ya Allah,
maka berilah petunjuk kepada hamba agar hamba tidak salah menentukan
siapa yang akan hamba pilih. Amin</span></em><span>. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Selesai
memanjatkan doa kepada Allah, Khalid membuka al Quran mungilnya dan
melanjutkan tilawah. Beberapa halaman saja. Perlahan ia membacanya.
Damai sekali. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Setelah itu,
Khalid melipat sajadahnya dan menuju ke dapur. Ada suara berisik disana,
ternyata Tuminah sedang memanaskan beberapa sisa makanan tadi malam
sambil menanak nasi di <em>rice cooker</em>. Sebentar lagi semua menu siap tersedia. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Yudi mana Lid?” tanya Tuminah yang menyadari kedatangan Khalid. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Masih tidur mak. Tadi kayaknya dia begadang lagi”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Selalu aja tuh
adikmu main PS sampai lupa waktu. Diingetin ya Lid, kasian kalau
begadang setiap hari. Apalagi sejak kecelakaan beberapa tahun yang lalu,
adikmu itu jadi mudah sakit-sakitan”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Insya Allah mak”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span>“Oia, kamu mau dibuatin apa minumnya? Teh atau susu?”</span></div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Teh manis aja deh mak. Aku kan gak suka susu”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Setelah semuanya
tersaji di meja makan, barulah Khalid membangunkan Yudi. Sahur kali ini
tidak begitu spesial, hanya ada nasi hangat, telur dadar, tumis
kangkung, dan sambal tomat. Apapun menunya, Khalid selalu menikmati
setiap masakan Tuminah. Nikmat sekali. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Pagi ini Khalid
merasakan kedamaian yang dalam sekali, walau tadi ia sudah bangun ketika
masih banyak manusia yang tidur, namun ia sama sekali tidak mengantuk.
Justru ketenangan dan semangatlah yang terpancar di wajah Khalid. ia
lega karena sudah menumpahkan semua masalahnya kepada Allah. Ia sudah
memasrahkan semuanya kepada sang pencipta. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> Dhuha menjelang,
Tuminah dan Salim sudah bersiap-siap melakukan shalat dhuha 8
rekaatnya. Ini adalah kebiasaan yang berhasil ditanamkan Suyanto kepada
Tuminah. Begitu kuat tertanam, hingga ketika kini Suyanto sudah 3 tahun
meninggal, Tuminah masih istiqomah menjalannya. Khalid menyaksikan
Tuminah dan Salim yang sedang melaksanakan Dhuha, Salim menjadi imam dan
Tuminah mengikuti dari belakang. Persis seperti dahulu ketika Suyanto
masih hidup. Khalid tergerak untuk melaksanakan Dhuha juga, Ia kemudian
bangkit dari duduknya dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan
berwudhu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Khalid kembali bersimpuh di hadapan Allah, menjalan 4 rekaat dhuhanya sambil kembali bermunajat kepada Allah. <em>Ya Allah, sungguh tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya milikmu</em>, gumam Khalid dalam doanya. </span></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-73802201121915122312012-05-20T07:19:00.002-07:002012-05-20T07:25:07.030-07:00LOVE STORY<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHr5ADok6WFlAJjqo3K5H85HcSfW1fg7plLGQ0oqePkVh-N_S5sD-UYkG-JW_ZYxUfH-GRrhe27wGw8cpXEhY9_8ktTqO2ysk2Y5b-notEJnrHBoIyIPySgEUngJGI7n-ROFnJQsE9dXc/s1600/imagesiiiiiiiii.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHr5ADok6WFlAJjqo3K5H85HcSfW1fg7plLGQ0oqePkVh-N_S5sD-UYkG-JW_ZYxUfH-GRrhe27wGw8cpXEhY9_8ktTqO2ysk2Y5b-notEJnrHBoIyIPySgEUngJGI7n-ROFnJQsE9dXc/s200/imagesiiiiiiiii.jpg" width="142" /></a></div> Love story itulah sebuah istilah yang lagi ngetren sekarang ini, seakan-akan cinta itu harus ada disetiap tempat dan waktu, dan seolah-olah yang namanya pacar itu pun menjadi suatu kewajiban yang harus dimiliki sebelum menikah dikalang anak-anak muda sekarang. Dengan didukungnya media dan teknologi yang canggih sekarang ini, cinta dapat dengan mudah didapatkan, diternak, dan dipermainkan.<br />
<div style="text-align: justify;"> ***********************<br />
Andik salah satu temanku yang berjuang untuk mendapatkan cinta dari seorang wanita, semenjak ia masih duduk dibangku sekolah dasar hingga kini ia telah dua kali menjadi sarjana, tapi semua perjuangannya itu selalu gagal. Sudah puluhan kali ia melesatkan ucapan maut seorang pria terhadap wanita yakni “I LOVE U”, tapi selalu meleset bahkan tidak menganai sasarannya sedikitpun. Ia seolah-olah tak pernah menyerah dalam mencari cintanya yang tidak jelas itu, berbagai tips dan trik-trik cinta ia pelajari, tapi semua itu tidak ada hasilnya sama sekali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Diusianya sekarang yang hampir mendekati kepala tiga ini, aku prihatin dengan temanku yang satu ini, semua teman-temannya selalu mengolok-oloknya dikarenakan ia Sucin (susah cinta), dan akhir-akhir ini setiap temanku itu mendapat undangan resepsi pernikahan, ia tak pernah menghadirinya dikarenakan ia malu ketika menghadiri acara resepsi, dan pasti ia selalu ditanya tentang kapan ia menikah, sedangkan ia saja belum punya pacar apalagi calon.</div><div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
<div style="text-align: justify;"> Ketika masuk ruangan kantor tempat kerjaku, aku melihat sebuah undangan resepsi pernikahan berwarna merah dengan diikat oleh pita berwarna merah muda yang diletakkan diatas meja kerjaku, dengan rasa penasaran aku pun membuka tali pita itu pelan-pelan dan membaca surat udangan itu, ternyata disitu tertuliskan nama temanku Andik Prasetiyo dengan Eni Rahmawati. Aku pun terkejut setelah melihat nama temanku itu disurat undangan tersebut, dan yang membuatku terkejut lagi adalah nama calon pengantin wanitanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Aku bersyukur sekali atas planning temanku dari kecil itu, untuk menutup masa lajangnya dengan cara menuju ke plaminan, walaupun ia harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan seorang pacar yang mana ujung-ujungnya ia pasti gagal, tapi mungkin ia tidak ditakdirkan untuk berpacaran melainkan langsung menikah. Setelah aku menutup undangan itu aku pun tarik nafas panjang lalu duduk santai dikursi kerjaku yang empuk itu, aku pun tersenyum ketika mengingat perjuangan cinta terakhir temanku itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Dari sekian banyak wanita yang menolak cinta temanku itu, ada beberapa wanita yang membekas dihatinya yakni Rini. Rini adalah teman seruangku dan Andik ketika kita masih dibangku pasca sarjana, waktu itu memang antara Andik dan Rini sangatlah dekat, bahkan kemana-mana mereka selalu bersama, tapi kali ini Andik tidak seperti biasanya ketika ia suka sama seorang wanita pasti Andik akan cepat-cepat menembaknya dengan mengatakan cinta kepada orang yang dicintainya, karena ia takut kalau orang yang ia cintai didahului oleh orang lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Setelah satu semester mereka dipasca sarjana Andik berkeinginan untuk menembak orang yang selama ini selalu menemaninya kemanapun ia pergi, Andik pun telah menentukan hari, tempat dan waktu untuk ia menembak Rini. Sehari sebulum rencana andik untuk menembak Rini terlaksanakan, Rini meminta Andik untuk menemuinya dibelakang kampus sehabis matakuliah terakhir. Andik pun dengan senang hati menemui wanita pujaannya itu, tapi setelah ia menemui Rini dibelakang kampus dan mengobrol empat mata disana, andik kembali dengan tampang seperti orang stres, ia mendekatiku dengan mata berkaca-kaca dan badannya lemas sekali.<br />
<br />
Aku pun membawanya pulang kerumahnya supaya ia bisa istirahat, entah apa yang mereka obrolkan dibelakang kampus sehingga membuat temanku yang satu ini menjadi lemah dan tidak berdaya, seperti orang keracunan bisa ular kobra. Setelah Andik agak enakan ia pun menyuruhku untuk mengambilkan undangan yang ada berada diranselnya, aku pun menuruti apa yang ia perintahkan, ketika aku lihat undangan itu, ternyata itu adalah undangan resepsi pernikahan.<br />
“Apa jangan-jangan Andik stres gara-gara undangan ini ya?” pikirku sambil membolak balik undangan itu, dan tiba-tiba andik mendekatiku dan merampas undangan itu dari tanganku.<br />
“Ini bro, kau tau ini? Ini undangan resepsi yang membuatku stres, ini undangannya si Rini perempuan yang aku idam-idamkan selama ini, dan esoknya hendak aku tembak, tapi apa? Ia malah memberiku undangan resepsi pernikahannya, padahal aku berharap penuh dengannya.” Kata Andik sambil meneteskan air mata dan meremas-remas undangan tersebut.<br />
“Dah, yang sabar lagi lah, kayak kamu ini gak pernah ditolak cewek aja. Kayak didunia ini cewek cuman Rini aja, walaupun kamu gagal dapetin si Rini kamu kan bisa dapetin adiknya Rina, justru kalau menurutku lebih cantik Rina dari pada Rini, dan secara umur pun kamu dan Rina itu pas, beda empat tahun dibawah kamu.” Candaku kepadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Akhirnya andik pun melakukan saranku yakni PDKT dengan Rina adik kandung dari Rini, walaupun saranku itu disertai dengan gurau tapi oleh andik ditanggapi serius. Setelah beberapa hari kejadian yang sangat memukul Andik itu pun mulai sedik-sedikit terhapus dari pikiran kawanku itu, sekarang andik pun fokus untuk mendapatkan Rina seorang mahasiswi jurusan kedokteran di UNAIR. Andik pun berusaha mencari perhatian Rina dengan berbagai cara, setelah sebulan andik melakukan PDKT terhadap Rina, kali ini ia tak mau tunggu lama untuk menembaknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Setelah Andik mengatakan cinta kepada Rina, akhirnya ia pun diterima, dan baru kali ini dalam seumur hidupnya cintanya diterima oleh seorang wanita, dan setelah ia menjalani cintanya selama setahun, setelah setahun Andik pun harus bercinta jarak jauh selama tiga bulan, dikarenakan ia harus mencari bahan buat buku karangannya yang menjadi salah satu syarat untuk ujian akhir nanti.<br />
<br />
Tiga bulan pun berlalu, akhirnya Andik pun pulang dari singapura dengan membawa hasil kerjanya selama ini, setelah lama ia tidak bertemu dengan Rina ia pun mencoba main kerumahnya. Sesampainya disana ia mengetuk pintu rumahnya Rina, ketika pintu dibuka yang ia lihat bukanlah Rina yang membukanya melain seorang laki-laki yang seumuran Andik, tak lain lagi laki-laki itu adalah teman kosnya Andik dulu ketika ia masih di Malang, ketika Andik masih menempuh S1 disana. Setelah lama andik berbincang-bincang dengan teman lamanya itu, sebut saja Anto, Andik baru ingat dengan tujuannya ia datang kesana.<br />
“Oh iya bro, aku datang kemari tadi tu tujuanku ingin bertemu dengan Rina, Rinanya adakan ya?” Tanya Andik.<br />
“Rina istriku maksud kamu? Kok kamu tau kalau aku sudah nikah dapat Rina, dia lagi main kerumah neneknya di Gresik sana, aku ditinggal sendirian nih.” Jawab Anto tenang.<br />
“Lho! Rina tu istri kamu, Rina anak fakultas kedokteran itu? Adiknya Rini itu?” tanya Andik kebingungan sambil keheranan.<br />
“Iya betul, Rina adiknya Rini, ya kita baru sebulan yang lalu menikah, ya terpaksa dia harus cuti kuliahnya dulu satu semester.” Jawab Anto dengan santai.<br />
<br />
Dengan rasa sangat kecewa Andik pun berpamitan dengan teman lamanya itu untuk kembali kerumah, sepulang dari dari rumahnya Rina, Andik pun pergi kerumahku, sesampainya dirumahku seperti biasa badannya lemas dan tampangnya pucat.<br />
“Bro, lagi-lagi gagal nih, memang malang betul nasibku ini, aku sudah kapok jatuh cinta lagi bro.” Ucap Andik kepadaku sambil membantingkan tubuhnya dikasur kamarku.<br />
“Yaelah, Andik Andik, your love story is broken banget, capek aku mikirin kamu dik.” Ucapku sambil melempar bantal ke Andik.<br />
“Sudahlah dik, lagi-lagi kamu memang harus bersabar yang melebihi orang sabar, kalau kamu masih berhati baja kamu kan masih bisa pakek jalan terakhir yakni dengan cara kamu incar tu adiknya Rini dan Rina yang masih duduk dibangku SMA atau kalau kamu mau yang extrim lagi ibunya mereka sekalian kamu pacarin.”<br />
Lagi-lagi andik menanggapi serius candaku itu, ia pun bertekat untuk mendekati adik dari orang-orang yang telah gagal ia curi hatinya itu, ia pun terus berusaha sampai bisa mendapatkan Rani, adik bungsu dari Rina dan Rini, tapi setelah ia berhasil mendekati Rani, Andik pun berjanji akan melamar Rani setelah Rani lulus dari SMA nanti. Dan setelah Rani lulus SMA dan Andik pun telah mendapat gelar “Drs”, Andik mencoba untuk menghaturkan niatnya untuk melamar si Rani kerumahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Entah mimpi apa andik semalam, ketika ia melamar kerumahnya Rani dan menghaturkan niat mulianya itu, Andik ditolak mentah-mentah oleh pamannya Rani, dikarenakan Rani masih terlalu muda untuk menikah, dan Rani pun disuruh untuk melanjutkan belajarnya dulu ke perguruan tinggi baru ia boleh menikah. Dan setelah ditolaknya Andik untuk melamar Rina, ia pun tak pernah menemuiku lagi, tak pernah lagi datang kerumahku dan tidak ada kabar tetang si Andik temanku itu.<br />
Waktu itu aku sempat berfikir ‘jangan-jangan andik bunuh diri atau menyendiri disuatu tempat yang tidak diketahui oleh orang, kok dia sudah tidak ada kabar lagi.’</div><div style="text-align: justify;"><br />
Tapi semua itu terjawab ketika aku melihat undangan resepsi pernikahan yang ada diatas meja kerjaku, aku lega dan bersyukur atas kabar baik temanku ini, walaupun perjuangannya yang sangat pedih itu akhirnya usai juga dan terbalas atas pernikahannya dengan wanita pilihanya yaitu Eni Rahmawati yang tak lain lagi ialah ibu kandung dari Rini, Rina, dan Rani.</div><div style="text-align: justify;"> by: R@yn</div><div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
</div></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-24738848268869850442012-05-20T07:12:00.000-07:002012-05-20T07:12:45.678-07:00CINTAKU NYANGKUT DIKAMU<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLjYQSkWJM-J5ORc9OB2A8F8BzeXPQkkZQ2xs_2TJupLwj_CIVZ6TMGazalFlubIWVjkRe8GK1npdp7_i-einYOeJ3Q3M12C37AL_E-XT5m2jgJKddhhXbKLCdCLTYSlWuLcA1km5rJMs/s1600/kata-kata-cinta-2012.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLjYQSkWJM-J5ORc9OB2A8F8BzeXPQkkZQ2xs_2TJupLwj_CIVZ6TMGazalFlubIWVjkRe8GK1npdp7_i-einYOeJ3Q3M12C37AL_E-XT5m2jgJKddhhXbKLCdCLTYSlWuLcA1km5rJMs/s200/kata-kata-cinta-2012.gif" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah, disalah satu SMA di kota Palembang. Senang rasanya, bisa mendapatkan kenalan teman-teman yang baru dan yang pasti aku senang sekali, karena akhirnya aku bisa menggunakan seragam putih abu-abu. Aku bangun pagi-pagi sekali, dengan penuh semangat dan senyum merekah. Aku berbicara sendiri didepan kaca</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;"> “ akhirnya, aku gag akan lagi dibilang anak kecil lagi” kataku sendiri<br />
“mita cepetan , sarapannya udah siap” teriak mama dari ruang makan<br />
“iya ma” sahutku. “ oke saatnya beraksi”</div><div style="text-align: justify;"><br />
Setelah aku seleseikan sarapanku, aku pergi sekolah dengan naik sepeda, ikutan trend masa kini sekaligus ikut program global warming. Namun sepertinya hari ini adalah sial sekolah, karena jalanan tergenangsetelah hujan, saat aku telah hamper sampai gerbang sekolahku, tiba tiba saja. Craaatttt…..<br />
</div><a name='more'></a><br />
Aw basah semua bajuku. “ dasar sialan, naik motor matanya gag dipake apa?” teriakku marah pada seorang yang tanpa rasa bersalah pergi begitu saja, tanpa meminta maaf setelah motornya nencripratkan kotoran dibajuku seragamku yang baru.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1staCjQ-PdsUcXUkTJfvYqVzfYh2bZwAx7sHE_7aqFSi_f5xSCynUN9OL4VSwF-QBPGElbezmwvVU0NdULTYsg9UmVddK15jJTv9BBygZqyRQNSMM7o-D62f4vRjg4OwLz1p0TfZJK7w/s1600/Cerpen+Romantis+Cinta+uuu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1staCjQ-PdsUcXUkTJfvYqVzfYh2bZwAx7sHE_7aqFSi_f5xSCynUN9OL4VSwF-QBPGElbezmwvVU0NdULTYsg9UmVddK15jJTv9BBygZqyRQNSMM7o-D62f4vRjg4OwLz1p0TfZJK7w/s200/Cerpen+Romantis+Cinta+uuu.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
“eh anak kampung, sapa suruh lo lewat deket motor gue” jawab cowok itu, bikin aku naik darah<br />
“dasar lu ya, gag punya otak yah, udah salah gag minta maaf malah nyalahin gue,” balasku dengan rasa marah yang tak tertahan lagi<br />
“ apa loe bilang, gag punya otak, loe nyari masalah sama gua”<br />
“lo piker gua takut sama loe” tantangku, membuat cowok itu melotot padaku. Orang ramai melihat pertengkaran kami, dipagi-pagi seperti saat ini. Tiba-tiba datang teman dari cowok tu<br />
“ ada apa sih mas, udah kita pergi aja, gag penting banget tau ngurusin cewek kampungan kayag dia”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNt4OGSUmRRfOmmBBcQq0lE_OPD9mqbaz8p0aqUbw2ru1ZIqwCwmTJrP2xeUPH4N56vgZxmwiAsz5sVHOyob04O-4FNfQ4aK6BwuERZ4HoGbPwmbnDuKjMupmdrDn2cpGm2ztwqpm45A/s1600/Cerpen+Romantis+Cinta+.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><br />
</a></div><div style="text-align: justify;"> Kata temen cowok itu, dalam hati aku merasa geram, tapi aku tidak mau juga memperpanjang masalah ini</div><div style="text-align: justify;"><br />
<div style="text-align: center;"> “iya bener lo, ngabisin tenaga aja” timpal cowok belagu itu,<br />
“heh lo kira penting apa berurusan samo loe, gag usah kepedean” kataku sambil berlalu dari hadapan cowok sialan itu.</div><div style="text-align: center;"><br />
</div> Duh bener-bener sial deh aku pagi ini. Baru aja masuk sekolah, udah harus ketemu sama cowok belagu kayag dia. Sial sial sial. Aku hanya bersungut-sungut dikamar mandi sambil membersihkan bajuku yang kotor. Dengan terpaksa aku masuk kelas dengan bajuku yang sedikit kotor. Kulihat kelasku sudah ramai. Semua kursi sudah penuh, kecuali satu kursi dibelakang. Terpaksa aku duduk dibelakang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Tak lama kemudian bel pertama berbunyi, masuklah guru pertma, mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru nya masih muda, cowok. Cakep juga. Tapi kemudian kubuang jauh-jauh pikiranku mengenai pribadi guru baruku ini,aku lebih memfokuskan kepada pelajaran. Guru itu sedikit memberi kesan bagiku, dia masih muda tapi mampu mengajar dan menyampaikan materi dengan bagus. Dikelas baru ku ini aku mendapat kenalan namanya putri, kelihatannya dia dari orang sederhana, dia ramah sekali, dan baik, aku lebih suka berteman dengannya. Dari pada dengan cewek-cewek sok kaya itu. Siska the gang. Huh mereka itu mau sekolah apa mau jadi artis pikirku.<br />
***<br />
<br />
Hari ini disekolah diadakan lomba basket antar kelas, dalam rangka memperingati hari jadi sekolahku. Tapi aku tak terlalu berminat melihatnya, aku lebih memilih nongkrong dikantin. “put kantin yuk, laper nih” kataku pada putri</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc4bulItGW2_u46E5RE-bRAARuREfucHbteEaSR72zr9RDhMbj3GasgYhA0tfaIALmuMo1Ovpc_lCWVINhw_lvDFoFl1KjBiAhnLrAWBW2mLM92OdklJZcGoudSiomABc38gemIf6SoBQ/s1600/gmbr.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
<div style="text-align: center;"> “eh gag nonton pertandingan basket, kelasXI IA b main” ujar putri<br />
“emangnya kenapa kalo kelas b main, kan bukan kelas kita juga yang main” ujarku santay<br />
“kamu gag nyesel?” kata putri memancingku, membuatku penasaran<br />
“nyesel, nyesel kenapa? Egag lah, emang kenapa gua harus nyesel” ujarku sambil berdiri tak sabar<br />
“sabar atuh neng, kamu gag tau kalo Dimas main, dia itu captain basket sekolah kita, dia itu cakep abis dan banyak cewek yang mengincarnya” kata putri semangat sekali<br />
“lo suka sama dia ya, hayo, udah ah gag penting deh, kalo lo nak liat ya udah, liat aja, aku mau kekantin, laper” kataku sambil berlalu sari hadapan putri</div><br />
Dan ketika dibelokan ksamping perpustakaan tiba-tiba brukkkk. Aku tak sengaja menumbur seseorang, membuatku meringis kesakitan<br />
“ aduh kalo jalan liat-liat dong” suara seorang cowok marah padaku<br />
“hah lo lagi, lo ngikutin gue ya, sengaja mau cari masalah” kataku sama cowok yang ada didepanku.<br />
“halo,,,gag salah. Yang ad aloe tu yang ngikutin gue kali, gag henti-hentinya cari masalah sama gue” kata cowok itu sambil tangan dipinggang<br />
“lo tue bener-bener ya, cowok gag beradab” kataku sambil marah. Tiba-tiba saja muncul siska dari belakangku<br />
“hai kk dimas, ngapain masih disini, udah ditunggu tu kak sama tim basketnya kakak” kata siska dengan centilnya, membuatku ilfil ngeliatnya<br />
“urusan kita belum selesai, awas hidup loe gag akan tenang karena udah berani berurusan sama gue” ancam dimas, sambil berlalu. Sisika memandangku sinis, lalu berjalan mengikuti dimas dengan centilnsy.<br />
“emang gue tkut” teriakku. Kemudia. Ternyata ini yang namanya dimas, cowok sombong dan belagu kayag gini jadi idola, gag salah. Ujarku dalam batin. Aku lalu segera pergi kekantin, memesan segelas es lemon, kuminum seperi orang kehausan, entah kenapa setelah bertengkar dengan dimas tadi membuatku begitu haus.<br />
<br />
Putri datang<br />
“eh loe kemana aja sih, katanya kekantin, gue kekantin tadi kok gag ada”<br />
<br />
Kata putrid padaku<br />
“gue bener-bener bt put, lo tau gag orang yang gue certain udah bikin baju gue kotor, itu ternyata dimas yang lo bilang kapten basket cakep itu, huh dasar dia itu cowok belagu”kataku meluapkan amarahku<br />
“tapi kak dimas keliatannya baik kok” kata putrid membela dimas<br />
“ah loe kok malah bela in si dimas sih” kata ku dengan nada agak tinggi<br />
“iya-iya maaf” kata putrid<br />
***<br />
<br />
Sejak saat itu , kebencianku dengan dimas semakin menjadi-jadi. Gue berpikir, ada ya cowok belagu kayag itu, emang gue akui dia itu emang cakep dan keren tapi sifatnya itu lo, haduh bikin gue ilfil abis. Dalam hati ku berkata jangan sampai deh gue suka sama kayag gitu.<br />
“eh mita gag boleh benci-benci banget sama orang, entar lo suka” kata putri menasehatiku.<br />
“gag mungkin gue suka sama cowok kayag dia” kataku membela dengan emosi karena aku merasa aku sangat membenci dimas<br />
<br />
Putri hanya diam, dia memang cukup tau kalau aku sangat anti membicarakan dimas. Dan sore ini aku ada les musik. Aku pulang agak kesorean, tiba-tiba ditengah jalan agak sepi aku dihadang oleh toga orang preman<br />
“serahin tas loe” kata seorang preman itu, dan mereka mencoba merampas task u, aku mati-matian mempertahankan, aku berteriak<br />
“tolong tolong” teriakku histeris<br />
<br />
Tiba-tiba ada suara yang berteriak<br />
“hey kalian, berhenti, kenapa kalian hanya berani pada cewek, kalau berani hadepin gue” tantang cowok itu. Dan yang bikin aku tak habis piker adalah, cowok itu adalah Dimas. Aku kira dimas hanya bisa main basket dan menggaet cewek aja, ternyat dia jago silat juga. Aku kagum juga ngeliatnya. Akhirnya preman-preman itu kabur , karena kalah dari Dimas<br />
“LO gag papa kan?” Tanya dimas sambil mengulurkan tangannya. Bukannya aku terima uluran tangan itu, aku malah menampisnya<br />
“udah gue bisa berdiri sendiri, makasih udah nolongin gue” kataku dengan ketus<br />
“heh lo tu bener-bener cewek gag tau terimakasih ya” kata dimas sesaat kemudian<br />
“eh gue gag mint aloe nolongin gue kan!” kataku membela diri. Haduh egoku terlalu besar sehingga mengalahkan akal sehatku<br />
“oh jadi begini cara berterimakasih lo, dasar anak kampungan. Tapi oke gue paham, emang loe tu gag punya adab. Dan loe punya hutang sama gue, jadi lo harus bayar” kata diamas dengan menahan emosinya<br />
“HUtang” kataku. “ia hutang, anggap aja sebagai balesan karena gue udah nolongin loe, walaupun loe gag mau mengakuinya, tapi itu kenyataanya” kata Dimas<br />
“oke, gue akan bayar utang gue ke loe, lo minta berapa?” kataku menantang<br />
Dimas tersenyum “gue gag butuh uang loe, lo gag perlu bayar hutang loe pake duit, tapi dengan cara lain” kata dimas dengen berlalu . lalu dia berkata “ besok temui gue dilapangan basket” kata dimas lalu pergi dengan motornya.<br />
<br />
Sampai dirumah aku masih mikir, apa kira-kira yang bakal dilakuin Dimas kegue, heh apes banget sih gue. Dalam pikiranku yang terbayang adalah, pasti Dimas akan ngerjain gue habis-habisan. Benar saja ketika dilapangan basket, dia nyuruh aku, ngebawain alat-alat olahraganya,dan teman-temanya, gue disuruh nyiapin minum, makan, hamduk, dan mijitin mereka. Haduh gue bener-bener malu. Sialan lo dimas. Ketika Dimas berjalan ke Toilet aku mengikutinya.<br />
“heh Dimas, loe sengaja kan, bayar preman-preman kemarin untuk ngerampok gue, dan lo tiba-tiba datang trus pura-pura nolongin gue, supaya lo bisa ngerjain gue,iya kan, puas lo udah” kataku meluapkan emosiku<br />
“ heh cewek kampong, ngapain sih gue repot-repot nyewa preman buat ngerjain loe. Kemarin itu emang bener-bener kebetulan” kata Dimas membela dirinya dan gag kalah emosinya<br />
“alah alas an , ngomong aja kalau loe benci sama gue, gag usah kayag gini caranya” kataku<br />
“hey, kalo loe emang gag suka gue nyuruh-nyuruh loe, ya udah ngomong aja, gue juga masih punya rasa kemanusiaan, gue nolongin loe, karena gue peduli sama loe” kata dimas<br />
“ hah, sejak kapan loe peduli sama gue” kataku heran<br />
“ah udahlah gag perlu dibahas, loe emang gag bakalan bisa mengerti” kata dimas lalu pergi.<br />
<br />
Setelah dimas pergi aku hanya diam, memikirkan kata-katanya. Hingga malampun aku tidak bisa tidur memikirkan kata-kata Dimas, apa maksud dia. Dan besok pagi disekolah, aku mencari Dimas, aku ingin minta maaf padanya, aku emang egois, selalu berfikir negative tentang Dimas, padahal maksud dia kan baik. Aku malah tidak berterimakasih. Aku hendak meniggalkan kursiku dan meuju kelas dimas, putrid tiba-tiba menghentikan langkahku<br />
“mau kemana loe mitha?” kata putrid<br />
“aku mau nemui dimas, aku mau minta maaf” kataku sambil berlari<br />
“tapi percuma mit, dimas gag masuk hari ini, dia sakit” kata putrid, menghentikan langkahku seketika. Lalu aku berbalik kepada putri. “ iya dimas masuk rumah sakit semalam”, putrid menjelaskan tanpa aku memintanya<br />
“ apa, masuk rumah sakit, tapi kenapa, sedangkan kemarin dia baik-baik saja” kataku tak habis pikir.<br />
“aku juga gag tau mit, tapi kalau kamu mau temui dimas, dia dirawat dirumah sakit Budi Mulya” “loe bisa gag temenin gue, gue mau minta maaf sama dia” kataku<br />
“sory mit, gue gag bisa, soalnya aku harus bantuin mamaku” kata putrid menolak, lalu pergi. Aku merasa ada yang lain dari putrid, kenapa dia seperti terlihat murung.<br />
<br />
Lalu ketika pulang sekolah, aku pergi kerumahsakit, dengan tujuan menjenguk Dimas sekalian meminta maaf padanya. Setelah bertanya pada petugas, aku pergi keruangan Dimas. Aku melihat dari kaca pintu, aku melihat disana memang ada Dimas, dia terbaring diatas tempat tidur. Iba juga aku melihatnya.<br />
“Dimas, kamu tidur,” kataku mendekati dimas, sepertinay dia memang benar-benar tertidur.<br />
“aku mau minta maaf datang kesini dim, aku emang salah, harusnya aku berterimakasih, bukanya malah menuduhmu sembarangan, padahal kamu udah berbaik hati mau nolongin aku, kamu udah dipukuli juga sama preman-preman itu, plis jangan mati dulu ya, kalo lu mati aku pasti ngersa bersalah seumur hidup” kataku sambil menangis, entah kenapa aku kata-kata itu meluncur saja dari bibirku, dan aku menangisinya. Aku juga hamper gag percaya. Padahal aku sangat membencinya.<br />
“siapa juga sih, yang mau mati duluan, gue belum puas ngerjain loe” tiba-tiba dimas bangun, dan kata-katanya membuat aku terkejut, plus malu juga.<br />
“lah loe gag tidur ya” kataku sambil memalingkan muka mengusap air mataku<br />
“lo nangis ya, gag nyangka loe bisa nangis juga” kata dimas meledekku, membuatku alu<br />
“jadi loe gag tidur ya dari tadi”kataku kemudian mengalhkan pembicaraan<br />
“egaglah, kalo gue tidur mana bisa aku ndenger loe ngomong apa”<br />
“Jadi loe tau sama apa yang gue katain tadi” dimas hanya tersenyum dan mengangguk<br />
“udah, jangan nangis lagi, gue pengen makan buah, kupasin ya, kan gue lagi sakit, jadi loe harus nurutin permintaan gue, anggep aja sebagai rasa permintaan maaf loe” kata dimas sambil tersenyum. Aku hanya bisa tersenyum kecut, aku hanya bisa menurut saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Sejak itu selama Dimas dirumah sakit hari-hariku banyak kuhabiskan dirumah sakit hingga dia sembuh. Aku tak menyagka perubahan drastis ini, gara-gara preman itu aku kini menjadi dekat dengan Dimas, dan merubah pandanganku dengan Dimas. Aku kira Dimas hanyalah seorang cowok belagu, dan gag punya rasa belas kasiha, ternyata dia orang yang baik, putrid juga sering menemaniku kerumah sakit. Aku melihat putrid juga begitu dekat dengan Dimas, tiba-tiba ada perasaan cemburu merasuk hatiku. Aku berusaha membuang perasaan itu cepat-cepat, tapi tiap kali melihat dimas dan putrid perasaan itu muncul.<br />
Hingga akhirnya bercerita bahwa dia menyukai Dimas, dia ingin aku membantunya mendapatkan hati Dimas. Dalam hatiku seperti tidak rela. Tapi tidak mungkin aku tidak membantu putrid dan mengatakan yang sebenarnya. Sepertinya aku benar-benar termakan omonganku sendiri. Aduh ini membuatku sulit tidur, dan tidak nafsu untuk menjalankan aktifitas.<br />
<br />
Besok adalah puncak acara peringatan hari jadi sekolah, diadakan pesta, dan berbagai macam lomba, ada lomba bernyanyi, dancer dan juga putra-putri kampus terbaik. Awalnya aku berniat untuk mengikuti lomba bernyayi, tapi entah mengapa rasa untuk mengikuti lomba hilang, aku merasa ada yang kurang, aku tidak memiliki pasangan. Dimas dan putrid sudah dipastikan [ergi bersama. Tiba-tiba hp ku bordering<br />
“halo, mitha , mitha besok datang kan ke acara pesta hari jadi sekolah, pokoknya loe harus datang, entar aku sama Dimas jemput kamu. Gag da alas an, titik.” Lalu putrid menutup telfonnya. Tanpa sempat aku berbicara.<br />
<br />
Aku benar-benar tidak semangat datang kepesta mala ini, kalau saja putri tidak menelfonku lagi tadi sore, pasti aku tidak akan datang, aku pun telah memberikan berbagai alas an tapi putri seakan-akan tau, kalau aku sedang berbohong. Tepat pukul 19.00 putri datang bersa Dimas. Hatiku semakin miris meliat mereka berdua, dengan langkah tidak semangat aku melankah menuju mobil dimas.<br />
“hay mit, cantik kamu mala mini” kata dimas sambil tersenyum dan membukakan pintu mobilnya. Aku hanya bisa tersenyum getir.<br />
“ia mitha, lo cantik deh malam ni, pasti dipesta nanti, akan banyak cowok yang suka sama loe” kata putrid menimpali. Aku hanya tersenyum hambar.<br />
<br />
Pesta malam ini terasa sangat membosankan bagiku, aku hanya duduk melamun. Hingga suara microfon mc mengagetkanku.<br />
“untuk peserta kita selanjutnya adalah Mitha, kami persilahkan untuk naik kepentas, dan menyanyikan sebuah lagu” ku rasa aku tak salah dengar, tapi aku kan tidak ikut lomba. Hingga dua kali aku dipanggil, aku masih tak beranjak, tiba-tiba putrid datang menarikku keatas panggung. Sampai diatas panggung aku bingung, aku diam beberapa saat, lalu mc mempersilahkan aku bernyanyi. Otakku bener-bener tidak bisa berfikir, hinnga aku teringat Dimas, lalu aku menyanyikan lagu Viere”Rasa Ini”. Lagu yang sangat menggambarkan perasaanku saat ini. Aku turun, dan tepuk tangan masih menggema.<br />
“keren banget suara loe” kata Dimas memujiku. Aku tak menjawab hanya diam, tersenyum getir. “putrid kemana,”tanyaku memecahkan kebekuan<br />
“oh, dia tadi izin ketoilet”kata dimas singkat.”oh” kataku, tak tau harus berkata lagi<br />
“ehm,apa lagu tadi kamu tujukan untuk seseorang” tiba-tiba Dimas bertanya padaku.<br />
“hah, oh egag kok, aku asal nyanyi aja tadi, soalnya aku bingung mau nyani apa” kataku terbata-bata<br />
“masak sih, kan kan kamu udah niat mau ikut lomba” kata dimas memojokkanku, tapi dari mana dia tau<br />
“aku awalnya emang niat ikut lomba ini, tapi aku batalkan, aku bahkan tidak mendaftar, tapi aku bingung kenapa nama aku bisa terdaftar. Tapi dari mana kamu tau bahwa aku akan mengikuti lomba ini?” kataku kemudian.<br />
Kini giliran dimas yang diam. Tiba-tiba putrid muncul. Lalu kami bertiga pulang karena acarnay sudah selesai. Sampai dirumah aku masih penasaran, siapa orang yang telah mendaftarkanku ikut lomba menyanyi dan dari siapa Dimas tau, kalau aku berniat mengikuti lomba ini, sedangkan aku tak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun.<br />
<br />
Keesokan paginya ketika aku sekolah, dimejaku ada suratku. Aku penasaran lalu ku buka<br />
“Temui aku sore ini di tepi danau jam 4. Jangan sampa tidak datang.”<br />
<br />
Aku benar-benar tidak mengerti. Sedangkan kelas pun masih kosong, siapa yang meletakkan surat ini. Aku ingin cerita pada putrid, tapi dia sangat sibuk hari ini, maklum dia akan mengikuti lomba karya ilmiah tingkat sma se provinsi minggu depan. Aku juga tidak ingin memecahkan konsentrasinya. Akhirnya sore ini aku datang ke danau. Aku benar-benar berfikr aku boodoh, kenapa aku percaya dengan surat itu, sedangkan surat itu tidak tau aku siapa pengirimnya, aku berniat untuk pulang dan pergi, tiba-tiba ada suara memanggil ku.<br />
“MItha” suara itu menghentiakan langkahku, aku kenal suara itu<br />
“Dimas” kataku kaget<br />
“iya”. “kamu ngapain disini?” tanyaku.<br />
“aku ingin menemui seorang wanita yang sangat aku cintai dan yang telah berhasil memikat hatiku” kata dimas sambil memandangku. Sudah aku pastikan orang itu adalah putri. Aku memalingkan wajahku, tertunduk lesu.<br />
“owh, lalu apakah wanita itu sudah datang” tanyaku kemudian, dengan sisa tenaga yang ada karena hatiku terasa hancur berkeping keeping, karena aku melihat orang yang aku sukai akan bertemu dengan wanita yang ia sukai, dan orang itu adalah sahabatku<br />
‘iya, dia sudah datang” kata dimas singkat, pandanganya tetap tidak berubah, membuatku tidak berani menatap wajahnya<br />
“oh ya, mana, kenapa tidak diajak kesini” kataku menguatkan hatiku<br />
“kenapa aku harus mengajakny, dia sudah ada disini”<br />
“hah, iyakah, mana, kalo begitu aku pergi dulu” kataku hamper menangis, dan berlari. Tapi adatangan yang menhentikan langkahku.<br />
“kenapa kau mengidari ku, mit?” kata dimas,<br />
“maksudmu” kataku. “ iya, mengapa kamu menghindariku lagi, apa kamu sangat membenciku, hingga kau tak ingin bertemu aku lagi” kata dimas<br />
“ bukan begitu, aku hanya tidak ingin menggangumu dengan putri” jawabku, dengan wajah berpaling dan membelakangi dimas, aku tak kuat menahan tangisku.<br />
“Putri, apa kau tidak tau kalau putrid itu adalah saudara ku, dia adalah sepupuku” kata dimas, aku kaget, lalu siapa perempuan yang saat ini ditunggunya. Aku diam. Dimas menari tangan ku, tiba-tiba di membalikan tubuhku, dan memelukku. Untung saja tempat kami tidak dikeramaian.<br />
“dimas apa-apaan ini” kataku sambil berusaha melepaskan pelukaknya, tapi percuam, dimas begitu erat memelukku, seakan tidak ingin melepasnya.<br />
“aku tuh suka sama kamu mit, apa kamu tidak suka, dan perempuan yang aku tunggu itu kamu” kata dimas, lalu perlahan diam melepaskan pelukannya, tangisku berhenti, aku kaget<br />
“selama ini, semua kedekatanku denganku telah kami rancang, putrid memang sengaja tidak cerita kalau aku saudaranya, karena aku yang meminta. Aku ingin melihatmu, apakah ada rasa denganku.” Jelas dimas<br />
“tapi kenapa?” kataku bingung.</div><div style="text-align: justify;"><br />
“karena aku menyukaimu, aku suka melihatmu ketika marah, ketika tertawa, da aku suka dengan apa yang ada pada dirimu”<br />
“tapi mengapa selama ini, kamu sering ngerjain aku,dengan nyuruh aku membawa bermacam-macam barang mu?” tanyaku penasaran<br />
“itu karena aku ingin selalu dekat denganmu, aku memang lelaki pengecut, aku terlalu takut untuk mengungkapkan isi hatiku, hanya dengan begitu, aku bisa selalu dekat denganmu. Mita, aku tulus, aku ingin kamu jadi pacar aku, apa kamu mau?” akhirnya kata-kata itu meluncur dari mulut dimas. Aku terdiam. Sesaat kemudian aku menjawab.<br />
“maafin aku dimas, aku gag bisa………..” kataku pelan<br />
<br />
Dimas terlihat tertunduk lesu.dia seperti terpukul<br />
“maksudku, aku gag bisa,,,,buat nolak kau jadi pacar aku” kataku kemudian. Dimas tersenyum dan langsung memelukku.<br />
“aku bener-bener menyukaimu mitha, aku bisa gila kalu aku tidak bisa bersamaumu” kata dimas “aku juga jawabku” aku merasa bahagia hari ini.<br />
<br />
Tiba-tiba dari belakang kami muncul putrid dengan hendri.<br />
“selamat ya, kalian bener –bener cocok” kata putri dengam hendri<br />
Kami bener-benar kaget, dan melepaskan pelukan kami, kami hanya tersenyum. Malu satu sama lain, tapi kami bahagia, sangat bahagia. Cinta memang gag pernah disangka, kami dulu bermusuhan tapi sekarang kami terjebak dalam ikatan cinta. Cinta emang gag pernah diterka,bisa hadir kapan saja dan kapan saja.</div><div style="text-align: justify;"> Cerpen nasrudin r.<br />
</div><div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;"><br />
</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-57525208209023197812012-04-24T18:17:00.003-07:002012-05-20T04:21:52.733-07:00Bersama Orang yang kita Idolkan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif4TgJQ8b7kZXch-BfuvNtefkYIVAd4xEBRYngFNIKbu6qdSYD0Yvm8CoWeWxx5epUTTQ02n1CvXsc0M-nCUNOIdPXRfZ5Nq5A9XrZkJymVFe_o3LudG1Rb3fwJZcorQvHwVv7pLMABJE/s1600/baco.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="131" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif4TgJQ8b7kZXch-BfuvNtefkYIVAd4xEBRYngFNIKbu6qdSYD0Yvm8CoWeWxx5epUTTQ02n1CvXsc0M-nCUNOIdPXRfZ5Nq5A9XrZkJymVFe_o3LudG1Rb3fwJZcorQvHwVv7pLMABJE/s200/baco.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Rasulullah saw. memiliki seorang <i>mawla</i> yang bernama Tsawban. <i>Mawla</i> artinya budak yang telah dibebaskan. Tsawban begitu mencintai Rasulullah, sampai-sampai ia tidak bisa menahan gejolak rindunya.</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Setelah sekian lama berpisah dengan Rasulullah, Tsawban mendatangi Rasulullah. Kini ia berubah: wajahnya pucat, murung, dan badannya kurus. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Melihat penampilan Tsawban yang berubah drastis, Rasulullah menanyakan apa gerangan yang terjadi dengan dirinya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Masya Allah, dengarlah jawaban Tsawban. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Kata Tsawban, ‘Aku tidak sakit, wahai Rasulullah. Hanya saja, jika aku tidak melihat wajahmu beberapa saat saja, maka aku begitu merasa kesepian </span></div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;">dan rindu ingin segera berjumpa denganmu. Lalu, aku berpikir di akhirat nanti aku tidak akan mungkin lagi melihatmu, karena kalaupun aku masuk surga, <i>toh</i> engkau pasti berada di tempat para Nabi. Ujung-ujungnya aku pun tidak pernah lagi berjumpa denganmu’.</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Tidak lama setelah Rasulullah saw. mendengar perkataan Tsawban, turunlah wahyu, </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><i>‘Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan bersama orang-orang yang Allah berikan nikmat, yaitu berada di golongan para Nabi, orang-orang yang tulus (shiddiq), para syuhada, dan orang-orang shalih’ </i>(Q.s. an-Nisa’, ayat 69).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Begitulah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Rasulullah saw. adalah figur yang paling pantas kita cintai dan idolakan. Jika kita mengidolakan orang lain, maka suatu saat kita akan kecewa. Jika kita mengidolakan artis, selebritis, politisi, atau lainnya, suatu saat kita akan kecewa karena perilaku mereka tidak sesuai harapan kita. Orang-orang semacam ini memang tidak pantas kita idolakan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Cintailah Rasulullah, niscaya kita akan kembali berkumpul bersamanya. </span></div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><i><span style="color: black;">Ya Allah, jadikan kami salah satu orang yang Kau kumpulkan bersama para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin…</span></i></div><i><span style="color: black;"><br />
</span></i><br />
<i><span style="color: black;"><br />
</span></i><br />
<i><span style="color: black;"> **************************************************************************</span></i></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-70900107064728194332012-04-15T23:11:00.003-07:002012-05-20T08:01:37.326-07:00Kisah Pohon Apel dan Seorang Anak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju2S002ipotECoZWOIrtKsLUQlDErHYRqAJ5vha0wDSItdkXvlfYjGLxQmbBXl3DjgAbVJ2ROEMZ83SzPvMiXceZL7KmJ0dhACW8IvPOwySf-o4OqAv90BqgkifbTSK_WTRutOGhPIEiE/s1600/anakkkkkkkkk.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju2S002ipotECoZWOIrtKsLUQlDErHYRqAJ5vha0wDSItdkXvlfYjGLxQmbBXl3DjgAbVJ2ROEMZ83SzPvMiXceZL7KmJ0dhACW8IvPOwySf-o4OqAv90BqgkifbTSK_WTRutOGhPIEiE/s200/anakkkkkkkkk.jpg" width="150" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> Suatu cerita yang bagus untuk mengenang dan mencintai orang tua kita. Pada waktu lampau tersebutlah sebuah pohon apel besar dan rindang sekali begitu juga buahnya. Seorang bocah kecil senang sekali datang dan bermain di sekitarnya setiap hari. Ia memanjat sampai ke puncak pohon tersebut, memakan buah apel nya, istirahat dan tertidur dibawah kerindangannya. Ia sangat mencintai pohon tersebut dan begitu juga pohon tersebut juga mencintai anak tersebut.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> Waktupun berlalu..., sang anakpun mulai tumbuh dewasa dan ia mulai jarang bermain dengan pohon tersebut. Suatu hari anak itu datang kembali ke pohon apel itu dan tampak sedih.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Datang dan bermainlah denganku.", pohon tersebut meminta sang anak.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Saya bukan lagi seorang anak kecil, saya tidak lagi bermain disekitar pohon."</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Sang anak menjawab:"Saya mau mainan. Saya perlu uang untuk membelinya."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Maaf, saya tidak punya uang ...tapi kamu bisa mengambil buah apel dari pohon ini dan menjualnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> Sehingga kamu punya uang." Sang anak sangat senang, ia memanen apel tersebut, sang pohon merasa bersedih.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Suatu hari, sang anak datang lagi dan sang pohon sangat senang melihatnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Datang dan bermainlah denganku." Pohon itu berkata.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Saya tidak punya banyak waktu untuk bermain. Saya harus bekerja untuk keluargaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Kami memerlukan rumah untuk berteduh. Dapatkah kau membantuku?"</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Maaf, saya tidak punya rumah. Tapi kamu bisa memotong ranting-ranting ku untuk membangun rumah. "</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Kemudian sang anak memangkas cabang-cabang pohon tersebut dan meninggalkan pohon tersebut dengan senangnya. Pohon tersebut senang melihat anak itu bahagia akan tetapi sang anak tidak pernah lagi kembali setelah itu. Sang Pohon kembali sendirian dan bersedih.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Pada suatu hari yang panas, sang anak kembali dan sang Pohon sangat bersemangat melihatnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Datang dan bersandarlah padaku."kata si Pohon.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Saya sedih dan bertambah tua. Saya ingin pergi dan istirahat sendiri. Bisa nggak kamu berikan aku sebuah perahu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Pakailah batang pohonku untuk membangun perahu mu. Kau akan bisa berlayar jauh dan bergembira."</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Kemudian sang anak memotong pohon tersebut untuk membuat perahu. Iapun pergi berlayar dan tak pernah kembali untuk waktu yang sangat lama. Akhirnya sang anak kembali setelah ia meninggalkan beberapa tahun.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Maaf nak, saya tidak punya apa-apa lagi untuk kamu. Tidak ada lagi apel untukmu" Pohon berkata.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Saya tidak lagi punya gigi untuk menggigit"kata sang anak. "Tidak ada lagi pokok pohon yang bisa kau naiki."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Saya terlalu tua untuk memanjat pohon sekarang" kata sang anak.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Sungguh tidak ada lagi yang bisa saya berikan padamu....yang tertinggal hanyalah akar yang mati" kata sang pohon dengan meneteskan air mata.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Saya tidak butuh banyak sekarang, hanya tempat untuk istirahat. saya sangat capek setelah sekian tahun ini" jawab sang anak.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">"Bagus!, akar pohon yang tua ini adalah tempat terbaik untuk istirahat dan bersandar. Mari, mari bersandarlah dan duduk denganku ..."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Sang anak akhirnya duduk dan pohonpun berbahagia dan tersenyum dengan air matanya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif;"><span style="font-size: 13px;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Ini adalah kisah kita. Pohon itu adalah orang tua kita. Saat kita kecil kita senang dan bermain dengan Mama Papa kita.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">....saat kita tumbuh dewasa ..kita meninggalkan mereka ...hanya datang sa'at kita membutuhklan sesuatu atau saat kita dalam kesulitan. Apapun itu, orang tua kita akan selalu ada dan memberikan apapun yang mereka bisa berikan untuk membuatmu bahagia. Kamu akan menganggap sikap sang anak tersebut jahat sama orang tuanya, akan tetapi begitulah kita kebanyakan kita memperlakukan orang tua kita.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: "verdana","geneva","lucida","lucida grande","arial","helvetica",sans-serif; font-size: 13px;">Cintailah orang tua kita ...........<br />
</span></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-44292945905995029852012-04-15T22:50:00.005-07:002012-06-12T20:58:27.615-07:00Kisah Pengorbanan Sang Bidadari<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0JTfz0XqC026lltJdoJwv1LDHpXqULhCqBFjNgfZnwstZ1zGVa_ak-Cj2pfdIIUKn3LI2cYaE9sTbJadD9kBdXHm0A12StQvsbmJLf1v45pz33K-O8jovqwNd33jrRMmslISewS4kFJo/s1600/nassssssssssu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0JTfz0XqC026lltJdoJwv1LDHpXqULhCqBFjNgfZnwstZ1zGVa_ak-Cj2pfdIIUKn3LI2cYaE9sTbJadD9kBdXHm0A12StQvsbmJLf1v45pz33K-O8jovqwNd33jrRMmslISewS4kFJo/s200/nassssssssssu.jpg" width="105" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Add caption</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent;"><span style="font-family: "Georgia","Times New Roman","Times",serif;"> Wanita </span> itu bernama Rukaiyah… wajahnya tidak begitu cantik namun basuhan air wudhu yang selalu membasahi <span style="font-family: "Georgia","Times New Roman","Times",serif;">membuat</span></span><span style="background-color: transparent;"> dia tampak bersahaja. Ditambah kelembutan akhlaknya yang dipelajarinya dari</span><span style="background-color: transparent;"> kisah-kisah para Radiallahu’anha membuatperilakunya lembut </span><span style="font-family: "Georgia","Times New Roman","Times",serif;">tetapi</span><span style="background-color: transparent;"> tidak lemah. Alqur’an dan Hadits telah menjadi pedoman mutlak baginya semenjak Ia duduk di bangku SMA dan sering mengikuti kajian-kajian tentang islam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun dia tidak bersekolah di sekolah yang bernotabenkan Islam namun pendiriannya terhadap agama yang di anutnya begitu<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
kuat sehingga tidak terpengaruh dengan gaya hidup teman-temannya yang sebaya dengannya. Dia tidak berpacaran bahkan membayangkan untuk berpacaran pun tidak pernah sehingga banyak teman-teman di sekitarnya yang berkata “Wajah sudah jauh dari cantik, kalau pacar aja gak punya mana mungkin akan punya <span style="font-family: "Georgia","Times New Roman","Times",serif;">suami</span>” namun dia tidak menghiraukan hal itu karena dia tidak meragu akan janji Allah bahwa wanita baik-baik akan </div>
<div style="text-align: justify;">
mendapatkan laki-laki yang baik-baik dan wanita yang buruk akan mendapatkan lelaki yang buruk pula. Untuk itulah dia selalu berusaha menjadi wanita yang baik yang senantiasa membalutkan aturan islam dalam dirinya <span style="font-family: "Georgia","Times New Roman","Times",serif;">agar </span>suatu ketika janji Allah itu datang padanya.<br />
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika duduk di bangku kuliah dia aktif di Lembaga Da’wah Kampus (LDK) turut berpartisipasi dalam menyumbangkan <span style="font-family: "Georgia","Times New Roman","Times",serif;">tenaga</span> dan pikiran demi menguatkan peradabanIslam di tengah kezoliman ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kini usianya sudah mendekati kepala tiga namun jodoh <span style="font-family: "Georgia","Times New Roman","Times",serif;">tak</span> datang jua. Dia telah berusaha dan menyerahkan semuanya pada Allah namun mungkin belum terkabulkan do’anya. Dia tetap sabar meskipun tetangga dan teman-temannya selalu menertawainya. Bahkan kata salah seorang ibu yang minim pengetahuan agamanya. “Ini adalah akibat dari tidak membuka diri pada lelaki (Maksudnya berpacaran)” bahkan ada yang berkata wajahnya jelek <span style="font-family: "Georgia","Times New Roman","Times",serif;">tapi </span>sok mahal. ia dapat memaklumi segala apa yang dikatakan orang-orang itu sebab dia tahu sekarang sunnah telah menjadi asing di mata mereka.</div>
<div style="background-color: transparent; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; font-size: 15px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: currentColor; outline-style: none; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun apa hendak dikata, kesabarannya membuahkan hasil yang indah. Dipenghujung usianya itu datang seorang lelaki tampan dan juga sholeh. Lelaki itu bernama Dikky. Pemuda tampan dengan wajah yang berseri kerna selalu terbasuhkan Wudhu dan sangat menyayangi wanita. Dia adalah teman Rukaiyah ketika di LDK dahulu. Dialah pemuda yang dijanjikan Allah pada Rukaiyah karena telah yakin akan janji-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemuda itu menyayanginya dengan penuh ketulusan. Dia tidak pernah mau melihat airmata di pipi Rukaiyah karena dia tidak ingin melihat istrinya bersedih. Dan selalu berusaha untuk membahagiakannya. Sebagai suami dia sangat bertanggungjawab terhadap segala kebutuhan istrinya tersebut (keluarganya).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai Istri, Rukaiyah pun tahu akan kewajibannya. Dia melayani segala kebutuhansuami dengan sepenuh hati tanpa ada kata-kata resah dalam setiap lelahnya. Semua itu dilakukanolehnya semata karena cintanya pada Allah dan ketaatannya pada suami.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rumahtangga kecil yang baru dibina mereka itu merupakan jawaban Allah dari apa yang selama ini dikeluhkan mereka disetiap penghujung malam disaat orang-orang terlelap. Dan kini mereka berdua pun dipertemukan dalam ikatan cinta yang suci meskipun ketika di LDK dahulu mereka tidak saling memiliki rasa dan tak terbayangkan bahwa akan dipertemukan Allah dalam jalinan cinta suci ini. Mereka pun saling menerima kekurangan masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika sang suami sedang berada dalam keterpurukan dia tetap setia menemani dan menjadi penyemangat sang suami. Dia tetap sabar menerima segala bentuk kekurangan suaminya. Dia tidak pernah berharap sesuatu yang lebih dari suami karena dia sadar akan keterbatasan suaminya. Hal inilah yang membuat keluarga mereka sangat bahagia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kebahagiaan itu pun masih di uji.. Belum cukup setahun setelah pernikahansang suami harus meninggalkannya karena akan diberangkatkan ke Palestina selama beberapa bulan oleh Organisasinya yang merupakan salah satu Gerakan Kemanusiaan bergerak di bidang kesehatan dan sosial untuk menolong saudara-saudaranya yang terzolimi haknya dan membutuhkan bantuan disana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rukaiyah sudah merasakan kesedihan yang teramat sangat saat mendengar suaminya akan berangkat ke negara yang terjajah itu. Entah kenapa airmatanya terus mengalir semenjak saat itu namun diasering menyembunyikannya dari sang suami. Sampai pada suatu ketika sehari sebelum hari diamana Dikky suaminya akan berangkat. Suaminya mendapatinya sedang mengupas bawang di pagi hari saat hendak menyiapkan sarapan Nasi Goreng kesukaan sang suami yang dikala itu diketahuinya sedang shalat dhuha.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa kamu menangis ya zaujatie..” Tanya sang suami seusai shalat Dhuha dan menemui istrinya di dapur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rukaiyah tidak dapat memungkiri bahwa sesungguhnya dia takut suaminya takkan kembali lagi ketika pergi nanti. Sang suami yang begitu menyaynginya dan tidak tega melihat airmata dipipi sang istri itu pun mengusap airmatanya lalu menegarkannya.</div>
<div style="text-align: center;">
“Jalan da’wah telah memanggilku ya Zaujatie.. sungguh, sulit untukaku meninggalkanmu namun sulit pula untuk aku tinggalkan saudara kita yang membutuhkan tenaga kita disana. Jika engkau tidak mengijinkan,aku tidak akan pergi ya Zaujatie…”</div>
<div style="text-align: center;">
Sang istri pun menundukkan wajahnya dengan airmata yang terusmengalir ia berkata:</div>
<div style="text-align: center;">
“Jika itu adalah bukti dari cintamu pada Allah lebih besar daripada cintamu padaku, Aku Ridho kepergianmu. Tapi entah mengapa aku hanya terus merasa sedih”</div>
<div style="text-align: center;">
“Ya Zaujatie ya.. Jika Allah mengijinkan aku akan kembali namun jika tidak, aku kan menunggumu di Jannah-Nya nanti.”</div>
<div style="text-align: center;">
Suaminya lalu memeluknya seraya berkata:</div>
<div style="text-align: center;">
“Walillahi.. Ana Uhibbuki Filla ya Zaujatie..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Besoknya ketika sang suami hendak berangkat di hantarkannya hingga ke beranda rumah. Doa serta senyuman penyemangat tak lupa ia berikan pada sang suami. Dia mencium tangan sang suami lalu suaminya pun membalas dengan sebuah kecupan tulus di keningnya..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku titipkan Alqur’an sebagai teman bagimu untuk engkau bacakan di saat engkau sedang dalam kesepian. Dan Allah akan menjadi pelindung bagimu disaat engkau sedang dalam ketakutan.” Ucap sang suami seraya berlalu meninggalkannya.. Ikhlaskan aku pergi…Assalamu’alaykum….</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pun menjawab salam sang suami lalu menatapnya hingga jauh. Sang suamipun membalikkan badan lalu menatap istrinya yang masih berada diberanda itu. Rukaiyah pun tersenyum mengangguk memastikan pada sang suami bahwa dia benar-benar ridho sehingga tak ada lagi keraguan dihati suami untuk pergi ke medan juang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika pergi suaminya tak lupa meninggalkan uang yang Insya Allah lebih dari cukup hinga dia kembali nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir setiap malam Rukaiyah senantiasa menangis mengeluh pada Allah mendoa’kan suaminya yang berada nan jauh disana. Dia mampu menjaga kehormatandan harta suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selang beberapa hari setelah suaminya pergi ia merasa selalu mual.Lalu ia pun memeriksa ke dokter dan ternyata dia posstive tengah Hamil. Berita gembira itu pun segera di kabarkan pada suaminya yang sangat di cintainya itu melalui telekomunikasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh Dikky sangat bahagia mendengar berita itu. Apalagi saat istrinya berkata “Mas, aku sedang mengandung anak Mas.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku sebentar lagi akan menjadi papa Rid..” Kata Dikky pada Ridho sahabatnya yang sama-sama berada di Palestina.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ridho pun turut memberikan senyum bahagia saat melihat pancaran kebahagiaan dariwajah sahabatnya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku bentar lagi jadi Bapak, lalu antum kapan ya akhie??” Tanya Dikky bercanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ana pasrah pada Allah Sajalah.. Untuk apa memetik kurma yang masih melekat di tangkai, tho kalau matang juga bakalan jatuh sendiri kok.”Cakap Ridho.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya, Pasrah sih pasrah.. tapi harus kudu usaha juga boy.. Tawakkal pada Allah itu bukan berarti tanpa usaha lho.. Harus usaha tapi dengan batasan yang shar’i.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Okhay ya Zamilie.. sepulang dari sini nanti bakal ana usahain ngelamar semua akhwat.” Canda Ridho.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu adalah hari yang paling bahagia bagi Dikky karena menjadi ayah adalah impiannya selama ini. Namun pada hari itu juga Ia dipanggil oleh sang Khalik ketika sebuah tembakan meleset ke dadanya saat hendak menolong salah seorang warga sipil yang terjebak di sebuah bangunan. Darah pun mengalir di sekujur tubuhnya… dia masih bisa berbicara sedikit saat di bawa ke Pos Pertolongan Pertama Gawat Darurat. Air mata Ridho tak sanggup menahan saat melihat apa yang terjadi pada sahabatnya. Baru saja tadi mereka tersenyum bersama dan sekarang sahabatnya tersebut seperti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ridho lalu memegang kedua tangannya lalu Dikky menyampaikan sesuatu padanya sebelum Ia menghembuskan nafas terakhirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tolong jikalau antum pulang nanti, sampaikanlah salamku pada istriku bahwa aku mencintainya. Besarkanlah anakku dengan Islam. Biarkan Alqur’an dan Hadits mengalir menyatu dalam jiwanya agar dia takut pada Allah dan menjalankan sunnah Rosulnya. Katakan padanya kita akan bertemu di syurga nanti.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ridho menggangguk dengan penuh airmata. Dia tak kuasa menahan keharuan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Asyhadualla Ilaaha Illallah Wa Asyhaduanna Muhammadarrosulullah…” Berpulanglah Ia dengan tersenyum..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Segala sesuatu yang ada di bumi ini akan kembali pada Allah…</div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu bayangan wajah sang suami terus menghampiri Rukaiyah.. Ia tak tahu kenapa dia merasakan rindu yang teramat sangat setelah menyampaikan berita gembira pada sang suami tadi. Lalu kabar tentang kematian suaminya pun di kabarkan oleh Ridho sahabat suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia menangis mengikhlaskan kepergian suaminya itu. Mencoba untuk tetap tegar karna semua telah digariskan-Nya. Dia akan tetap sabar menghadapi semua ini dan benar-benar meridhoi keputusan Allah yang menimpanya tersebut. Dia yakin semua akan ada hikmahnya. Ini juga sebuah bukti bahwa cintanya pada Allah lebih besar daripada cintanya terhadap apapun meskipun sesekali sering ada rasa rindu pada suaminya. Lelaki sholeh yang dicintainya semata karena Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh sulit jika ada wanita yang bisa seperti Rukaiyah.. Yang mencintai suaminya semata karena Allah. Dan kini telah menjadi Syuhada yang syahid di jalan Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Semoga kita mampu mengambil pelajaran dari kisah yang sedikit ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Seindah apapun kisah yang ana tuliskan lebih indah lagi kisa para shahabat wa Shahabyyah..</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-21289150648394308262012-04-15T21:48:00.003-07:002012-05-20T07:31:40.748-07:00Arti Kesuksesan Sejati<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqCn7IOgwlQ55OgwnLiGcCTlkeg0LXwqj0ggKTQN2Uo9IMz7xsJxhfKFqHyQxoAzOTz3t3vk9TNpFIywySFHMnaQMyG1D6526jiMH6AyJ2xEycINUo0jeYNVyoVviufIBzMGCYnO-TsDM/s1600/pencapaian-800.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqCn7IOgwlQ55OgwnLiGcCTlkeg0LXwqj0ggKTQN2Uo9IMz7xsJxhfKFqHyQxoAzOTz3t3vk9TNpFIywySFHMnaQMyG1D6526jiMH6AyJ2xEycINUo0jeYNVyoVviufIBzMGCYnO-TsDM/s200/pencapaian-800.jpg" width="200" /></a></div><span style="color: black;"> Ramadhan telah meninggalkan kita. Ada rasa haru dalam hati kita ketika meninggalkan Ramadhan yang penuh berkah. Kata pepatah, <i>idza zuqta halawat al-washilah la ‘arafta murrat al-qathi’ah</i> – jika engkau pernah merasakan nikmatnya bersatu, niscaya engkau akan merasakan pahitnya berpisah. Kita sedih ditinggalkan Ramadhan, dan kita berharap agar Allah panjangkan umur kita sampai Ramadhan yang akan datang, dalam keadaan yang lebih baik, sehat, dan penuh curahan rahmat Allah swt.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span><br />
<span style="color: black;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Hari ini kita basahi lidah kita dengan takbir, tahmid, dan tahlil. Kita gemakan kebesaran Allah swt ke segala penjuru angkasa dengan penuh sukacita – kadang dengan tetesan air mata – sebagai ekspresi rasa harap kita akan rahmat-Nya, sebagai ekspresi rasa takut kita akan azab-Nya, dan sebagai ekspresi rasa syukur kita atas nikmat-nikmat-Nya. Kita bersyukur bahwa Allah swt masih mempertemukan kita dengan Ramadhan dan merayakan Idul Fitri bersama-sama. Padahal, banyak saudara kita yang tidak bisa hadir di sini bersama kita, lantaran sakit, terhalang, atau karena telah mendahului kita.</span></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Betapa indahnya kemanusiaan kita pada hari ini. Dengan lantunan takbir, tahmid, dan tahlil, dari lubuk hati yang terdalam kita sadari betul bahwa selama ini yang kita besarkan adalah bukan Allah. Yang kita besarkan selama ini adalah harta, kedudukan, popularitas, dan perkara keduniaan lainnya, sehingga membuat ruhani kita menjadi tumpul dan tidak berkembang.</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Shalat Id yang baru saja kita lakukan merupakan simbolisasi dari kesuksesan kita menghidupkan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, pelajaran berharga dari Idul Fitri yang kita rayakan hari ini merupakan akumulasi dari dari pelajaran-pelajaran ibadah puasa, shalat, dan zakat kita di bulan Ramadhan. Selama 720 jam, Ramadhan sebagai suatu madrasah ruhaniah, <i>spiritual training</i>, telah menggembleng kita untuk memahami prinsip kesuksesan hidup yang hakiki dan cara meraih kesuksesan itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Apakah prinsip kesuksesan hakiki yang telah diberikan oleh Ramadhan kepada kita? Ada begitu banyak prinsip kesuksesan yang telah diajarkan oleh Ramadhan.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2Vw8HB14psL64xWmRDJAsc72BYSXLmP2sgrp5zeQeJXgpk_Juvt2DvLqkWriKMoHozAgdfUnbBLeTHjIYUQ6wo888SxB5nJkpTqEE2wAxZVLwXa7gFP68EuXaGGFMk1ypGwuYBfTnTEI/s1600/kesehatan-jasmani-rohani.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2Vw8HB14psL64xWmRDJAsc72BYSXLmP2sgrp5zeQeJXgpk_Juvt2DvLqkWriKMoHozAgdfUnbBLeTHjIYUQ6wo888SxB5nJkpTqEE2wAxZVLwXa7gFP68EuXaGGFMk1ypGwuYBfTnTEI/s1600/kesehatan-jasmani-rohani.jpg" /></a></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Di antaranya adalah:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Yang pertama, kita disebut sukses manakala kita bisa menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah swt.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Selama kita berpuasa, sejak Subuh hingga Maghrib, kita rela menahan lapar, haus, dan hal-hal lain yang mengurangi nilai ibadah puasa kita. Kita teguh memegang prinsip. Kita tidak berani melanggar pantangan puasa sampai datang waktu berbuka. Rasanya tidak ada waktu yang ditunggu-tunggu oleh orang yang berpuasa, kecuali datangnya waktu Maghrib. Kesuksesan orang yang berpuasa adalah di saat berbuka. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt berfirman,</span></div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">‘Buat orang yang berpuasa, ia memiliki dua kegembiraan. Pertama, ketika berbuka, ia gembira dengan saat berbukanya itu. Kedua, ketika ia berjumpa dengan Allah (nanti di hari Akhir) ia gembira dengan ganjaran puasanya’. (Hadits, muttafaq alayh)</span></div><span style="color: black;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Waktu berbuka, yaitu Maghrib dan Idul Fitri sebagai akhir puasa, adalah simbol datangnya kesuksesan jangka pendek, yaitu kesuksesan dunia. Sedangkan kesuksesan jangka panjang adalah di saat hari Akhir berjumpa dengan Allah, dan kita mendapatkan ganjaran masuk surga melalui pintu ar-Rayyan, yang tidak akan masuk surga melalui pintu itu kecuali buat orang-orang yang berpuasa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Kesuksesan yang sejati adalah manakala kita bisa melakukan ketaatan kepada Allah. Hati kita akan merasa damai di saat kita melakukan ketaatan. Buat seorang muslim, sukses akan datang dengan sendirinya manakala ia sabar menjalani ketaatan itu, meskipun dihadapkan pada rintangan-rintangan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span><br />
<span style="color: black;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Ada sebuah kisah menarik tentang dampak ketaatan kepada Allah swt.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Salah seorang sahabat Rasulullah ada yang bernama Said al-Khudri. Suatu hari ia mendatangi Rasulullah, lalu berkata, </span></div><div align="center" style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> ‘Duhai Rasulullah, semalam aku bermimpi aneh. Aku melihat diriku shalat di belakang sebuah pohon. Lalu aku membaca al-Quran dalam shalatku dan pohon itu menjadi merunduk. Ketika aku sampai pada satu ayat sajdah, yaitu ayat sujud tilawah, maka aku pun melakukan sujud. Lalu, aku melihat pohon itu juga ikut bersujud lantaran sujudku. Ketika pohon itu bersujud, aku mendengar ia berkata, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku dengan sebab sujudku ini. Tuliskan pahala bagiku dengan sebab sujudku ini. Jadikanlah sujudku ini sebagai tabungan akhiratku. Terimalah amalku ini sebagaimana Engkau telah menerima amal hamba-Mu Dawud alayhissalam’.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Begitu mimpi Said al-Khudry.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Subhanallah, sebuah pohon yang tumbuh di masa Rasulullah ternyata mengetahui ketaatan Nabi Dawud <i>alayhissalam</i>. Padahal, jarak antara Rasulullah dengan Nabi Dawud adalah ribuan tahun. Nabi Dawud memang seorang Nabi yang Allah berikan suara yang indah. Jika ia membaca kitab Zabur maka seluruh alam menjadi terpesona.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Begitulah, hadirin rahimakumullah, jika kita membiasakan diri untuk menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah, melalui ketaatan kepada-Nya, maka nama kita akan harum sepanjang masa melintasi zaman dan alam, dikenang oleh makhluk Allah swt.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Yang kedua, kesuksesan tidak boleh membuat kita eforia, lupa diri, dan kebablasan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Di saat kita menjalankan ibadah puasa, di saat rasa lapar dan haus mendera, rasanya terbersit hasrat dalam hati kita untuk memuaskan nafsu makan dan minum kita nanti di saat berbuka. Namun, di saat segala hidangan sudah dihamparkan dan datang waktu berbuka, seteguk minuman dan sesuap makanan sudah melenyapkan hasrat kita itu. Sebutir kurma sudah mengenyangkan perut kita. Seteguk dua teguk teh hangat-manis sudah menghangatkan tubuh kita. Kita pun menjadi kembali perkasa dan energik. Kita tidak punya hasrat lagi untuk menghabiskan segala hidangan yang tersedia, kecuali sekedar kebutuhan. Subhanallah… Itulah sunnatullah..</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Hadirin rahimakumullah, itu artinya apa? Itu artinya bahwa ketika kita mendapatkan kesuksesan, kita tidak boleh eforia, tidak boleh lupa diri, dan tidak boleh kebablasan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Riset ilmiah sudah membuktikan bahwa orang-orang sukses adalah orang-orang yang mampu menunda kesenangan sesaat untuk kesenangan yang lebih panjang. Orang yang memilih untuk menabung uang dibanding menghabiskan uangnya, maka ia akan kaya dalam jangka panjang. Bukankah ada pepatah yang mengatakan: Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya?</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Dengan Ramadhan, Allah swt sengaja melatih kita untuk menunda kesenangan sesaat untuk kesenangan yang lebih abadi. Dan Rasulullah saw sudah mencontohkan hal itu kepada kita, umatnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Ada kisah menarik, suatu hari Sayyiduna Umar bin Khattab r.a. datang ke rumah Rasulullah. Setelah Umar mengucapkan salam dan diizinkan masuk, ia melihat Rasulullah sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma, dan tikar itu menimbulkan bekas pada punggung Rasulullah. Melihat keadaan yang mengharukan itu, Umar bin Khattab menangis.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Lalu terjadilah dialog antara Rasulullah dengan Umar.</span></div><div style="text-align: left;"><span style="color: black;"> ‘Mengapa engkau menangis, wahai putra al-Khattab?’, tanya Rasulullah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Umar menjawab, ‘Duhai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis. Tikar kasar ini sudah membuat punggungmu berbekas. Dan aku lihat hanya ini saja perabotan rumahmu. Padahal, engkau adalah Nabi Allah dan manusia pilihan-Nya. Sementara di sana, yang namanya Kisra dan Kaisar duduk bertatahkan permata, tidur berbantalkan sutra’.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Lalu Rasulullah berkata, ‘Orang-orang yang kau sebutkan barusan adalah mereka yang disegerakan kesenangannnya oleh Allah, padahal itu adalah kesenangan yang akan berakhir. Sementara kita adalah kaum yang Allah tunda kesenangannya untuk kesenangan akhirat kita. Perumpamaanku dengan dunia adalah seumpama seorang musafir yang berjalan di musim panas. Lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon barang sejenak. Dia istirahat di bawahnya, lalu pergi meninggalkan pohon itu, melanjutkan perjalanannya’.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Seorang Muslim yang sukses, jika ia kaya, maka kekayaaannya tidak membuat ia lupa berzakat, bersedekah, dan berbagi dengan orang-orang yang nasibnya berada di bawahnya. Ia menjadi orang dermawan. Jika ia pengusaha atau pebisnis, maka bisnisnya tidak membuatnya lupa mengingat Allah. Ia menjadi pebisnis islami. Jika ia penguasa, maka kekuasannya tidak membuat ia bertindak zalim, sewenang-wenang, dan mengkhianati kekuasaannya di hadapan Allah dan masyarakat. Ia menjadi penguasa yang amanah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Seorang Muslim yang sukses tidak bersikap eforia, lupa diri, dan kebablasan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Yang ketiga, sukses adalah manakala kita mampu bersikap jujur.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt berfirman, </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> ‘Seluruh amal manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi ganjarannya’ (Hadits, muttafaq alayh)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Mengapa Allah mengkhususkan ibadah puasa untuk dirinya? Menurut Imam al-Qurthubi, itu karena dua alasan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Yang pertama, puasa mampu mencegah seseorang untuk memanjakan kesenangan diri dan hasratnya. Sementara ibadah-ibadah yang lain tidak seperti itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Yang kedua, puasa adalah rahasia seorang hamba dengan Tuhannya. Tidaklah ia berpuasa melainkan untuk-Nya. Oleh karena itulah, puasa menjadi istimewa dengan sebab ini. Sementara ibadah-ibadah lainnya dapat dengan mudah dimasuki oleh unsur riya’.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Puasa membuat kita jujur, karena kita merasa diawasi oleh Allah swt. Itulah yang disebut <i>muraqabatullah</i>. Orang lain bisa kita bohongi dengan puasa kita, namun Allah tidak. Dalam surat al-Hadid: 4, Allah swt berfirman, </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><i>Dia selalu bersamamu di manapun kamu berada, dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.</i></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Ada sebuah kisah menarik. Suatu hari, Abdullah bin Umar (anaknya Umar bin Khattab) melakukan perjalanan. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang penggembala ternak. Maka terjadilah dialog di antara mereka. </span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;"> Ibnu Umar berkata, ‘Maukah engkau menjual satu kambing saja?’</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Penggembala itu menjawab, ‘Kambing-kambing ini bukan milikku’</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Ibnu Umar berkata, ‘Katakan saja kepada pemiliknya bahwa satu ekor sudah dimakan serigala’.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Penggembala itu menjawab, ‘Kalau begitu, di manakah Allah?’</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Mendengar jawaban penggembala kambing itu, Abdullah bin Umar menjadi kagum. Sepanjang perjalanan ia mengulang-ulang ucapan, ‘Lalu dimanakah Allah?’</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;"> Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Itulah potret muslim yang jujur. Ia sadar bahwa Allah selalu melihat apa yang ia lakukan. Dalam jangka panjang, orang jujur akan mendapatkan kesuksesan. Tidakkah terbayang dalam ingatan kita, bahwa Rasulullah saw, sebelum diangkat menjadi Rasul, sudah terkenal dengan kejujurannya? Jauh sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, masyarakat sudah menyebutnya sebagai al-Amin (orang yang dapat dipercaya).</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;">Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: black;"> Pada dasarnya kita cinta dengan kebenaran, kebaikan, ketaatan, dan keluhuran. Itulah fitrah kita yang suci. Fitrah itulah yang perlu kita <i>recharge</i> (isi kembali) dalam ibadah puasa, agar kita memiliki energi tambahan untuk mendapatkan kesuksesan dunia dan akhirat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"> Semoga Allah swt menerima amal puasa kita dan amal-amal lain yang kita lakukan dalam bulan Ramadhan, sehingga kita termasuk hamba-Nya yang kembali kepada kesucian fitrah kita, yaitu kembali kepada Allah, dan berhasil memenangkan pertarungan melawan hawa nafsu.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-60686706895549220892012-04-15T21:38:00.003-07:002012-05-20T04:28:15.048-07:00Kita Bersama Orang yang Kita Idolakan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx9qJuIMDpjq-K2pqX4mHZIcPVSAiCfHwyr_6LqGEPjQkizgPWr0mVo-dRLarfMR2IF08Ddg-AdUlT56Oc3e43ua4rFjyDhVGqfG7uB24cHLEyCwJmQZ2BL8jTcfLkk_zjJjS8uR-XoAM/s1600/rindu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx9qJuIMDpjq-K2pqX4mHZIcPVSAiCfHwyr_6LqGEPjQkizgPWr0mVo-dRLarfMR2IF08Ddg-AdUlT56Oc3e43ua4rFjyDhVGqfG7uB24cHLEyCwJmQZ2BL8jTcfLkk_zjJjS8uR-XoAM/s1600/rindu.jpg" /></a></div>Rasulullah saw. memiliki seorang <i>mawla</i> yang bernama Tsawban. <i>Mawla</i> artinya budak yang telah dibebaskan. Tsawban begitu mencintai Rasulullah, sampai-sampai ia tidak bisa menahan gejolak rindunya. <br />
<div style="background-color: white; color: black; text-align: justify;">Setelah sekian lama berpisah dengan Rasulullah, Tsawban mendatangi Rasulullah. Kini ia berubah: wajahnya pucat, murung, dan badannya kurus. </div><div style="background-color: white; text-align: justify;"><span style="color: black;"><span style="color: black;">Melihat penampilan Tsa</span>wban yang berubah drastis, Rasulullah menanyakan apa gerangan yang terjadi dengan dirinya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Masya Allah, dengarlah jawaban Tsawban. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Kata Tsawban, ‘Aku tidak sakit, wahai Rasulullah. Hanya saja, jika aku tidak melihat wajahmu beberapa saat saja, maka aku begitu merasa kesepian dan rindu ingin</span></div><a name='more'></a><div style="background-color: white;"><span style="background-color: #e06666; color: lime;"><span style="color: black;"><span style="background-color: white;"></span></span><span style="background-color: lime;">segera berjumpa denganmu. Lalu, aku berpikir di akhirat nanti aku tidak akan mungkin lagi melihatmu, karena kalaupun aku masuk surga, </span></span><i style="background-color: lime; color: black;">toh</i><span style="background-color: blue; color: lime;"><span style="background-color: lime; color: black;"> engkau pasti berada di tempat para Nabi. Ujung-ujungnya aku pun tidak pernah lagi berjumpa denganmu’. </span><span><span style="background-color: #f3f3f3;"></span></span></span></div><div style="background-color: white;"><span style="background-color: blue; color: lime;"> </span></div><div style="background-color: white; color: lime; text-align: justify;">T<span style="color: black;">idak lama setelah Rasulullah saw. mendengar perkataan Tsawban, turunlah wahyu, </span></div><div style="background-color: white; color: lime; text-align: justify;"><i><span style="color: black;">‘Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan bersama orang-orang yang Allah berikan nikmat, yaitu berada di golongan para Nabi,</span> orang-orang yang tulus (shiddiq), para syuhada, dan orang-orang shalih’ </i>(Q.s. an-Nisa’, ayat 69).</div><div style="background-color: white; color: lime; text-align: justify;">Begitulah.</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Rasulullah saw. adalah figur yang paling pantas kita cintai dan idolakan. Jika kita mengidolakan orang lain, maka suatu saat kita akan kecewa. Jika kita mengidolakan artis, selebritis, politisi, atau lainnya, suatu saat kita akan kecewa karena perilaku mereka tidak sesuai harapan kita. Orang-orang semacam ini memang tidak pantas kita idolakan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Cintailah Rasulullah, niscaya kita akan kembali berkumpul bersamanya. </span></div><div style="text-align: justify;"><i><span style="color: black;">Ya Allah, jadikan kami salah satu orang yang Kau kumpulkan bersama para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin…</span></i></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-9506276557274365102012-04-15T21:25:00.000-07:002012-05-16T06:45:16.795-07:00Inikah Mati yang Indah?<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIE3bWICDxLE4On72DUx1Ji73iQPuXyHGrnzlKmZW8T6MQ_JXKgP_nB1fUnegkftz7CIcNVJr_TuNVV0QXCbuAVLdb8kfCHORkM_slStdbckyBBTpSaqT1c3_ZTzcgWKb_ByBV65-0-WU/s1600/mayat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIE3bWICDxLE4On72DUx1Ji73iQPuXyHGrnzlKmZW8T6MQ_JXKgP_nB1fUnegkftz7CIcNVJr_TuNVV0QXCbuAVLdb8kfCHORkM_slStdbckyBBTpSaqT1c3_ZTzcgWKb_ByBV65-0-WU/s1600/mayat.jpg" /></a></div>
<span style="color: black;"> Saya membaca kitab <i>Malak al-Mawt wa al-Anbiya’</i>, yang ditulis oleh Syaikh Musthafa Murad. Di dalamnya berisi tentang bagaimana <i>malak al-mawt</i>
(malaikat pencabut nyawa) mencabut nyawa manusia, disertai
contoh-contoh nyata dari para Nabi dan orang-orang shalih. Bahkan di
dalamnya diceritakan orang-orang yang meninggal dunia secara <i>husnul khatimah</i> atau <i>su’ul khatimah</i>.</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Saya akan ceritakan salah satunya.</span><br />
<span style="color: black;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"> Di Mesir,
ada seorang pemuda yang tugas sehari-hari mengumandangkan azan dan
menjadi imam shalat di masjid. Dari wajahnya terlihat kewibawaan dan
cahaya ketaatan. Suatu hari, sebagaimana biasanya, ia naik ke atas
menara untuk mengumandangkan azan. Persis di bawah menara, ada rumah
keluarga Nashrani. Ketika ia sampai di atas menara, ia melihat anak </span></div>
<a name='more'></a> perempuan keluarga Nashrani. Pemuda tersebut tergoda. Ia tidak jadi
mengumandangkan azan. Ia turun dari menara dan masuk ke rumah tersebut.<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black;">Ketika pemuda itu masuk, sang perempuan bertanya, ‘Ada apa gerangan denganmu? Mau apa kamu?’</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black;">Pemuda tersebut menjawab, ‘Aku menginginkanmu’.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black;">Perempuan itu bertanya, ‘Mengapa bisa begitu?’.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black;">Pemuda itu menjawab, ‘Kamu sudah merobek-robek hatiku dan mengambil seluruh isi hatiku’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"> Perempuan itu berkata, ‘Aku tidak mau menimpali sesuatu yang belum jelas’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Pemuda itu terus merayu, ‘Aku akan mengawinimu’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Perempuan itu berkata, ‘Kamu seorang Muslim, sedangkan aku Nashrani. Ayahku tidak akan mengawinkan aku denganmu’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Pemuda itu berkata, ‘Aku akan masuk Nashrani’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Perempuan itu berkata, ‘Kalau memang begitu, baru aku mau kawin denganmu’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Maka pemuda
itu masuk Nashrani, kemudian ia tinggal bersama dalam rumah itu. Suatu
hari, ia naik ke atas rumah tersebut, tiba-tiba ia terjatuh. Ia
meninggal seketika. Ia meninggal dalam keadaan tidak beragama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Begitulah ceritanya. Mudah-mudahan itu tidak terjadi dengan kita dan anak-keturunan kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>Allahumma inna na’udzu bika min su’il khatimah</i>. Amin…</span></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-16714753434926312412012-04-15T21:17:00.003-07:002012-05-21T20:06:16.507-07:00Meraih Kebahagiaan Hidup<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJDfockOZS597TSePanraBr3eXzQ4fRNO0Hrjmq5LFoGJkCMrsIfqPOmc2Fw4h1iV5n85FK82GqLTp4hx1Gwvgj02cRhVfPzN1hHgq8DmpcRRaBKJyxyRprax9fvfeX-kVI2J_jAil6t8/s1600/TTTTTTTTT.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnO8Yk4pu-6rKkohNPjLGIs9ql4WmuA8CbyMjQvHzPucHtci5QZFG6DYUjkb_PK8ChVwxfjeoo2UTHvSI5z_7Uurj-IvKvGgGNxD1ZfJtubUZ0r0ejMH8jR1UZn_KiKY4gsCacqAy5mBs/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnO8Yk4pu-6rKkohNPjLGIs9ql4WmuA8CbyMjQvHzPucHtci5QZFG6DYUjkb_PK8ChVwxfjeoo2UTHvSI5z_7Uurj-IvKvGgGNxD1ZfJtubUZ0r0ejMH8jR1UZn_KiKY4gsCacqAy5mBs/s200/images.jpg" width="200" /></a>Para pembaca yang berbahagia, tidak diragukan lagi bahwa setiap insan pasti mendambakan (pada dirinya) kebahagiaan hidup atau kehidupan yang baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun pandangan masing-masing orang tentang kebahagiaan hidup itu berbeda-beda. Sebagian orang ada yang memandang bahwa ukuran kebahagiaan adalah keberhasilan dalam meraih dunia dengan segala kelezatan hidupnya. Padahal tidaklah demikian hakikatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”</i> [<b>Ali 'Imran: 14</b>]</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).”</i> [<b>Ar-Ra'd: 26</b>]</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Inilah segolongan manusia yang sempit akal dan pandangannya. Mereka merasa heran dan kagum dengan kehidupan dunia dan mencukupkan semangat dirinya terhadap kehidupan dunia. Keadaan mereka yang seperti ini disebabkan oleh:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Tidak ada pada dirinya keimanan kepada akhirat.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Atau beriman kepada akhirat namun tersibukkan dirinya dengan urusan dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehingga kehidupannya adalah kehidupan yang rugi dan celaka, walaupun ia diberikan kemudahan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala untuk meraih harta, perhiasan dan berbagai kelezatan dunia, namun hakikatnya dia sedang mengalami <i>istidraj</i> (keleluasaan) dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Kemudian ia akan mengalami kerugian yang abadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.”</i> [<b>At-Taubah: 55</b>]</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian ulama ahli tafsir mengatakan tentang ayat di atas: “Janganlah kamu tertipu terhadap harta benda dan anak-anak (yang Allah berikan kepada) orang kafir di kehidupan dunia, hanya saja Allah menghendaki yang demikian, agar Dia mengadzab mereka di akhirat kelak.” Inilah yang dinamakan dengan <i>istidraj</i>. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.”</i> [<b>Al Mu'minun: 55-56</b>]</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Subhanallahu wa Ta’ala memberikan dunia kepada siapa saja yang Allah cintai dan yang tidak Allah cintai. Namun, tidaklah Allah memberikan agama ini, kecuali kepada siapa yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala cintai. Sebesar apapun seseorang diberikan kekayaan dunia, niscaya lambat laun ia yang akan meninggalkan dunia atau dunia yang akan meninggalkannya.</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”</i> [<b>Al Hadid: 20</b>]</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mencari dunia terkait dengan kebutuhan hidup adalah sesuatu yang mulia jika dilakukan dalam rangka membantunya untuk taat kepada Allah. Karena dunia adalah ladang beramal untuk kehidupan di akhirat. Hanya saja, sikap yang tercela adalah menjadikan semangatnya yang tinggi untuk meraih dunia. Sehingga tidaklah ia mengarahkan pandangannya kecuali kepada dunia. Tidak peduli darimana ia mendapatkan harta dengan cara yang halal ataukah haram? Dialah sahabat dunia, yang telah menjadikan dunia sebagai tujuan utama dan semangat yang tinggi untuk mendapatkannya, dengan persangkaan bahwa dengannya akan tercapai kebahagiaan hidup.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Adapula yang memandang bahwa kebahagiaan hidup hanya bisa diraih dengan iman dan amal shalih dengan tetap mencari apa yang dibutuhkan dalam kehidupan dunia ini. Mereka mengatakan dalam doanya: “Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.” Mereka menggabungkan dalam doa mereka agar Allah memberikan kepada mereka kebaikan di dunia dan akhirat. Merekalah orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”</i> [<b>An Nahl: 97</b>]</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa yang beramal shalih baik dari kalangan laki-laki atau perempuan dalam keadaan iman, maka Allah akan memberikan kepadanya kebahagiaaan hidup. Di dunia ia merasakan kebahagiaan hidup diatas iman, hatinya tenang, lapang dan senang. Mereka hidup dalam keadaan berzikir kepada Allah, merasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Kemudian di akhirat, Allah Subhanallahu wa Ta’ala akan memasukkan mereka ke dalam surga dan merasakan kelezatan di dalamnya, merasakan kenikmatan abadi yang tidak akan pernah terputus selama-lamanya. Tidak merasakan di dalamnya rasa sakit, takut kepada musuh, tidak ada perasaan gelisah yang menghantuinya, tidak ada dalam hatinya penyakit-penyakit hati, tidak akan pernah merasakan kematian dan sebagainya. Demikianlah ahlul jannah (penduduk surga), mereka merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Taimiyah berkata: “Kebaikan, kebahagiaan, kesempurnaan, dan kedamaian, akan tercapai dengan dua hal: ilmu yang bermanfaat, dan amalan shalih.” (<i>Majmu’ Al-Fatawa</i>, 19/169)</div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila engkau ingin merasakan kebahagiaan hidup, maka wajib bagimu untuk beramal shalih selama hidupmu. Carilah dunia yang akan membantumu untuk memperoleh akhirat. Carilah dunia secukupnya sekedar membantumu taat kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala.</div>
<br />
<b>Tips Meraih Ketenangan Hati</b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Melihat realita yang ada, beberapa orang yang <i>notabene</i> merupakan orang-orang yang terbilang sukses dalam dunianya dan memiliki kedudukan di mata publik, mereka menjadi pasien rohani di beberapa pondok pesantren. Kerasnya roda kehidupan dan jauhnya diri dari norma Islam yang benar, telah membuat hati mereka kering, sesak, risau, dan selalu didera rasa takut. Mereka tidak merasakan ketenangan hati dan seakan seperti terkucilkan dari pergaulan, sehingga membuat mereka <i>stress,</i> dan bahkan sampai membawa kepada perbuatan yang dilarang oleh agama yaitu bunuh diri. Demikianlah, wahai pembaca, kenyataan yang cukup memilukan. Oleh karena itu, sebagai bentuk kepedulian terhadap saudara-saudara kita yang mengalami musibah ini, kami nukilkan disini beberapa tips yang sangat mudah untuk diamalkan dalam meraih ketenangan hati. Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan dalam kitabnya <i>“Al-Wasa`il Al-Mufidah lil Hayat As-Sa’idah”</i>:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
“Sesungguhnya kelapangan, ketenangan dan kegembiraan hati serta jauhnya hati dari perasaan sedih serta gundah gulana merupakan diantara sebab yang akan mengantarkan seseorang untuk meraih kebahagian hidup.”</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sedangkan sebab terbesar untuk meraih kebahagiaan hidup adalah keimanan dan amalan shalih. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”</i> [<b>An Nahl: 97</b>] (Lihat <i>Al-Wasa`il Al-Mufidah lil Hayat As-Sa’idah,</i> hal. 4)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah memberikan kabar gembira dan janji mulia kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih berupa kebahagiaan hidup. Di dunia berupa ketenangan hati dan ketentraman jiwa serta anugerah dalam bentuk rezeki yang halal dari arah yang tidak disangka-sangka. Di akhirat dia akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah terlihat oleh mata, dan belum pernah terdengar oleh telinga serta belum pernah terbetik dalam hati seorang hamba, yaitu kenikmatan surga.</div>
Dua hal pokok yaitu iman dan amalan shalih merupakan sebab terbesar untuk meraih kebahagiaan hidup. Karena seorang yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang benar, akan membuahkan amalan yang shalih, yang akan memperbaiki hati, akhlak, dan kehidupannya di dunia dan di akhirat.<br />
Beberapa hal yang perlu diamalkan dalam meraih ketenangan hati, disamping yang telah disebutkan di atas, adalah:<br />
1. Memperbanyak dzikir kepada Allah.<br />
2. Menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah karuniakan dengan lisannya.<br />
3. Mengambil pelajaran dari kondisi orang yang di bawahnya dalam hal kenikmatan.<br />
4. Berbuat baik kepada sesama makhluk dengan ucapan, perbuatan dan segala macam kebaikan.<br />
5. Berkonsentrasi dalam melakukan amalan yang dilakukan pada hari ini dan jangan terlalu memikirkan (risau) terhadap waktu yang akan datang serta tidak boleh bersedih dari waktu yang telah berlalu.<br />
6. Berusaha untuk menolak sebab-sebab yang mendatangkan kesedihan, gundah-gulana dan yang semacamnya dengan cara melupakan segala pengalaman pahit yang pernah terjadi.<br />
7. Banyak berdoa kepada Allah agar diringankan segalal beban dunia dan diperbaiki segala urusan.<br />
8. Menyandarkan hati hanya kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya.<br />
Untuk lebih rincinya, silakan membaca kitab <i>Al-Wasail Al-Mufidah lil Hayat As-Saidah </i>karya Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Wallahu Ta’ala A’lam.<br />
<br />
****** By: Nasrudin R"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-70438934717556782792012-04-15T21:06:00.000-07:002012-05-16T06:50:10.596-07:00Para Wanita Mendapatkan Apa di Surga Kelak ?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7m0GnuFoCrjsVY9nrorLm_iEMXz_sM2GNThxPxi9c8divsvhDymwApyoYMrYUdm9CH50bFCoJ58PGs7tQyfRpxItO4Sqn2TigqQZ0-P0OlNF_l1oitujMIpldgjTcq95n6iJwErNJDjE/s1600/6666666666666.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7m0GnuFoCrjsVY9nrorLm_iEMXz_sM2GNThxPxi9c8divsvhDymwApyoYMrYUdm9CH50bFCoJ58PGs7tQyfRpxItO4Sqn2TigqQZ0-P0OlNF_l1oitujMIpldgjTcq95n6iJwErNJDjE/s1600/6666666666666.jpeg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertanyaan:</b></div>
<div style="color: blue; text-align: justify;">
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: “Pria mendapatkan istri-istri bidadari di Surga, lalu wanita mendapatkan apa?
</div>
<div style="color: red; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jawaban:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Para wanita akan mendapatkan pria ahli Surga, dan pria ahli Surga lebih
afdhal dari pada bidadari. Pria yang paling baik ada di antara pria ahli
Surga. Dengan demikian, bagian wanita di Surga bisa jadi lebih besar
dan lebih banyak daripada bagian pria, dalam masalah pernikahan. Karena
wanita di dunia juga (bersuami) mereka mempunyai beberapa suami di
Surga. Bila wanita mempunyai 2 suami, ia
diberi pilihan untuk memilih di antara keduanya, dan ia akan memilih
yang paling baik dari keduanya</div>
<div style="text-align: justify;">
(Fatawa wa Durusul Haramil Makki, Syaikh Ibn Utsaimin 1/132, yang
dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, edisi bahasa
Indonesia “Fatwa-fatwa tentang wanita”)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Pertanyaan:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya: “Ketika saya membaca Al-Qur’an, saya
mendapati banyak ayat-ayat yang memberi kabar gembira bagi
hamba-hamba-Nya yang beriman dari kaum laki-laki, dengan balasan
bidadari yang cantik sekali. </div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Adakah wanita mendapatkan ganti dari
suaminya di akhirat, karena penjelasan tentang kenikmatan Surga
senantiasa ditujukan kepada lelaki mukmin. Apakah wanita yang beriman
kenimatannya lebih sedikit daripada lelaki mukmin?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Jawaban:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak bisa disangsikan bahwa kenikmatan Surga sifatnya umum untuk
laki-laki dan perempuan. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak
menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik
laki-laki ataupun perempuan” (Ali-Imran:195)</div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik” (An-Nahl:97)</div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (An-Nisa’:124) </div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”(Al-Ahzab:35)</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah telah menyebutkan bahwa mereka akan masuk Surga dalam
firman-Nya: “Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang
teduh, bertelekan di atas dipan-dipan” (Yasin:56)</div>
<div style="text-align: justify;">
“Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan”(Az-Zukhruf:70)</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah menyebutkan bahwa wanita akan diciptakan ulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan” (Al-Waqi’ah: 35-36)</div>
<div style="text-align: justify;">
Maksudnya mengulangi penciptaan wanita-wanita tua dan menjadikan
mereka perawan kembali, yang tua kembali muda. Telah disebutkan dalam
suatu hadits bahwa wanita dunia mempunyai kelebihan atas bidadari karena
ibadah dan ketaatan mereka. Para wanita yang beriman masuk Surga
sebagaimana kaum lelaki. Jika wanita pernah menikah beberapa kali, dan
ia masuk Surga bersama mereka, ia diberi hak untuk memilih salah satu di
antara mereka, maka ia memilih yang paling bagus diantara mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
(Dinukil dari Fatawal Mar’ah 1/13, yang dikutip dalam Al-Fatawa
Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia “Fatwa-fatwa
tentang wanita”. Syaikh Abdullah bin Jibrin saat ini (th 2003) sudah
ditinggalkan oleh Ulama karena mengikuti Abul Fitan – Abul Hasan Al
Mishri Al Ma’ribi, red)</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-9016756401958474412012-04-15T20:14:00.001-07:002012-05-20T04:32:21.279-07:00Teriakan Kesedihan Seorang Wanita Akibat CHATTING<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJyXYNQj0t59tmUtA8daWwrfox6WTFZhK35ZZ0wMxAZVI9XjrYyV0AfP3XTLiSUFKniiMnICRAkTe7XaSNAUfUU4tSiMBILVPMsE71yFjgBxGgi6Y7Yyo7j1-XnMxJSJBd1RcP9EFgk-Q/s1600/sssss.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="142" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJyXYNQj0t59tmUtA8daWwrfox6WTFZhK35ZZ0wMxAZVI9XjrYyV0AfP3XTLiSUFKniiMnICRAkTe7XaSNAUfUU4tSiMBILVPMsE71yFjgBxGgi6Y7Yyo7j1-XnMxJSJBd1RcP9EFgk-Q/s320/sssss.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Aku seorang gadis dari keluarga taat beragama dan ternama. Aku dididik di atas akhlak dan pendidikan Islam. Aku bukan gadis rendahan atau pencari hiburan. Aku tidak membayangkan suatu hari di mana aku melakukan perbuatan yang mengundang murka Allah. Aku menikah dengan seorang laki-laki yang dihormati. Dia mencintaiku dan aku mencintainya. Dia sangat mempercayaiku, sangat memanjakanku. Bahkan keluargaku dan beberapa kerabat mengakui bahwa aku sangat dimanjakan oleh suami. Kemanjaan yang belum pernah didapatkan oleh seorang istri di manapun. </div><div style="text-align: justify;"> Aku tidak pernah ingat bahwa aku pernah meminta sesuatu kepada suami, tapi dia menolaknya dengan mengatakan’tidak’. Semua yang aku minta, dia penuhi. Sampai tibalah hari ketika aku memintanya memasang internet.</div><div style="text-align: justify;"> Pertama kali dia menjawab, “Menurutku, itu kurang baik dan kurang cocok bagimu, karena kamu telah bersuami.” </div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;"> Tapi aku berhasil membujuknya, dan dia pun menghadirkannya. Aku bersumpah kepadanya tidak akan menyalahgunakannya. Dia setuju. (Seandainya saja dia tidak setuju). Aku masuk dunia internet dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Suamiku pergi bekerja dan aku mejelajahi internet setiap hari. Kadang-kadang juga ketika dia ada di rumah. Dia tidak pernah bertanya apa yang aku lakukan, karena dia percaya kepadaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Hari berlalu… seorang temanku pengguna inter-net menceritakan kepadaku tentang <i>chatting. </i>Dia berkata kepadaku bahwa itu sangat mengasyikkan. Orangorang saling berbicara selama berjam-jam tanpa terasa. Pertama kali aku hanya menganggapnya perbincangan sambil lalu. Saat itulah aku mengenal seseorang. Kami setiap hari <i>chatting. </i>Orang ini berakhlak mulia. Belum pernah aku menemukan orang seperti dia di antara orang-orang yang <i>chatting </i>denganku. Berjam-jam aku dan dia chatting<i>.</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Suamiku menghampiriku, melihatku dan dia marah karena waktuku habis hanya di depan internet. Walaupun aku mencintai suamiku clan aku belum melihat cinta seperti cintaku kepadanya. Akan tetapi aku juga mengagumi, hanya mengagumi, orang yang berbincang denganku lewat <i>chatting.</i></div><div style="text-align: justify;">Dengan berjalannya waktu kekagumanku kepadanya berubah menjadi cinta yang mengalahkan cintaku kepada suamiku. Aku berlari dari kemarahan suamiku ke internet untuk berbincang kepadanya. Dalam satu kesempatan, aku kehilangan kontrol. Aku bertengkar dengan suamiku. Akibatnya dia memutus internet dan mengeluarkan komputer dari rumah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Aku marah kepada suamiku, karena untuk pertama kalinya dia marah kepadaku. Aku membalasnya dengan memutuskan untuk berbicara dengan orang itu melalui telepon. Padahal sebelumnya aku telah menolaknya, meski berkali-kali dia meminta itu kepadaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Di malam yang sial itu aku meneleponnya. Aku berbicara dengannya. Inilah awal pengkhianatanku kepada suamiku.[1]Setiap suami keluar, aku langsung menelepon dan berbicara dengannya.</div><div style="text-align: justify;">Dia berjanji menikahiku, jika suamiku menceraikanku. Dia meminta, bahkan ngotot, bertemu denganku. Akhirnya aku terseret oleh keinginannya, aku menemuinya. Bahkan sering, sampai aku terjerumus ke dalam dosa istri terbesar kepada suaminya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Terjalinlah hubungan haram di antara kami. Aku benar-benar mencintainya. Aku putuskan untuk meminta cerai kepada suamiku. Suamiku bertanya, ada apa? Semakin banyak masalah antara aku dan suamiku. Aku tidak tahan dan aku semakin membencinya.</div><div style="text-align: justify;"> Selanjutnya, suamiku mulai mencurigaiku dan menyelidiki urusanku. Suatu ketika dia menemukan bukti bahwa aku telah berbicara dengan seorang laki-laki melalui telepon. Dia menginterogasiku, dan akhirnya aku mengakui hal yang sebenarnya. Aku berkata, “Aku tidak menginginkannya dan benci hidup bersama-nya.<b>“</b></div><div style="text-align: justify;">Walaupun demikian suamiku tetap bersikap baik kepadaku. Dia tidak membuka aibku atau melaporkannya kepada keluargaku. Dia berkata kepadaku. “Aku mencintaimu. Aku tidak bisa terus begini bersamamu, wahai anak manusia. Semoga Allah menutup kesalahan kita dan kesalahanmu. Akan tetapi kamu harus mengatakan kepada keluargamu, bahwa kamulah yang tidak ingin hidup bersamaku.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Aku membencinya hanya karena persoalan sepele seputar internet. Dia bukanlah orang yang memperlakukanku dengan buruk, bukan orang yang bakhil kepadaku dan tidak pernah melalaikan apapun terhadapku. Hanya karena dia mengatakan, “Aku tidak ingin ada internet di rumahku.” Aku lalu membencinya.</div><div style="text-align: justify;"> Sungguh, aku telah buta. Aku tidak mengetahui semua, itu kecuali ketika nasi telah menjadi bubur. Aku kembali kepada laki-laki selingkuhanku itu. Kami terus bertemu dan bermain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Dia tidak melamarku, maka kami bertengkar. Aku katakan kepadanya, “Jika kamu tidak melamarku, maka aku akan meninggalkanmu.” Dengan tenang dia menjawab, “Wanita tolol, bagaimana kamu percaya ketika aku berkata kepadamu bahwa aku tidak bisa mengenal selainmu. Dan aku bersumpah aku tidak pernah bertemu dengan wanita yang lebih manis darimu. Kamulah wanita termanis yang pernah aku jumpai dalam hidupku. Kedua… seandainya aku menikah, maka aku tidak akan menikahi wanita yang mengenal orang lain selain diriku, atau seorang wanita yang aku kenal melalui cara yang salah, seperti <i>chatting. </i>Lebih-lebih wanita berumur dan berakal sepertimu. Seandainya aku berpikir untuk menikah melalui <i>chatting, </i>niscaya aku akan memilih gadis remaja yang bisa aku bentuk sesuai keinginanku. Bukan sepertimu, yang sudah bersuami dan berani mengkhianati suaminya.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Aku bersumpah kepada kalian, itulah kata-katanya. Ucapannya aku menukilkan kepada kalian, seperti dia mengatakannya kepadaku. Aku tidak berbohong. Tidak menambah dan tidak pula mengurangi, tidak satu kata pun. Aku sekarang sangat bingung. Sering aku berpikir untuk bunuh diri. Aku memohon kepada Allah agar memberikan petunjuk dan menjauhkanku dari jalan kegelapan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Nasihatku kepada seluruh ukhti muslimah, agar kalian menjaga apa yang telah kalian cintai. Jangan tertipu oleh bualan banyak pemuda yang mengambil kesempatan melalui <i>chatting </i>untuk menjerumuskan para gadis, bahkan para wanita yang telah bersuami. Hal ini lebih mudah bagi mereka daripada pembicaraan jorok di pasar, sekaligus sebagai peluang besar untuk menjerat para wanita demi memenuhi nafsu mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Kenyataannya kadang-kadang gelap dan samar. Beginilah apabila kedunguan, kerendahan serta mengikuti hawa nafsu berkumpul dalam satu pihak, ditambah kelicikan dan keburukan di pihak lain.Marilah kita berdoa kepada Allah agar membebaskannya dari kesulitannya dan menerima taubatnya. Sesungguhnya taubat Allah itu tidak berbatas dan meliputi segala sesuatu. Kita juga mendoakan laki-laki itu agar menghapus kesalahannya dan kembali ke jalan yang lurus, karena Allah memberi kesempatan dan tidak melalaikan. Dan barangsiapa tidak bertaubat kepada-Nya dengan segera sebelum kematian menjemputnya, maka bisa saja Allah mengujinya pada dirinya atau kehormatanya di dunia, atau Allah menunda adzabnya di Akhirat. Dalam hal ini keduanya sama?sama merugikan. “‘ [Website <i>Muntada ats-Tsurayya</i>]</div><div style="text-align: justify;">[1] Bahkan pengkhianatanmu kepada suamimu telah dimulai sejak kamu ber-cha<i>tting</i> dengannya.</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-57198135129394695432012-04-15T20:07:00.001-07:002012-06-12T20:59:45.688-07:00Kisah yang Menggugah Hati<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri.<b><br />
</b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwPDNIiy_JjvvEHuStPtEkQFWBu6PZ77EmZS8bjMlEvCC1cYRTpeEwaQmwBdnZIt-B_Q9-RHQDfdvycbZWWIYn357DhiYNSxaTsDoWBZGbFuSh0dSmaKRbvBDAXwpYKLwk4cL4IxLlvZs/s1600/319213_112616495520141_681844894_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwPDNIiy_JjvvEHuStPtEkQFWBu6PZ77EmZS8bjMlEvCC1cYRTpeEwaQmwBdnZIt-B_Q9-RHQDfdvycbZWWIYn357DhiYNSxaTsDoWBZGbFuSh0dSmaKRbvBDAXwpYKLwk4cL4IxLlvZs/s200/319213_112616495520141_681844894_a.jpg" width="97" /></a> Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2jM4sVeQKlHwhrD6k8ktip5sjgYFvwnjnW3Mtjcz9cbC36yA-FJJPSfwKVcywqeKEO8Gmyx9gcYXMSn2i1teCEHJRNvHqXBxXvTegE0CPvhWeMXPwlsEXFKiwPnMTM6Iz5nL4aW3ekvw/s1600/air-mata.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="145" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2jM4sVeQKlHwhrD6k8ktip5sjgYFvwnjnW3Mtjcz9cbC36yA-FJJPSfwKVcywqeKEO8Gmyx9gcYXMSn2i1teCEHJRNvHqXBxXvTegE0CPvhWeMXPwlsEXFKiwPnMTM6Iz5nL4aW3ekvw/s200/air-mata.jpg" width="200" /></a>Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mulai mengingat-ingat 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario , setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,</div>
<div style="text-align: justify;">
” Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, ” lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario , tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.</div>
<div style="text-align: center;">
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, ” Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?”</div>
<div style="text-align: center;">
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,</div>
<div style="text-align: justify;">
= = = = = = = = = = = = = = = =</div>
<div style="text-align: justify;">
Dear Meisha,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.</div>
<div style="text-align: center;">
yours,</div>
<div style="text-align: center;">
Mario</div>
<div style="text-align: justify;">
= = = = = = = = = = = = = = = =</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Betapa tidak berharganya aku.. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku.. Betapa malangnya nasibku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
**************</div>
<div style="text-align: justify;">
Setahun kemudian…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.</div>
<div style="text-align: center;">
” Mario, suamiku….</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya.. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario .</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, ” kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.</div>
<div style="text-align: center;">
Istrimu,</div>
<div style="text-align: center;">
Rima”</div>
<div style="text-align: center;">
Di surat yang lain,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……”</div>
<div style="text-align: justify;">
Disurat yang kesekian,</div>
<div style="text-align: justify;">
“…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku telah berubah, Mario . Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya……..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disurat terakhir, pagi ini…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah engkau suamiku,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………”</div>
<div style="text-align: justify;">
Jelita menatap Meisha, dan bercerita,</div>
<div style="text-align: justify;">
” Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……” Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dear Meisha,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….</div>
<div style="text-align: justify;">
Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario .</div>
<div style="text-align: justify;">
***Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita..***</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-70560945777502414022012-04-15T19:56:00.002-07:002012-05-20T04:46:50.051-07:00Keseimbangan Kehidupan<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW7t-FXCMrdo7FZTid_nZRDq08Y0rpRaUJjoBNa1uNvOXrm7NMvbLQV16V7Lr28c6rRvhv3kg6w9JpsJ-MG81hl3DMTasAtQdRKogAd38-9Pn18iF_2jAsdBBnProLff2VgYc6E3i87Ao/s1600/bonsai-imbang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="185" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW7t-FXCMrdo7FZTid_nZRDq08Y0rpRaUJjoBNa1uNvOXrm7NMvbLQV16V7Lr28c6rRvhv3kg6w9JpsJ-MG81hl3DMTasAtQdRKogAd38-9Pn18iF_2jAsdBBnProLff2VgYc6E3i87Ao/s200/bonsai-imbang.jpg" width="200" /></a> Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.<br />
</div><div style="text-align: justify;"> Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"> "Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?" </div><a name='more'></a><span style="background-color: #cc0000;"></span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari". </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?" </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya." </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.</span><br />
<br />
<div style="text-align: center;"><span class="fullpost">Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua". </span></div></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> "Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis". </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati". </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><b> ==============================================</b></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah. </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><b>Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><b>*<i style="color: red;">*nasrudin*</i>* </b></span></div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-2181773968130308862012-04-15T19:48:00.003-07:002012-05-20T04:49:08.879-07:00Jadilah Pelita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia9eVLgdordF3fi8QD_5lk-AdLZu8EqfePvBCBh9fHM6M-QhEAm5XLtB-yoQrblRGp2TyuLAF2igfKHKEcSOYi_ceckVBL-AHCY-uiiT_9BGh7HoO88h9E-y_q8pwQP6u3Qj1xV1aDaFs/s1600/jadilah-pelita.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia9eVLgdordF3fi8QD_5lk-AdLZu8EqfePvBCBh9fHM6M-QhEAm5XLtB-yoQrblRGp2TyuLAF2igfKHKEcSOYi_ceckVBL-AHCY-uiiT_9BGh7HoO88h9E-y_q8pwQP6u3Qj1xV1aDaFs/s200/jadilah-pelita.jpg" width="136" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. </div><div style="text-align: justify;">Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.</div><div style="text-align: justify;">Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.</div><div style="text-align: justify;">Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.<span id="more-417"></span></div><div style="text-align: justify;">Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”</div><div style="text-align: justify;"> Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”</div><div style="text-align: justify;">Si buta tertegun..</div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”</div><div style="text-align: justify;">Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.</div><div style="text-align: justify;">Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”</div><div style="text-align: justify;">Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”</div><div style="text-align: justify;">Senyap sejenak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”</div><div style="text-align: justify;">Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.</div><div style="text-align: justify;">Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.</div><div style="text-align: justify;">Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”</div><div style="text-align: justify;"> Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.</div><div style="text-align: justify;"> Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.</div><div style="text-align: justify;">Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.</div><div style="text-align: justify;">Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.</div><div style="text-align: justify;">Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.</div><div style="text-align: justify;">Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-59629055027650348.post-4975434337974439902012-04-15T19:46:00.001-07:002012-05-21T20:11:24.040-07:00Bekerjalah dengan Cinta<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTpQYihEQz4M7SdUphRnAQCskJBk_xOxt62PCq-Ca1wHTvdjn4VIOfw-LUhRiNPZG6nsThtaU_i0g2_trSlWymq3J6h-2kHL7zVM35HM4Br3-ifsWVVlJHB1fDQkF67zdPruLYmqz9mAU/s1600/i.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTpQYihEQz4M7SdUphRnAQCskJBk_xOxt62PCq-Ca1wHTvdjn4VIOfw-LUhRiNPZG6nsThtaU_i0g2_trSlWymq3J6h-2kHL7zVM35HM4Br3-ifsWVVlJHB1fDQkF67zdPruLYmqz9mAU/s200/i.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-weight: bold;"> Wanita </span>paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wanita itu memang tidak terlalu rentan, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
Selalu…<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung…</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran). Wallahu a’lamu bish-shawaab.</div>
<div style="text-align: justify;">
-By : Nasudin R-</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Catatan:</div>
<div style="text-align: justify;">
- Kokusai kouryuu kaikan: International House</div>
<div style="text-align: justify;">
- Obachan: wanita berumur, setengah tua</div>
<div style="text-align: justify;">
- Ojichan: pria berumur, setengah tua</div>"Nasrudin R"http://www.blogger.com/profile/00864288829889202304noreply@blogger.com