Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah, disalah satu SMA di kota Palembang. Senang rasanya, bisa mendapatkan kenalan teman-teman yang baru dan yang pasti aku senang sekali, karena akhirnya aku bisa menggunakan seragam putih abu-abu. Aku bangun pagi-pagi sekali, dengan penuh semangat dan senyum merekah. Aku berbicara sendiri didepan kaca
“ akhirnya, aku gag akan lagi dibilang anak kecil lagi” kataku sendiri
“mita cepetan , sarapannya udah siap” teriak mama dari ruang makan
“iya ma” sahutku. “ oke saatnya beraksi”
“mita cepetan , sarapannya udah siap” teriak mama dari ruang makan
“iya ma” sahutku. “ oke saatnya beraksi”
Setelah aku seleseikan sarapanku, aku pergi sekolah dengan naik sepeda, ikutan trend masa kini sekaligus ikut program global warming. Namun sepertinya hari ini adalah sial sekolah, karena jalanan tergenangsetelah hujan, saat aku telah hamper sampai gerbang sekolahku, tiba tiba saja. Craaatttt…..
Aw basah semua bajuku. “ dasar sialan, naik motor matanya gag dipake apa?” teriakku marah pada seorang yang tanpa rasa bersalah pergi begitu saja, tanpa meminta maaf setelah motornya nencripratkan kotoran dibajuku seragamku yang baru.
“eh anak kampung, sapa suruh lo lewat deket motor gue” jawab cowok itu, bikin aku naik darah
“dasar lu ya, gag punya otak yah, udah salah gag minta maaf malah nyalahin gue,” balasku dengan rasa marah yang tak tertahan lagi
“ apa loe bilang, gag punya otak, loe nyari masalah sama gua”
“lo piker gua takut sama loe” tantangku, membuat cowok itu melotot padaku. Orang ramai melihat pertengkaran kami, dipagi-pagi seperti saat ini. Tiba-tiba datang teman dari cowok tu
“ ada apa sih mas, udah kita pergi aja, gag penting banget tau ngurusin cewek kampungan kayag dia”
Kata temen cowok itu, dalam hati aku merasa geram, tapi aku tidak mau juga memperpanjang masalah ini
“iya bener lo, ngabisin tenaga aja” timpal cowok belagu itu,
“heh lo kira penting apa berurusan samo loe, gag usah kepedean” kataku sambil berlalu dari hadapan cowok sialan itu.
“heh lo kira penting apa berurusan samo loe, gag usah kepedean” kataku sambil berlalu dari hadapan cowok sialan itu.
Tak lama kemudian bel pertama berbunyi, masuklah guru pertma, mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru nya masih muda, cowok. Cakep juga. Tapi kemudian kubuang jauh-jauh pikiranku mengenai pribadi guru baruku ini,aku lebih memfokuskan kepada pelajaran. Guru itu sedikit memberi kesan bagiku, dia masih muda tapi mampu mengajar dan menyampaikan materi dengan bagus. Dikelas baru ku ini aku mendapat kenalan namanya putri, kelihatannya dia dari orang sederhana, dia ramah sekali, dan baik, aku lebih suka berteman dengannya. Dari pada dengan cewek-cewek sok kaya itu. Siska the gang. Huh mereka itu mau sekolah apa mau jadi artis pikirku.
***
Hari ini disekolah diadakan lomba basket antar kelas, dalam rangka memperingati hari jadi sekolahku. Tapi aku tak terlalu berminat melihatnya, aku lebih memilih nongkrong dikantin. “put kantin yuk, laper nih” kataku pada putri
“eh gag nonton pertandingan basket, kelasXI IA b main” ujar putri
“emangnya kenapa kalo kelas b main, kan bukan kelas kita juga yang main” ujarku santay
“kamu gag nyesel?” kata putri memancingku, membuatku penasaran
“nyesel, nyesel kenapa? Egag lah, emang kenapa gua harus nyesel” ujarku sambil berdiri tak sabar
“sabar atuh neng, kamu gag tau kalo Dimas main, dia itu captain basket sekolah kita, dia itu cakep abis dan banyak cewek yang mengincarnya” kata putri semangat sekali
“lo suka sama dia ya, hayo, udah ah gag penting deh, kalo lo nak liat ya udah, liat aja, aku mau kekantin, laper” kataku sambil berlalu sari hadapan putri
“emangnya kenapa kalo kelas b main, kan bukan kelas kita juga yang main” ujarku santay
“kamu gag nyesel?” kata putri memancingku, membuatku penasaran
“nyesel, nyesel kenapa? Egag lah, emang kenapa gua harus nyesel” ujarku sambil berdiri tak sabar
“sabar atuh neng, kamu gag tau kalo Dimas main, dia itu captain basket sekolah kita, dia itu cakep abis dan banyak cewek yang mengincarnya” kata putri semangat sekali
“lo suka sama dia ya, hayo, udah ah gag penting deh, kalo lo nak liat ya udah, liat aja, aku mau kekantin, laper” kataku sambil berlalu sari hadapan putri
Dan ketika dibelokan ksamping perpustakaan tiba-tiba brukkkk. Aku tak sengaja menumbur seseorang, membuatku meringis kesakitan
“ aduh kalo jalan liat-liat dong” suara seorang cowok marah padaku
“hah lo lagi, lo ngikutin gue ya, sengaja mau cari masalah” kataku sama cowok yang ada didepanku.
“halo,,,gag salah. Yang ad aloe tu yang ngikutin gue kali, gag henti-hentinya cari masalah sama gue” kata cowok itu sambil tangan dipinggang
“lo tue bener-bener ya, cowok gag beradab” kataku sambil marah. Tiba-tiba saja muncul siska dari belakangku
“hai kk dimas, ngapain masih disini, udah ditunggu tu kak sama tim basketnya kakak” kata siska dengan centilnya, membuatku ilfil ngeliatnya
“urusan kita belum selesai, awas hidup loe gag akan tenang karena udah berani berurusan sama gue” ancam dimas, sambil berlalu. Sisika memandangku sinis, lalu berjalan mengikuti dimas dengan centilnsy.
“emang gue tkut” teriakku. Kemudia. Ternyata ini yang namanya dimas, cowok sombong dan belagu kayag gini jadi idola, gag salah. Ujarku dalam batin. Aku lalu segera pergi kekantin, memesan segelas es lemon, kuminum seperi orang kehausan, entah kenapa setelah bertengkar dengan dimas tadi membuatku begitu haus.
Putri datang
“eh loe kemana aja sih, katanya kekantin, gue kekantin tadi kok gag ada”
Kata putrid padaku
“gue bener-bener bt put, lo tau gag orang yang gue certain udah bikin baju gue kotor, itu ternyata dimas yang lo bilang kapten basket cakep itu, huh dasar dia itu cowok belagu”kataku meluapkan amarahku
“tapi kak dimas keliatannya baik kok” kata putrid membela dimas
“ah loe kok malah bela in si dimas sih” kata ku dengan nada agak tinggi
“iya-iya maaf” kata putrid
***
Sejak saat itu , kebencianku dengan dimas semakin menjadi-jadi. Gue berpikir, ada ya cowok belagu kayag itu, emang gue akui dia itu emang cakep dan keren tapi sifatnya itu lo, haduh bikin gue ilfil abis. Dalam hati ku berkata jangan sampai deh gue suka sama kayag gitu.
“eh mita gag boleh benci-benci banget sama orang, entar lo suka” kata putri menasehatiku.
“gag mungkin gue suka sama cowok kayag dia” kataku membela dengan emosi karena aku merasa aku sangat membenci dimas
Putri hanya diam, dia memang cukup tau kalau aku sangat anti membicarakan dimas. Dan sore ini aku ada les musik. Aku pulang agak kesorean, tiba-tiba ditengah jalan agak sepi aku dihadang oleh toga orang preman
“serahin tas loe” kata seorang preman itu, dan mereka mencoba merampas task u, aku mati-matian mempertahankan, aku berteriak
“tolong tolong” teriakku histeris
Tiba-tiba ada suara yang berteriak
“hey kalian, berhenti, kenapa kalian hanya berani pada cewek, kalau berani hadepin gue” tantang cowok itu. Dan yang bikin aku tak habis piker adalah, cowok itu adalah Dimas. Aku kira dimas hanya bisa main basket dan menggaet cewek aja, ternyat dia jago silat juga. Aku kagum juga ngeliatnya. Akhirnya preman-preman itu kabur , karena kalah dari Dimas
“LO gag papa kan?” Tanya dimas sambil mengulurkan tangannya. Bukannya aku terima uluran tangan itu, aku malah menampisnya
“udah gue bisa berdiri sendiri, makasih udah nolongin gue” kataku dengan ketus
“heh lo tu bener-bener cewek gag tau terimakasih ya” kata dimas sesaat kemudian
“eh gue gag mint aloe nolongin gue kan!” kataku membela diri. Haduh egoku terlalu besar sehingga mengalahkan akal sehatku
“oh jadi begini cara berterimakasih lo, dasar anak kampungan. Tapi oke gue paham, emang loe tu gag punya adab. Dan loe punya hutang sama gue, jadi lo harus bayar” kata diamas dengan menahan emosinya
“HUtang” kataku. “ia hutang, anggap aja sebagai balesan karena gue udah nolongin loe, walaupun loe gag mau mengakuinya, tapi itu kenyataanya” kata Dimas
“oke, gue akan bayar utang gue ke loe, lo minta berapa?” kataku menantang
Dimas tersenyum “gue gag butuh uang loe, lo gag perlu bayar hutang loe pake duit, tapi dengan cara lain” kata dimas dengen berlalu . lalu dia berkata “ besok temui gue dilapangan basket” kata dimas lalu pergi dengan motornya.
Sampai dirumah aku masih mikir, apa kira-kira yang bakal dilakuin Dimas kegue, heh apes banget sih gue. Dalam pikiranku yang terbayang adalah, pasti Dimas akan ngerjain gue habis-habisan. Benar saja ketika dilapangan basket, dia nyuruh aku, ngebawain alat-alat olahraganya,dan teman-temanya, gue disuruh nyiapin minum, makan, hamduk, dan mijitin mereka. Haduh gue bener-bener malu. Sialan lo dimas. Ketika Dimas berjalan ke Toilet aku mengikutinya.
“heh Dimas, loe sengaja kan, bayar preman-preman kemarin untuk ngerampok gue, dan lo tiba-tiba datang trus pura-pura nolongin gue, supaya lo bisa ngerjain gue,iya kan, puas lo udah” kataku meluapkan emosiku
“ heh cewek kampong, ngapain sih gue repot-repot nyewa preman buat ngerjain loe. Kemarin itu emang bener-bener kebetulan” kata Dimas membela dirinya dan gag kalah emosinya
“alah alas an , ngomong aja kalau loe benci sama gue, gag usah kayag gini caranya” kataku
“hey, kalo loe emang gag suka gue nyuruh-nyuruh loe, ya udah ngomong aja, gue juga masih punya rasa kemanusiaan, gue nolongin loe, karena gue peduli sama loe” kata dimas
“ hah, sejak kapan loe peduli sama gue” kataku heran
“ah udahlah gag perlu dibahas, loe emang gag bakalan bisa mengerti” kata dimas lalu pergi.
Setelah dimas pergi aku hanya diam, memikirkan kata-katanya. Hingga malampun aku tidak bisa tidur memikirkan kata-kata Dimas, apa maksud dia. Dan besok pagi disekolah, aku mencari Dimas, aku ingin minta maaf padanya, aku emang egois, selalu berfikir negative tentang Dimas, padahal maksud dia kan baik. Aku malah tidak berterimakasih. Aku hendak meniggalkan kursiku dan meuju kelas dimas, putrid tiba-tiba menghentikan langkahku
“mau kemana loe mitha?” kata putrid
“aku mau nemui dimas, aku mau minta maaf” kataku sambil berlari
“tapi percuma mit, dimas gag masuk hari ini, dia sakit” kata putrid, menghentikan langkahku seketika. Lalu aku berbalik kepada putri. “ iya dimas masuk rumah sakit semalam”, putrid menjelaskan tanpa aku memintanya
“ apa, masuk rumah sakit, tapi kenapa, sedangkan kemarin dia baik-baik saja” kataku tak habis pikir.
“aku juga gag tau mit, tapi kalau kamu mau temui dimas, dia dirawat dirumah sakit Budi Mulya” “loe bisa gag temenin gue, gue mau minta maaf sama dia” kataku
“sory mit, gue gag bisa, soalnya aku harus bantuin mamaku” kata putrid menolak, lalu pergi. Aku merasa ada yang lain dari putrid, kenapa dia seperti terlihat murung.
Lalu ketika pulang sekolah, aku pergi kerumahsakit, dengan tujuan menjenguk Dimas sekalian meminta maaf padanya. Setelah bertanya pada petugas, aku pergi keruangan Dimas. Aku melihat dari kaca pintu, aku melihat disana memang ada Dimas, dia terbaring diatas tempat tidur. Iba juga aku melihatnya.
“Dimas, kamu tidur,” kataku mendekati dimas, sepertinay dia memang benar-benar tertidur.
“aku mau minta maaf datang kesini dim, aku emang salah, harusnya aku berterimakasih, bukanya malah menuduhmu sembarangan, padahal kamu udah berbaik hati mau nolongin aku, kamu udah dipukuli juga sama preman-preman itu, plis jangan mati dulu ya, kalo lu mati aku pasti ngersa bersalah seumur hidup” kataku sambil menangis, entah kenapa aku kata-kata itu meluncur saja dari bibirku, dan aku menangisinya. Aku juga hamper gag percaya. Padahal aku sangat membencinya.
“siapa juga sih, yang mau mati duluan, gue belum puas ngerjain loe” tiba-tiba dimas bangun, dan kata-katanya membuat aku terkejut, plus malu juga.
“lah loe gag tidur ya” kataku sambil memalingkan muka mengusap air mataku
“lo nangis ya, gag nyangka loe bisa nangis juga” kata dimas meledekku, membuatku alu
“jadi loe gag tidur ya dari tadi”kataku kemudian mengalhkan pembicaraan
“egaglah, kalo gue tidur mana bisa aku ndenger loe ngomong apa”
“Jadi loe tau sama apa yang gue katain tadi” dimas hanya tersenyum dan mengangguk
“udah, jangan nangis lagi, gue pengen makan buah, kupasin ya, kan gue lagi sakit, jadi loe harus nurutin permintaan gue, anggep aja sebagai rasa permintaan maaf loe” kata dimas sambil tersenyum. Aku hanya bisa tersenyum kecut, aku hanya bisa menurut saja.
Sejak itu selama Dimas dirumah sakit hari-hariku banyak kuhabiskan dirumah sakit hingga dia sembuh. Aku tak menyagka perubahan drastis ini, gara-gara preman itu aku kini menjadi dekat dengan Dimas, dan merubah pandanganku dengan Dimas. Aku kira Dimas hanyalah seorang cowok belagu, dan gag punya rasa belas kasiha, ternyata dia orang yang baik, putrid juga sering menemaniku kerumah sakit. Aku melihat putrid juga begitu dekat dengan Dimas, tiba-tiba ada perasaan cemburu merasuk hatiku. Aku berusaha membuang perasaan itu cepat-cepat, tapi tiap kali melihat dimas dan putrid perasaan itu muncul.
Hingga akhirnya bercerita bahwa dia menyukai Dimas, dia ingin aku membantunya mendapatkan hati Dimas. Dalam hatiku seperti tidak rela. Tapi tidak mungkin aku tidak membantu putrid dan mengatakan yang sebenarnya. Sepertinya aku benar-benar termakan omonganku sendiri. Aduh ini membuatku sulit tidur, dan tidak nafsu untuk menjalankan aktifitas.
Besok adalah puncak acara peringatan hari jadi sekolah, diadakan pesta, dan berbagai macam lomba, ada lomba bernyanyi, dancer dan juga putra-putri kampus terbaik. Awalnya aku berniat untuk mengikuti lomba bernyayi, tapi entah mengapa rasa untuk mengikuti lomba hilang, aku merasa ada yang kurang, aku tidak memiliki pasangan. Dimas dan putrid sudah dipastikan [ergi bersama. Tiba-tiba hp ku bordering
“halo, mitha , mitha besok datang kan ke acara pesta hari jadi sekolah, pokoknya loe harus datang, entar aku sama Dimas jemput kamu. Gag da alas an, titik.” Lalu putrid menutup telfonnya. Tanpa sempat aku berbicara.
Aku benar-benar tidak semangat datang kepesta mala ini, kalau saja putri tidak menelfonku lagi tadi sore, pasti aku tidak akan datang, aku pun telah memberikan berbagai alas an tapi putri seakan-akan tau, kalau aku sedang berbohong. Tepat pukul 19.00 putri datang bersa Dimas. Hatiku semakin miris meliat mereka berdua, dengan langkah tidak semangat aku melankah menuju mobil dimas.
“hay mit, cantik kamu mala mini” kata dimas sambil tersenyum dan membukakan pintu mobilnya. Aku hanya bisa tersenyum getir.
“ia mitha, lo cantik deh malam ni, pasti dipesta nanti, akan banyak cowok yang suka sama loe” kata putrid menimpali. Aku hanya tersenyum hambar.
Pesta malam ini terasa sangat membosankan bagiku, aku hanya duduk melamun. Hingga suara microfon mc mengagetkanku.
“untuk peserta kita selanjutnya adalah Mitha, kami persilahkan untuk naik kepentas, dan menyanyikan sebuah lagu” ku rasa aku tak salah dengar, tapi aku kan tidak ikut lomba. Hingga dua kali aku dipanggil, aku masih tak beranjak, tiba-tiba putrid datang menarikku keatas panggung. Sampai diatas panggung aku bingung, aku diam beberapa saat, lalu mc mempersilahkan aku bernyanyi. Otakku bener-bener tidak bisa berfikir, hinnga aku teringat Dimas, lalu aku menyanyikan lagu Viere”Rasa Ini”. Lagu yang sangat menggambarkan perasaanku saat ini. Aku turun, dan tepuk tangan masih menggema.
“keren banget suara loe” kata Dimas memujiku. Aku tak menjawab hanya diam, tersenyum getir. “putrid kemana,”tanyaku memecahkan kebekuan
“oh, dia tadi izin ketoilet”kata dimas singkat.”oh” kataku, tak tau harus berkata lagi
“ehm,apa lagu tadi kamu tujukan untuk seseorang” tiba-tiba Dimas bertanya padaku.
“hah, oh egag kok, aku asal nyanyi aja tadi, soalnya aku bingung mau nyani apa” kataku terbata-bata
“masak sih, kan kan kamu udah niat mau ikut lomba” kata dimas memojokkanku, tapi dari mana dia tau
“aku awalnya emang niat ikut lomba ini, tapi aku batalkan, aku bahkan tidak mendaftar, tapi aku bingung kenapa nama aku bisa terdaftar. Tapi dari mana kamu tau bahwa aku akan mengikuti lomba ini?” kataku kemudian.
Kini giliran dimas yang diam. Tiba-tiba putrid muncul. Lalu kami bertiga pulang karena acarnay sudah selesai. Sampai dirumah aku masih penasaran, siapa orang yang telah mendaftarkanku ikut lomba menyanyi dan dari siapa Dimas tau, kalau aku berniat mengikuti lomba ini, sedangkan aku tak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun.
Keesokan paginya ketika aku sekolah, dimejaku ada suratku. Aku penasaran lalu ku buka
“Temui aku sore ini di tepi danau jam 4. Jangan sampa tidak datang.”
Aku benar-benar tidak mengerti. Sedangkan kelas pun masih kosong, siapa yang meletakkan surat ini. Aku ingin cerita pada putrid, tapi dia sangat sibuk hari ini, maklum dia akan mengikuti lomba karya ilmiah tingkat sma se provinsi minggu depan. Aku juga tidak ingin memecahkan konsentrasinya. Akhirnya sore ini aku datang ke danau. Aku benar-benar berfikr aku boodoh, kenapa aku percaya dengan surat itu, sedangkan surat itu tidak tau aku siapa pengirimnya, aku berniat untuk pulang dan pergi, tiba-tiba ada suara memanggil ku.
“MItha” suara itu menghentiakan langkahku, aku kenal suara itu
“Dimas” kataku kaget
“iya”. “kamu ngapain disini?” tanyaku.
“aku ingin menemui seorang wanita yang sangat aku cintai dan yang telah berhasil memikat hatiku” kata dimas sambil memandangku. Sudah aku pastikan orang itu adalah putri. Aku memalingkan wajahku, tertunduk lesu.
“owh, lalu apakah wanita itu sudah datang” tanyaku kemudian, dengan sisa tenaga yang ada karena hatiku terasa hancur berkeping keeping, karena aku melihat orang yang aku sukai akan bertemu dengan wanita yang ia sukai, dan orang itu adalah sahabatku
‘iya, dia sudah datang” kata dimas singkat, pandanganya tetap tidak berubah, membuatku tidak berani menatap wajahnya
“oh ya, mana, kenapa tidak diajak kesini” kataku menguatkan hatiku
“kenapa aku harus mengajakny, dia sudah ada disini”
“hah, iyakah, mana, kalo begitu aku pergi dulu” kataku hamper menangis, dan berlari. Tapi adatangan yang menhentikan langkahku.
“kenapa kau mengidari ku, mit?” kata dimas,
“maksudmu” kataku. “ iya, mengapa kamu menghindariku lagi, apa kamu sangat membenciku, hingga kau tak ingin bertemu aku lagi” kata dimas
“ bukan begitu, aku hanya tidak ingin menggangumu dengan putri” jawabku, dengan wajah berpaling dan membelakangi dimas, aku tak kuat menahan tangisku.
“Putri, apa kau tidak tau kalau putrid itu adalah saudara ku, dia adalah sepupuku” kata dimas, aku kaget, lalu siapa perempuan yang saat ini ditunggunya. Aku diam. Dimas menari tangan ku, tiba-tiba di membalikan tubuhku, dan memelukku. Untung saja tempat kami tidak dikeramaian.
“dimas apa-apaan ini” kataku sambil berusaha melepaskan pelukaknya, tapi percuam, dimas begitu erat memelukku, seakan tidak ingin melepasnya.
“aku tuh suka sama kamu mit, apa kamu tidak suka, dan perempuan yang aku tunggu itu kamu” kata dimas, lalu perlahan diam melepaskan pelukannya, tangisku berhenti, aku kaget
“selama ini, semua kedekatanku denganku telah kami rancang, putrid memang sengaja tidak cerita kalau aku saudaranya, karena aku yang meminta. Aku ingin melihatmu, apakah ada rasa denganku.” Jelas dimas
“tapi kenapa?” kataku bingung.
“karena aku menyukaimu, aku suka melihatmu ketika marah, ketika tertawa, da aku suka dengan apa yang ada pada dirimu”
“tapi mengapa selama ini, kamu sering ngerjain aku,dengan nyuruh aku membawa bermacam-macam barang mu?” tanyaku penasaran
“itu karena aku ingin selalu dekat denganmu, aku memang lelaki pengecut, aku terlalu takut untuk mengungkapkan isi hatiku, hanya dengan begitu, aku bisa selalu dekat denganmu. Mita, aku tulus, aku ingin kamu jadi pacar aku, apa kamu mau?” akhirnya kata-kata itu meluncur dari mulut dimas. Aku terdiam. Sesaat kemudian aku menjawab.
“maafin aku dimas, aku gag bisa………..” kataku pelan
Dimas terlihat tertunduk lesu.dia seperti terpukul
“maksudku, aku gag bisa,,,,buat nolak kau jadi pacar aku” kataku kemudian. Dimas tersenyum dan langsung memelukku.
“aku bener-bener menyukaimu mitha, aku bisa gila kalu aku tidak bisa bersamaumu” kata dimas “aku juga jawabku” aku merasa bahagia hari ini.
Tiba-tiba dari belakang kami muncul putrid dengan hendri.
“selamat ya, kalian bener –bener cocok” kata putri dengam hendri
Kami bener-benar kaget, dan melepaskan pelukan kami, kami hanya tersenyum. Malu satu sama lain, tapi kami bahagia, sangat bahagia. Cinta memang gag pernah disangka, kami dulu bermusuhan tapi sekarang kami terjebak dalam ikatan cinta. Cinta emang gag pernah diterka,bisa hadir kapan saja dan kapan saja.
Cerpen nasrudin r.
0 komentar:
Posting Komentar